“Wanita Bali dulu pakaiannya terbuka. Berarti itu sesuai ajaran Hindu?”
Sayangnya (syukurnya?) Weda tdk mengatur scr rigid cara berpakaian.
nrttam gitam vaditram gandhamalyam yanam darpam
cayanam casavam ca, samvarjayan parvakale mitaci marutam lokanaksanayabhyupaiti (SS 257)
Sayangnya (syukurnya?) Weda tdk mengatur scr rigid cara berpakaian.
nrttam gitam vaditram gandhamalyam yanam darpam
cayanam casavam ca, samvarjayan parvakale mitaci marutam lokanaksanayabhyupaiti (SS 257)
Hendaknya makanlah makanan yg menyehatkan, pakailah pakaian dan perhiasan yg pantas, jangan berfoya2 dan mabuk-mabukan, jangan malas dan terlalu banyak tidur, jika masih menginginkan sorga-loka.
Bgmn pakaian yg pantas? Kearifan manusialah yg menentukan, sesuai desa, kala, patra.
Bgmn pakaian yg pantas? Kearifan manusialah yg menentukan, sesuai desa, kala, patra.
Lebih dari itu, kitab yg sama justru menekankan pentingnya pengendalian pikiran. Sloka 77 - 87 sepenuhnya mengajarkan itu. “Bagian2 tubuh lawan jenis bisa menimbulkan rasa hormat atau birahi, tergantung kesadaran. Celakalah yg memandang lawan jenis scr sesat dan penuh birahi”
“Berbedalah pandangan sukla brahmacari, pria hidung belang dan srigala dlm memandang wanita cantik. Tulang berbalut kulit menurut yg selibat, menggairahkan menurut hidung belang, makanan lezat menurut srigala. Akibat kebingungan pikiran, muncullah perbedaan pandangan” (SS 86)
“Seorang ayah krn cinta mencium anak dan istrinya, tetapi perasaannya berbeda. Perbedaan ini bukan karena yg dicium, tetapi karena pikiran si ayah. Pikiran itulah sesungguhnya yg menimbulkan perbedaan” (SS 87).
