Thread by @budimandjatmiko

Yg tdk boleh diganti adalah NKRI & Pembukaan UUD 45 (Pancasila yg diurai sbg narasi Dasar Negara). Di sana ada eksistensi negara bangsa & esensi berbangsa. Selebihnya, demokrasi memungkinkan debat & negosiasi ttg cara terbaik utk mengisi pelaksanaannya

Tanpa Republik Indonesia & Pembukaan UUD 45, AKU sbg manusia sosial kehilangan jejaring sosialku. Padahal itu MODAL AWALKU u/ MENGADA sbg manusia sosial supaya (moga2) bisa lbh baik lagi: tidak korup, menghargai kemanusiaan & ilmu pengetahuan

Bayangkan dirimu warga Suriah, Yugoslavia atau Irak yg dr kecil dididik u/ jd individu & manusia sosial sekaligus dgn mengenali modal sosial yg ada di komunitas masing2. Tiba2 saat sdg tumbuh dewasa, semua itu koyak & hangus dibakar. Kau mulai dr NOL lagi!

Mengritik pemimpin yg dipilih rakyat adalah hak & kewajiban warga negara demokratis. Syaratnya? Mempercayainya u/ memulai pekerjaannya. Tdk tiap langkah awalnya akan kau sukai. Tdk tiap kebijakan atau langkah awal 100% menyenangkanmu. Itu tak adil u/ yg lain

"Yg lain" yg kumaksud adalah orang lain yg mendukungnya dgn motivasi & informasi lain yg dia punya. Motivasinya belum tentu nilainya lebih rendah dr motivasimu. Informasinya blm tentu tdk lebih berharga dr informasimu. Diskusikan

Biarkan tugas menghakimi pemimpin keluar dr oposisi yg jd lawannya. Tugas pendukung adalah memberi kritik & masukan. Hakimi setelah dampak sebuah produk kebijakan bisa dinilai. Itu agar membuat tiap idemu berharga bagi peningkatan kualitas tata kelolanya

Menghakimi dgn negatif pd langkah awal pemimpin adalah hak oposisi, baik krn alasan konstitusional maupun emosional (gak perlu kujelaskan lagi satu per satu knp mereka emosional kan?)

Oposisi yg kumaksud di sini juga mencakup rakyat yg jadi pendukung oposisi. Biarkan hak konstitusi mereka dimaksimalkan utk marah, mengejek & menyerang pemimpin. Termasuk mengejek sesama rakyat yg memilih pemimpin yg jd pemenang

Apa rakyat yg memilih pemimpin yg menang itu etis u/ BURU2 MENYESALI pilihannya saat AWAL langkah baru dimulai? Juga, etiskah saat pendukung buru2 membuat pengakuan dosa di depan pengejek2nya? Pemenang yg menyerah di depan yg kalah adalah tragedi & komedi 🙄

Menanglah di dunia nyata & menanglah juga di mentalmu! Pendukung oposisi merasa perlu menang dlm alam mentalnya krn itu satu2nya cara yg tersisa di dunia fana ini utk mengganti kekalahanya di dunia nyata. Kalau perlu dgn mengejekmu

Mungkin langkah awal pemimpin pilihanmu keliru, tp kalau itu kau nilai KESALAHAN PILIHANMU (bukan kesalahan langkah awal pemimpinmu, menurut persepsimu), maka di mata yg kalah, KAMU sdh jd pecundang bahkan sblm sebotol champagne pesta kemenangan kau habiskan

Bukan tugasmu membela membabi buta juga...Kritik lah (beri masukan juga) tanpa harus secara dini menyatakan salah pilih. Jika kau bilang salah pilih di awal, maka urutan pemenangnya jd begini:

1. Medali emas u/ pemimpin pemenang yg kau dukung
2. Medali perak u/ pendukung calon pemimpin yg kalah krn sikap mentalnya
3. Medali perunggu u/ kamu krn sikap mentalmu.
Peraih medali perak akan bangga krn sdh memenangkan pertarungan tersisa: MELAWANMU!

Teman2, ini 4 Poin yg ditolak pak @jokowi dalam Revisi UU KPK (masih membiarkan pendukung yg kalah terus merasa menang atasmu krn kamu tergesa membuat pengakuan "salah memilih" ?). Liputan6.com liputan6.com/news/read/4061…

Bapak satu ini, yg berbelas tahun lalu di bandara Soekarno-Hatta, mulai berinisiatif menyapaku krn merasa mengenalku & aku belum mengenalnya, harus dibantu. Bukan kamu lepehkan sehingga kamu pun jd obyek tertawaan para pembenci bapak satu ini

Bpk 1 ini mengingatkan pd sosok Pak Lik yg kurus dr kampung halaman..yg ke ibu kota krn dpt amanat dr kerabat2 di kampungnya. Sdh mencoba berbuat terbaik (tdk sempurna, tentu) & membuat pemalas2 pemilik uang panas jd beringas. Jaga Indonesia jgn ikut terbakar