oṁ namaḥ śivāya, gaṇapataye namaḥ, namo bhagavate vāsudevāya, namo buddhāya, dst.
Jadi, agar memperoleh efek maksimal, kita perlu memahami makna dan mampu mengucapkannya dgn tepat—ibarat 'password' utk mengakses sstu harus tepat.
1. oṁ (pranava — benih suara awal semesta);
2. namaḥ (namo adl ubahan fonem dr namaḥ krn hukum sandhi);
3. nama dewata yg dipuja (śiva, vāsudeva, buddha, dst).
Sedangkan kita dua unsur yang lain (#2 dan #3) bisa punya tata bahasa dan bisa diterjemahkan.
Kata ini dirangkaikan (di depan atau di belakang) kata benda yg menunjuk KEPADA siapa penghormatan tsb ditujukan. Karena itu bentuknya datif (caturthī vibhakti).
śiva (m) -> śivāya,
buddha (m) -> buddhāya,
kṛṣṇa (m) -> kṛṣṇāya,
tapi...
gaṇapati (m) -> gaṇapataye,
agni (m) -> agnaye,
viṣṇu (m) -> viṣṇave.
durgā -> durgāyai,
sarasvatī -> sarasvatyai,
lakṣmī -> lakṣmyai,
gāyatrī -> gāyatryai,
kālī -> kālyai.
Yg paling sering adalah memotong 'ya' di akhir nama Dewata yang dituju, misalnya: oṁ namaḥ śiva ya, oṁ śivarāditya ya namo namaḥ, dst—dianggap seperti 'ya Tuhan'.
Misalnya:
namO namaḥ, namO bhagavate, namo buddhāya.
tetapi...
bhagavate namaḤ, buddhāya namaḤ.
Sekian dulu. Selamat mencoba!
Namo namaḥ! 🙏🏼
Salam 'namaste' yang populer itu juga punya struktur sama:
namaḥ + te (datif 'engkau'). Namaḥ berubah menjadi namas karena diikuti kata berawalan 't'.