,
25 tweets,
4 min read
Read on Twitter
1.Sahabat sy @Sandblazt meminta untuk membuat kulwit yg membahas ttg homoseksualitas dan dia menyodorkan judul “LGBT”.
2. Saya tidak setuju dg judul tsb, karena saya berharap, bhw kulwit ini akan memiliki manfaat pengetahuan, terutama ttg kenapa seseorang mengalami penyimpangan dlm perilaku seksualnya.
3.Karena itu, maka sy mencoba dengan suatu judul lain yaitu “Perspektif Psikologi thdp Homo Seksual”. Mudah2an saja apa yg dibahas dlm kulwit ini malahan tdk menjadi prejudice thdp kaum sexual perversion ini.
4.Walaupun bukan seorang psikolog, apalagi sosiolog, dan tentu saja bukan seorang rektor, sy mencoba mencari berbagai literatur psikologi, untuk dijadikan referensi bagi kulwit ini.
5.Kaidah keilmuan mengharuskan utk selalu menyebut referensi kepustakaan yg digunakan sbg sumber penulisan, agar tdk nyerempet kepada pelanggaran yg disebut plagiasi. Tentu saja hal tsb juga krn sy enggan diberi julukan “plagiator”.
6.Literatur yg saya gunakan sebagai rujukan bagi penulisan kulwit ini adalah: 
7.Dalam kulwit ini, saya tidak akan membahas “normalitas seksual”. Melainkan “abnormalitas seksual”, yaitu perilaku seksual yg sering dianggap bertentangan dg norma2 dalam masyarakat, yg telah diterima secara umum.
8.Literatur2 yg saya baca menyatakan bhwa secara umum beberapa faktor menjadi determinan bagi penyimpangan seksual tersebut yaitu:
9. Ada pertanyaan dari @Sandblazt ttg pengaruh gen thdp perilaku seksual yg menyimpang itu. Dlm ilmu psikologi, ada teori yg dinamakan life experience theory yg menyanggah monogenic biochemical theory, ttg eksistensi gen terhadap terjadinya perilaku seksual yang menyimpang tsb.
10.Kedua teori tersebut bisa dikatakan ke-dua2nya benar, karena faktor2 multifaktoral sbgmn disebutkan di atas menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik yang saling menguatkan dan bukannya saling meniadakan.
11.Faktor intrinsik adalah faktor-faktor herediter (keturunan) berupa konstitusi jasmaniah dan mentalitas yg memperkuat penyimpangan terjadinya perilaku menyimpang tsb (monogenic biochemical theory) . Hal ini dikuatkan dlm teori psikologi yg dinamakan “diatheses-stress model".
12.Faktor ekstrinsik adalah terjadinya kerusakan2 fisik dan psikis yg disebabkan oleh pengaruh2 eksternal atau oleh adanya interaksi pengalaman dengan lingkungan yg bersifat traumatis, sebagaimana dinyatakan dalam teori Life experience.
13.Berdasarkan faktor intrinsik dan ekstrinsik tersebut, maka penyimpangan seksualitas tsb pada umumnya berasosiasi dengan (a) maladjustment (ketidakmampuanmenyesuaikan diri) yang parah) (b) kesulitan2 neurotis (c) ketakutan thdp relasi dg lawan jenis (heteroseksual).
14.Selanjutnya dalam psikologi abnormalitas seksual dinyatakan bahwa homoseksualitas dan lesbianisme terjadi karena adanya partner seks yang abnormal.
15.Homoseksualitas adalah relasi seks antar jenis kelamin yang sama atau tertarik dan mencintai sesama jenis seks yang sama. Berbagai penelitian menemukan bhw jumlah pria yg homoseksual ini 3-4 kali daripada wanita yg homoseksual.
16.Teori2 psikologi menyatakan bhw penyebab homoseksualitas adlh: (a) faktor herediter berupa ketdkkseimbangan hormon2 seks, (b) Kepuasan seksnya hanya dicapai melalui relasi homoseks, (c) pengaruh lingkungan (d) pengalaman traumatis yg menimbulkan kebencian thdp wanita.
17.Homo seksualitas tsb biasanya diekspresikan oleh pelakunya dlm perilaku seks (a) Aktif: perilaku agresif sbg pria, (b) Pasif: berperan pasif seperti wanita, dan (c) Bergantian peran; antara peran sebagai pria dan peran sebagai wanita.
18.Pemanipulasian genital partnernya menjadi model dalam perilaku homoseksual pria, sehingga dikenalah gaya2 relasi seksual pada kaum ini seperti oral erotism, fellatio, anal erotism (sodomi), dan interfermoral coitus.
19.Selanjutnya homoseksualitas dikalangan wanita disebut lesbianisme. Lesbian diambil dari kata Lesbos, tempat kelahiran penyair wanita Yunani “Sappho”, yg banyak menulis puisi cinta terhadap sesama perempuan pada abad ketujuh sebelum Masehi.
20.Dari puisi-puisinya nya tsb tersirat bahwa Sappho dlm hidupnya punya hubungan2 spesial dengan banyak perempuan yg cenderung kepada terjadinya hubungan seksual di antara mereka.
21.Dalam mempelajari perilaku lesbianisme, yang menjadi dasar adalah teori-teori perkembangan anak dlm psikologi sebagaimana banyak ditemukan pada teori dari para ahli seperti Piaget, Erikson, Skinner, Bandura dll.
22. Dlm teori perkembangan anak dikenal tahapan “pubertas”. Untuk anak wanita, pada tahapan usia tersebut ada kecenderungan mincul orientasi “biseksual”. Yaitu mencintai seorang kawan wanita, sekaligus mencintai juga seorang kawan pria.
23. Pada tahapan Remaja (adolescence) yaitu pengakhiran masa pubertas (usia 18-20 tahun), akan terjadi kecenderungan dan perubahan; menjadi homoseksual atau menjadi heteroseksual. (hanya menyukai lawan jenis).
24.Untuk yg pertama perkembangan tsb akan terjadi pada anak remaja yg abnormal sebagai akibat faktor-faktor eksogin atau endogin tertentu yang mempengaruhi anak remaja tersebut. Objek eurotik dari anak remaja wanita ini, benar2 seorang wanita.
25.Untuk anak remaja yang perkembangannya normal, biseksualitas tersebut akan berubah hanya menjadi heteroseksual. Dia akan menyukai dan mencintai hanya seorang pria. ......(lanjut ke no 26-30 pada thread berikut)
