, 22 tweets, 4 min read
Tuhan, Alam dan Manusia: Mengapa Umat Hindu Melakukan Aneka Persembahan.

Siapakah (atau apakah) Tuhan itu ?
Setiap agama tentu punya jawaban yang berbeda-beda. Dan, bukan hanya agama, setiap penganut agama juga mungkin memiliki pemahaman yang berbeda pula.
.
.
Tuhan itu maha sempurna, tapi kita, manusia, tidak. Kesempurnaan itu terdegradasi ketika masuk ke pemahaman kita, dibatasi oleh kesadaran, logika, yang terkungkung sebesar batok kepala kita, sebesar volume otak kita, sebatas referensi yang pernah dan mampu kita konsumsi.
Air samudra yang melimpah ruah itu, ketika dibawa pulang ke rumah, tak bisa lebih dari segelas, bila tampungan yang kita punya hanya sebesar gelas. Begitu pula kesempurnaan Tuhan. Dalam Weda, Tuhan disebutkan “Achintya”, tak terpikirkan. Ia “neti neti”. Bukan ini, bukan ini.
Ia serba bukan krn pikiran tak mampu menjangkaunya. Semua yg mampu dipikirkan, pasti bukan Tuhan yg sesungguhnya. Mungkin itu hanya sepersekian trilyun dr keberadaan DIA yg illahi. Tuhan, dgn demikian, sepanjang yg dibicarakan manusia, adl cerminan kesadaran manusia itu sendiri.
Kesadan anak2 akan melahirkan gambaran tuhan yang kekanak-kanakan. Ia menuntut, mengakui semua sbg miliknya, tak ada ruang bagi yang lain yang berbeda, dan maha pemarah, ngamukan. Persis sikap anak-anak.
Sebaliknya, kesadaran yang dewasa, melahirkan tuhan yang maha kasih, yang maha pengertian, yang menerima berbagai jalan dari penganutnya.

“yo yo yam yam thanum bhaktah
sradhaya rchitum ichchhati
tasya tasya chalam sraddham
tam eva vidadhamy aham”
(BG 7.21)
“apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh para pemujaku, aku perlakukan kepercayaan mereka sama, supaya mereka tetap teguh dan sejahtera”

“ye yatha mam prapadyante
tams tathai ‘va bhajamy aham
mama vartma ‘nuvartante
manushyah partha sarvasah”
(BG 4.11)
“Jalan manapun yang ditempuh oleh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima, dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta”

Bagi umat Hindu, Esa-nya Tuhan tidaklah berarti ia terpisah, asing dan sebatang kara di langit sana, dgn hadiah2 di satu tangan bagi yang memujanya
dan cambuk siksa/bencana di tangan lain untuk yang tidak sesuai kehendaknya. Ia ada disana, disini, dimana-mana tetapi tidak terpengaruh oleh apapun (wyapi wyapaka nirwikara). Ia karib karena ada dalam setiap pori2 semesta.
Dalam Gita ia bersabda “Dalam jiwa yang hidup, AKU adalah atman. Dalam api aku adalah panas. Dalam air aku adalah rasa. Dalam udara aku adalah kelembutan. Dalam doa2 aku adalah OM”. Unsur tanah ia adalah pertiwi. Unsur air dia adalah apah. Unsur udara ia adalah bayu.
Unsur api ia teja. Unsur ruang hampa ia ether. 5 unsur (panca maha butha) ini adalah unsur yang sama yang membentuk setiap mahluk (bhuana alit) dan juga membentuk semesta (bhuana agung). Dalam pandangan Hindu, bhuana alit adalah anak2, bagian, dari bhuana agung.
Keduanya dibentuk oleh unsur yang sama, memiliki frekuensi yang sama, sama2 “hidup” dan saling mempengaruhi. Karena adanya kesadaran akan relasi ini, penganut Hindu hampir tidak membedakan “manusia”, “Tuhan” dengan “alam”.
Ada ungkapan "tat twam asi", aku adalah kamu, sama2 atman, sama2 ada unsur ketuhanan dalam setiap mahluk. Dr sini kemudian lahir konsep “Tri Hita Karana”, keseimbangan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan.
Tidak ada kesejahteraan yang bisa diraih bila hubungan satu dengan lainnya tak seimbang, patron – client, yang satu mengeksploitasi yang lain.

Rg Veda I.1.9 yang menyatakan:
Sa nah piteva sunave
‘gne supayano bhava,
Sucasvanah svastaye
Izinkan kami mendekatimu (bumi) dengan mudah, seperti ayah kepada anaknya; Semoga engkau senantiasa bersama kami.

Sementara Atharva Veda XII.1.12 menyatakan :
“Mata Bhumih putro’ham prtivyah” : Bumi adalah ibuku dan aku adalah anaknya.
Dalam bagian lain Gita menyatakan:
Annaad bhavanti bhuutaani.
Prajnyaad annasambhavad.
Yadnyad bhavati parjanyo
Yadnyah karma samudbhavad. (BG.III.14)
“Makhluk hidup berasal dr makanan. Makanan dari tumbuhan. Tumbuhan dari hujan. Hujan dari yadnya. Yadnya itu adl karma (action)”
Karena relasi itu, maka umat Hindu merasa nyaman dan dekat dengan alam. Alam adalah Tuhan dalam berbagai fungsinya. Dalam bentuk hujan dia disebut Indra, dalam bentuk angin dia disebut Bayu, dalam bentuk api dia disebut Agni, dalam bentuk laut ia disebut Baruna.
“Ya Tuhan, engkau adalah brahma, wisnu, siwa, rudra…” demikian doa sehari-hari umat Hindu. Weda memang menyatakan demikian. Maka lahirlah yadnya (persembahan suci) kepada api, kepada laut, kepada gunung. Itulah bentuk harmoni, saling menghormati, saling menjaga.
“Ishthn bhogan hi vo deva
Dasyante yajna bhavitah
Tair dattan appradaya bhyo
Yo bhunkte stena eva sah”
(BG 3.12)
“Dengan pemujaanmu kepada dewata, maka Dewata akan memberkahimu dgn kebahagiaan. Dia yang menikmati berkah tanpa melakukan yadnya, adalah ibaratnya seperti pencuri”
Jadi, apakah persembahan2 itu sesat?
Kembali lagi, tergantung kesadaran kita. Tergantung pilihan jalan dan pilihan hati kita. Terlalu besar DIA untuk dipahami, dimiliki dan diklaim seorang diri. Ekspresi pemujaan terlalu agung untuk disederhanakan seperti seragam anak2 pramuka.
Wujud syukur terlalu spiritual untuk diseragamkan seperti upacara bendera.

Lagipula, kalau ia memang begitu benci dengan cara pemujaan yang berbeda, mengapa ia biarkan jutaan manusia ini hidup turun temurun selama jutaan tahun ?
Faktanya, seringkali ekspresi mereka yg melakukan perembahan2 ini jauh lbh bahagia, tulus dan khusuk, dibanding mereka yg beragama dengan kaku, serba tak boleh dengan alasan Tuhan marah.

Yang pemarah, Tuhan atau kita, sih ?
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with HinduGL

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!