Mumpung senggang, saya ingin meluruskan pemahaman Pak Ustad @ustadtengkuzul ttg utang pemerintah dlm bentuk Global Bonds untuk penanganan #COVIDー19 . Nggak berharap banyak sih, tapi hitung2 beramal di hari Jumat. Intinya, tak ada yg pernah berharap ada wabah yg datang tiba2 ini.
Setuju ya Pak Ustad @ustadtengkuzul , tak ada yg berharap ada wabah apapun, termasuk corona. Kita mengawali tahun 2020 dengan optimisme dan harapan baru. Tapi bencana tak dapat ditolak, maka kita musti merespon dg baik, tak sekadar pasrah dan meratapi nasib. Itulah ikhtiar kita.
APBN 2020 dirancang dg asumsi semuanya normal. Ketika wabah #COVIDー19 datang, tentu harus diantisipasi. Baik aspek kesehatan, dunia usaha, dan ekonomi rakyat. Semua musti dijaga, maka kita butuh dana ekstra agar mencukupi dan dipastikan semua dapat tertangani dg baik.
Situasi memang tak mudah. #COVIDー19 datang tanpa permisi di awal tahun, saat semua sdg menata rencana dan melangkahkan kaki bekerja. Beratnya, corona memukul sisi supply dan demand sekaligus, karena mobilitas orang dan barang terhambat. Ekonomi dunia serasa mendadak mandek.
Di awal tahun, kita belum punya cukup uang. Penerimaan pajak yg menjadi andalan baru kenceng setelah April. Pemda2 jg sama, blm punya uang. Pilihan tak banyak, situasi dilematis. Pemerintah musti ambil langkah cepat dan tepat lawan #COVIDー19 . Karena darurat, Perppu terbit.
Perppu 1/2020 yg merupakan respon cepat Pemerintah mengantisipasi dampak #COVIDー19 dr perspektif fiskal. Supaya kita punya cukup uang membantu penanganan korban, pencegahan, menjaga daya beli rakyat, dan membantu dunia usaha bertahan. Semua tertekan, pak Ustad malah menekan...
Nah, jika sudi membaca Perppu 1/2020, tak perlu sampai selesai, cukup 2 pasal di awal, rasanya sdh dapat gambaran lumayan terang. Kita melebarkan defisit agar ada ruang pembiayaan yg leluasa, dan mengencangkan ikat pinggang sambil cari sumber pembiayaan baru. Bungkus ya Ustad?
Saya cuplikkan 2 pasal itu biar mudah dibaca. Kebijakan pelebaran defisit dan langkah2 Pemerintah melakukan efisiensi dan pencarian sumber pembiayaan baru. Semoga mudah dipahami ya. 
Nah, kebiasaan kita nih baca yg sensasional tapi tak lihat utuh. Perppu berkomitmen melakukan penyesuaian besaran belanja, pergeseran anggaran, menambahkan belanja yg blm ada terutama utk penanganan dampak #COVIDー19 . Menggunakan SAL, dana abadi, refocusing, realokasi, dll...
Termasuk memberikan pinjaman ke LPS agar kita bisa menalangi debitur yg terdampak, khususnya KUR/UMKM, dan terakhir menerbitkan Surat Utang Negara atau Surat Berharga Syariah Negara. Ini yang dikomentari Pak Ustad, lepas dari konteks besar dan kompleks. Lalu kenapa utang sih?
Begini Ustad @ustadtengkuzul . Idealnya negara bertumpu dari #pajak . Sepakat ya? Tapi di saat seperti ini mengandalkan pajak itu tak bijak. Bayangkan, banyak pelaku usaha berjuang agar tetap hidup, tak PHK, UMKM mati2an bernafas. Boro2 bayar pajak, omset saja cekak. Gitu kan ya?
Maka Pemerintah bertindak bijak. Alih2 mengandalkan pajak yg akan jadi beban baru, dipilih sumber lain sekaligus memberi stimulus agar dunia usaha tetap bisa bertahan, tak ada PHK, keluarga kurang mampu dibantu. Intinya kita mau jagain agar bangsa yg Anda sayangi ini survive.
Tapi kok utang? yang pilihan tak banyak. Selain sumber2 lain yg paralel diupayakan. Terbitin #GlobalBonds di awal ini ada kalkulasi matang: pasar volatile, semua negara terdampak, ekonomi global mandek, semua berebut uang, yang paling cepat dan lincah ya akan kebagian...
Kita butuh uang cepat, biar penanganan #COVIDー19 maksimal. Sambil menguji kepercayaan investor, ternyata Bonds ini diminati. Investor dan pasar msh percaya kita mampu membayar. Nah, lantas kenapa perlu jangka panjang? Beban anak cucu dong...I luv u full Pak Ustad, sayang cucu...
Begini Tadz. Minat investor ternyata skrg investasi jangka panjang. Selain itu, tenor lama maka yield lebih rendah. Kita punya nafas lebih panjang, pemulihan, bangkit, banyak duit dan lunasi dg gagah. Itungan kasar, utang Rp15 T beban total menjadi Rp17,9T setelah 50 thn.
Strategi ini sekaligus menata profil jatuh tempo utang agar tak membebani keuangan negara. Waktu yg lama memberi kesempatan kita terus berhitung, memantau, dan memitigasi risiko. Ini semua diambil ya karena kita ada pada situasi tak normal, extraordinary. Semoga Ayah Naen maklum.
Oh ya, biar adil saya ajak Ustad jalan2 melihat bagaimana negara lain mengambil kebijakan hadapi pandemi. Tak ada yg siap, meski tak lantas jadi alasan leha2 dan tak bertindak cepat. Ini Uni Eropa dan Inggris jg sdg berlomba terbitin Surat Utang.
Semoga dipahami nggih Pak Ustad @ustadtengkuzul yang bijak. Justru ini menyelamatkan jangka pendek yg berpacu dg waktu, sekaligus memikirkan eksistensi negara supaya tetap survive dan langgeng, hingga kelak ketika 50 thn lagi, anak cucu kita mewarisi perekonomian yang kuat.
Biar sy kelihatan agak pinter, sy kutip ahli bernama Steve A Bank. Dia bilang "jika abad lalu pajak itu seperti pedang, abad ini pajak akan jadi perisai". Betul, kini pajak jd penyelamat karena dg stimulus pajak, banyak kelonggaran dan keleluasaan. Gotong royong sejati.
Saya senang Pak Ustad mengkritik dan menguji Pemerintah supaya berhati-hati dan lebih baik. Dan itu telah dan sedang dipraktikkan. Kini, bantuan Pak Ustad @ustadtengkuzul memberitakan yg benar secara baik jg jadi sumbangsih lawan #COVIDー19 . Semoa tak sulit. Salam berkah.
