My Authors
Read all threads
PENUNGGU PETERNAKAN

@bacahorror
#bacahorror
Kalian suka makan ayam?
apa kalian tau dari mana asal ayam yang biasa kalian makan tersebut ?

Yapp berasal dari kandang peternakan ayam broiler yang jauh dari perkampungan warga
Bukan tanpa alasan ,,
Karena memang kotoran ayam yang menyengat baunya,,

Jadi harus di buat jauh dari rumah warga desa,

Berada di pekarangan atau persawahan yang jauh dari pemukiman namun begitu dekat dengan 'mereka' yang tak kasat mata .
Masi dengan kisah yang saya alami selepas lulus sekolah,,
Semoga kalian tidak bosan dan ada pemahaman dan manfaat untuk kalian semua
Btw bicara tentang hantu/setan atau semacamnya kenapa mereka tidak mempunyai gaya gravitasi seperti kita dan semua benda di bumi,,
Padahal mereka sudah masuk ke alam manusia,,
alam dunia yang ada gaya gravitasinya..
Ada yang bisa menjelaskan?
Mundur ke belakang di mana awal berdirinya kandang ayam ini,,
Pertengahan tahun 2005 kandang petwrnakan ayam ini di bangun di bekas perkebunan mangga milik bapak haji,

Dari awal berdiri sampai sekarang tak pernah habis cerita menyeramkan oleh setiap penjaganya,,
Puluhan orang penjaga berganti
Puluhan kisah mistis juga mengiringi di setiap priodenya.,

Selain jauh dari pemukiman disini kuga memang sudah terkenal angker sejak dahulu kala,,
Ujung timur desa yang menyimpan banyak cerita dari 'mereka'
Sebelah barat kandang berbatasan dengan perkebunan mangga dan pisang warga yang dimana perkebunan tersebut terkenal dengan 'rumah' pocong julukanya,,

Yah karena memang bukan cuma satu atau dua sekali muncul namun banyak,,
Lebih dari 10 pocong ketika muncul di hadapan warga
Yang sial karena melintasi daerh tersebut pada malam hari,

Di sebelah utara kandang kurang lebih 10 meter berbatasan dengan rawa rawa kecil di tengah persawahan ,,
Tentu menjadi tempat tinggal dari 'mereka' dan memang rawa tersebut tak kala angker dan seramnya
Dari perkebunan pisang di sebelah barat,,

Di sebelah timur kurang lebih 300 meter adalah pemakan desa sebelah yang terpencil berada di tengah persawahan,,
Makam dari orang zaman dahulu.

Dan bergeser ke sebelah selatan tepat di hadapan kandang adalah kali wetan
Yang di lintasi jembatan kecil dimana jembatan tersebut adalah bekas pembataian dari orang orang pada zaman dahulu ketika penjajahan belanda,,

Di bawah jembatanya adalah kuburan dari para korban pembantaian,, yang sudah menjadi sungai kecil untuk irigasi persawahan warga
Saya jadi tertarik mengangkat cerita ini karena 3 hari yang lalu saya beryenu usman,,
panggil saja demikian,
Dia adalah penunggu peternakan sekarang dan dia hanya menjaganya seorang diri,,

Cukup lama kami berbincang hingga ia menceritakan
Apa yang ia alami sekitar 5 hari yang lalu,,

Malqm itu turun rintik hujan yang sedang dan awet sedari sore hingga malam hari,,
Usman terjebak di kandang dan tak bisa pulang,
Ia pun memutuskan untuk berbaring sambil mendengarkan suara musik dari radio tua yang terpasang
Mendengar Radio adalah hiburanya di kala bekerja dan ber'istirahat ,,

Rasa kantuk mulai mendera,,memberatkan mata mengajak usman untuk terlelap,,
Hingga akhirnya ia tertidur dengan lelapnya,,

Sssrrrrzzzzhhhhh,,,ssrrzzzzzhhh
Suara radio yang kehilangan frekuensi
Semntara hujan di luar tak kunjung reda malah semakin deras,,
Kilatian petir mulai tercipta di ikuti dengan suara helegar gemuru yang yang membangunkan usman dari tidurnya,,
Namun bukan hanya itu,,
Samar samar terdengar suara kidung jawa yang di nyanyikan oleh seorang perempuan
Yang menggunakan pakaian khaa sinden dalam sebuah pertunjukan wayang,

Suaranya begitu halus seakan memikat dan menengelamkan siapapun yang mendengarnya ke dalam alunan merdu suaranya,,
Terdengar dari pojok timur kandang peternakan,

Tanganya gemulai
Sekaan mengekspresikan makna yang terkandung dari lagu tersebut,,

Usman yang setengah sadar mencari sumber suara,,
Ia memindah chanel radio yang di kiranya suara tersebut berasal dari radio di samping kanan'nya
Suara radio ia kecilkan,,
Berharap bisa dengan jelas mendengar suara sayup sayup kidung yang di pecah suara petir dan hujan,,

Usman segera bangkit dengan posisi terduduk menatapa arah sumber suara,,

DEG,,,,,,
Sejenak jantungnya berhenti berdetak,, mata yang begitu terbelalak
Mulut setengah terbuka menyaksikan pemandangan di depanya yang kurang lebih berjarak 100 meter di pojok timur kandangnya,

Usman hanya diam tak bergerak,,
Kini jantungnya begiti cepat terpompa,
Adrenalin begitu memuncak
Sementara sosok yang di tatap usman sekarang berbalik memandangi dirinya yang tengah mematung terpaku ketakutan yang luar biasa besarnya,,

Senyumanya begitu mengerikan, dengan pipi yang bolong robek sampai ke kuping,

Sekarang sosok tersebut berlengak lenggok
Berjalan sambil menari menuju ke arah di mana usman duduk terdiam,

Ketika sosok tersebut semakin mendekatinya gelegar dan gemuru petir menyadarkanya,,membuat tubuh usman refleks mengeluarkan segala ketakutan yang sedari tadi terkekang dan terpendam,,
Segera ia berlari keluar bangunan kandang peternakan
Menerobos hujan dan semak ilalang,
Tak ada yang usman pedulikan.selain dirinya dan keselamatannya,,
Tujuanya sekarang adalah lari sekencang dan sejauh mungkin dari sosok yang menakuti dirinya
Usman lari terbirit birit seraya berteriak mengeluarkan ketakutan yang teramat sangat,

Sosok tersebut disini di kenal dengan nama 'TAPI LIRIS'.
Begitulah usman menceritakan kisahnya ,,

Namun tak ada keluh kesah dari dirinya,,
Semua di lakukan dan di jalankan demi kebutuhan,
Karena memang tak ada pekerjaan lain yang ia bisa lakukan,,
Dengan penuh resiko dan ketakutan ia bertahan entah sampai kapan..
Setelah selesai mendengar cerita usaman saya tertarik unruk menulis kembali pengalaman yang perna saya alami dan dari cerita dari para penunggu peternakan terdahulu,,

Tahun 2014

Setelah lulus sekolah belum ada keinginan untuk kerja jauh meninggalkan desa,,
Masi ingin menikmati waktu libur dan menganggur,,.

Beberapa bulan berlalu ketika sedang asik menikmati malam bersama kedua teman saya,,
Dio dan irpan.

Seperti biasa kami kumpul di rumah irpan hanya untuk menghabiskan waktu dan kegiatan yang tidak terlalu berguna
Hingga suatu malam datang satu orang teman kami yang baru pulang menimba ilmu di sebuah pesantren yang terletak di jawa timur,,
Idin sebut saja begitu,,teman lama yang terpisah jauh karena sebuah keinginan,,
Idin adalah keponakan bapak haji yang saya ceritakan di atas,

Singkat cerita idin mengajak kami untuk bekeeja di peternakan ayam milik pamanya,

Dari situ awal saya terjun kedunia kerja dan mendapatkan ilmu tentang proses peternakan ayam broiler,,
Kurang lebih 2 minggu lagi kandang siap di isi,,

Hal yang pertama di lakukan adalah membersihkan lantai kandang dengan air bertekanan tinggi,
Bertujuan untuk menghilangkan sisah dari kotoran ayam,,
Pekerjaan yang melelahkan karna
Memang harus bersih dan teliti di setiap sela lantai bambu agar tumbuh kembang ayam sempurna,,

Kegiatan ini kami mulai pada sore hari sampai tengah malam
Bahkan kami harus lembur membersihkanya karena waktu yang sudah mepet dengan jadwal
Saat malam hari suasana terasa begitu berbeda,,
Sangat sunyi,,gelap dan hampa namun entah kenapa begitu pengap nafas ini,,seperti tengah berada di dalam kerumunan,,

Hanya Deruh mesin pompa yang terdengar,
Seperti tak ada tanda tanda kehidupan di sini
Kami kerja bergantian, saling mengganti jika dirasa sudah lelah,,
Kadang ini sudah lama kosong, kurang lebih 3 minggu lamanya,,

Kami membersihkan sela demi sela secara detail dan penuh kesabaran ,
Persis seprti gambar ini
Bangunan kandang yang 90 persen berbahan kayu dan bambu ,

Luas 5 meter dan panjang 80-100 meter,,

Ketika mereka sedang bekerja saya memilih turun menuju pondok yang berada di tengah ter'apit bangunan peternakan ini untuk sekedar membuat kopi dan beristirahat
Selesai membuat kopi saya dudk menatap keadaan sekitar yang gelap dan di penuhi pohon mangga dan pisang,,
Ada satu pohon pisang yang menarik perhatian saya,
Daunya bergerak gerak namun hanya sendirian di pohon tersebut saja,,

Semakin lama semakin cepat ritme gerakannya
Ahh masa bodo
Ucapku sambil meminum kopi,,

Namun semakin lama semakin saya di buat penasaran,,
Hanya beberapa detik mengalihkan pandangan tiba-tiba sudah muncul sosok berkain putih setinggi pohon pisang,,
Saya mengernyitkan dahi memfokuskan pandangan dengan penuh tanda tanya
Saya menyemburkan kopi seraya mengumpat kata kotor ketika sosok tersebut menunjukan wujud dan mukanya ,,
Gelas kopi tak tau terlempar kemana,,
Berlari dan buru buru naik menuju teman yang sedang bekerja,,

Entah kenapa rasanya begitu lemas dan lelah ketika sampai di atas
Kenapa woy
Ucap dio ketika melihatku dengan nafas ter'engah engah dan keringat di kening yang menetes,,

Ora ppa yo,,aman,,
(Gak ppa yo,,aman)
Ucapku menyembunyikan kejadian tadi,
Saya memilih menggantikan tugas dio membasuh lantai kandang,,
Semntara itu dio turun
Untuk beristirahat,,

Mampus,,rasainn,
Makan tuh pocong,,,
Ucapku dalam hati ketika dio menuruni anak tangga menuju kepondok bawah,
Selang tak berapa lama dio kembali dengan keadaan sama sewaktu saya naik keatas,,

Kirik,,badjingann,,ora warah-warah y su,
(An*ing,,badjingan,,ga bilang-bilang y )
Umpat dio kepadaku,

Piyen enakkk....?
Ketemu sapa?
(Gimana enak..?
Ketemu siapa)
Balasku dengan nada puas,,
Tak terasa sudah hampir jam dua malam,,
Masi terlalu panjang pekerjaan ini,,
Kamipun masi bersemngat dan sesekali bersenda gurau untuk menghilangkan kantuk dan rasa bosan,

Krekkkk,,tiba-tiba mesin pompa mati,,
Kami turun untuk memeriksa apa yang tetjadi,,
Sedikit memutar jalan karena memang berada di pojok timur kandang
Di sebuah sumur tua yang dalam situ kami meletakan alat pompa air tersebut,

Dengal ilmu seadanya kami mencoba mencari sumber masalah namun semua nampak normal tak ada kendala,,bensin pun masi penuh
Karena baru di isi beberapa menit yang lalu,,

Lamon mkenen tandae kon leren,,
Sing nunggu sumure ora terima mungkin kin,,
(Kalau begini tandanya suruj istirahat,,
Yang nunggu sumur mungkin gak nerima nih..)
Ucap irpan mencoba memberi masukan,,
Ya wis ko coba lanjut Maning baka subuh bae,,
(Y udah nanti lanjut lagi saja habis shubuh)
Idin menengahi ,,

Kamipun sepakat untuk tidak melanjutkan pekerjaan ini,,
Sekarang saatnya untuk bersantai sambil ngeroko dan minum kopi
Wee gelas sijie mendi kanlah,,kurang siji kihh,,
(Gelas yang satunya kemana nih,,kurang satu)
Idin bertanya kepada kami,,

Waduuh gelas mau mendi kan lah pas mau balangna deleng pocong gah..
( waduh gelas tadi kelempar kemana lagi pas tadi liat pocong)
Ucapku dalam hati
Waduhh ilang gelase siji..

Wis sih lah barengan bae ngopine,
( udah sih barengan ajh ngopinya)

Kami beristirahat dan bersantai sambil menunggu waktu subuh tiba,,

Hingga datang waktu yang ditunggu,,
Adzan subuh sayup-sayup terdengar,,
Kami mencoba menyalakan kembali
Mesin pompa yang tadi mendadak mati,,

Bismillah,,
Dan benar saja mesin kembali hidup seperti semula,,

Kuh kan bener,,,!
Ucap irpan
Kami melanjutkan pekerjaan dengan estimasi selesai pada sore hari,,

Yapp benar,,gila,,konyol,,stres,,
Bagaimana tidak,,kami tidak tertidur selama 24 jam lebih dan jika di teruskan sampai sore hari itu artinya sudah 30 jam lebih kami tidak tertidur,,
Nekat
Semngat yang tadi kini hilang entah kemana,,
Memasuki jam 9 pagi mata sudah minta ampun untuk segera di pejamkan,,tubuh pun terasa lemas sudah tak berdaya,

Idin turun Untuk mematikan mesin pompa,,
Wis wis turu turuu ..
(Sudah sudah tidur tiduur)
Seru'nya kepada kami semua
Kami semua tertidur di pondok bambu di tengah area peternakan,,
Pondok yang sempit dan jauh dari kata nyaman,,
Kami tidur pun harus berhimpitan menyesuaikan luas ukuran yang bisa di bilang pondok/gubug ini,,,
Kami tertidur pulas di tempat yang seadanya ini
Woy woy tangi tangi,,
(Woy woy bangun bangun)

Idin membangunkan kami,,

Sih wis peteng,,jam pira kine?
(Lah udh gelap,,jam brapa ini?)
Ucap irpan setengah sadar.

Jam 10 rik,,blaratan pegawean kih..
(Jam 10 nj*ng,,kacau kerjaan nih)
Ucap idin yang segera keluar pondok
Untuk mencuci wajahnya,,

Idin memulai pekerjaan dengan irpan,
Semntara saya dan dio bertugas membeli nasi,kopi,rokok dan segala kebutuhan lainyA di desa menggunakan sepeda motor,,

Crrriiiiittttttt,,
Suara rem mendadak dari sepeda motor yang melaju,,

Di hadapan saya dan dio
Terlihat banyak orang bergerombol di jembatan,,
Kami mengira iti adalah warga desa namun tidak mungkin,,

Mundur mundur yo,,dudu lawan
(Mundur munduryo,,bukan lawan)
Ucapku sambil menepuk punda rio yang menyetir,,
Dengan badan bergidik merinding kami mengurungkan niat
Dan kembali ke area kandang,,

Sihh balik maning?
(Lah balik lagi?)
Ucap idin heran,,

Ampun ampun bli kuat..
(Ampun ampun gak kuat)
Dio menjawab sambil mengangkat kedua tanganya,,

Lah kenapa yo
Ucap irpan mendekati kami,

Ana rombongan demit,,los ira bae sing tuku
Ceke di oangan demit...
(Ada rombongan demit,,nih lo ajah yang beli biar di makan.demit)
Ucap aryo sambil menunjuk ke arah jembatan,

Tutup bae lawang kandange agian,,range wedi
( tutup ajh pintu kandangnya cepetan,, gw takut)
Irpan terlihat panik,

Kami menyudahi pekerjaan
Kami terlalu takut jika membuat suara gaduh yang nanti akan mengundang mereka untuk ke sini,,
Begitu sepih,,senyap,,tak ada suara di luar,,
Yang terdengar hanyalah suara nafas yang ngos ngosan dan jantung yang berdegub kencang karena ketakutan
Idin terlihat sepwrto membaca doa doa,,
Irpan tengah mengusap peluh di keningnya,,
Saya hanya berjongkok pasrah,,semntara aryo sesekali melihat ke arah depan kandang untuk memastikan,

Baru 2 hari kerja udah begini gimana nantinya,,
Gumam ku dalam hati,,

Tak ada satupun
Dari kami yang berani bergerak apalagi untuk berbicara,,

Dog,,doggg,,,doggg
Suara pintu di ketuk dari luar,,
Kami masi tak berani menjawab,,

Dogg,,,doggg,,doggg,,din,,,,idin,,,,
Suara dari luar pintu memanggil manggil nama idin,,

Diiin,,idinn,,bukaen,,
(Diiin,,idinn,,,buka,,)
Aryo melongok melihat siapa yang berada di balik pintu,,

Syukurlah rupanya pak maman yang merupakan ayah idin,,

Gebraaggg,,
Pintu di buka,,kami membuang nafas yang panjang yang sedari tadi tertahan,

Pada kenapa keringeten kabeh kuh?
(Pada kenapa keringeten semua begitu?)
Tanya pa maman heran,,

Kami tak ada yang menjawab,,

Y wis liren dikit,,kih rang ws gawa sega tapi ora akeh karo kopie.
(Y udh istirahat dulu,,ini saya sudah bawa nasi tapi sedikit sama kopinya juga)
Pak maman memberikan plastik berisi nasi dan kopi untuk idin anaknya..
Dengan langkah ragu kami menuruni tangga menuju pondok,,

Managana dikit,,ko tak baturi menggawene.
(Makan dulu,,nanti saya temani kerjanya)
Pak maman seakan tau apa yang terjadi pada kami,,
Ya karena memang dulu pak mamam yang menunggu di sini untuk beberapa priode lamanya
Satu rantang nasi dan lauk seadanya kami makan bersama,
Walau cuma sedikit tapi kenyang begitu terasa,

Setelah makan kami pun melanjutkan pekerjaan yang tinggal beberapa meter lagi jaraknya,,

Ketika waktu menunjukan jam 1 tengah malam kami merampungkan pekerjaan ini,
Kami langsung membereskan semua peralatan dan turun menemui pak maman,,

Aja gerek balik dikit,,turua ning kene bae,
(Jangan balik dulu,,tidur di sini ajh)
Pa maman seperti memberikan pesan terselubung,

Tak lama pak maman mulai menceritakan kejadian-kejadian
Yang pernah ia alami sewaktu menunggu di sini..
Sebenarnya kami takut namun entah kenapa ketika beliau bercerita seperti sangat menarik untuk di dengar secara seksama

Sudut pandang pak maman,,

Saya memang yang pertama kali menunggu di sini,,
Suara tawa dan tangisan memang setiap malam selalu terdengar dari kebun mangga di sebelah barat kandang,,
Awalnya saya takut,,
tidak,,bahkan sangat takut,,
Saya bisa gila bila harua setiap malam di hadapkan dengan kondisi seperti ini

Di sini seperti perkampungan mereka
Dan saya seperti orang asing yang menarik perhatian dari mereka,,

Lama kelaman bukan hanya suara yang saya dapati namun juga wujud dari mereka yang begitu beragam dan tentu mengerikan untuk di gambarkan,

Saya menunggu disini bersama idris,,
Idris di kenal
Sebagai orang yang pemberani terhadap makhluk ghaib namun entah kenapa ketika disini nyalinya begitu ciut,,
Tak terdengar lagi kelakar sikap beraninya.
Saya pun sama halnya dengan idris begitu takut menunggu di sini,,
Namun mengingat pak haji adalah paman saya membuat saya segan
Dan tidak enakan bilamana harus mundur dari pekerjaan ini,,
Sangat membatin namun tak ada pilihan lain,,

Semakin berani makhluk di sini menunjukan eksistensinya
Bahkan sampai mengoyangkan bangunan peternakan ini,
Ketika saya dan idris sedang tertidur pulas,,
Entah kenapa rasanya bangunan ini bergoyang seperti terjadi gempa
saya dan idris segera keluar dari dalam kandang namun anehnya di luar sama sekali tidak terasa,

Namun begitu melihat bangunan kandang yang masi bergerak gerak
Saya ber'istigfar,,
Rupanya hanya bangunan kandang yang bergerak dan tak lama terdengar suara tawa yang begitu berat yang membuat bulu kuduk meremang sekujur badan,

Kami pun lari terbirit birit meninggalkan bangunan kandang untuk mencari pertolongan
Sinyal gak mendukung euy,,
Mohon maaf bila bAnyak typo ataupun bahasa yang kurang di mengerti,,
Ceritanya masi panjang,,saya harap kalian tidak bosan,,
Saya lanjutkan bila sinyal sudah membaik,
Saya akhiri ausut pandang pak maman,,
Kita kembali ke inti cerita,,

Aja anteng anteng kandae mang koe setane pada krungu
(Jangan keras keras ceritanya pak nanti setan nya denger)
Ucap irpan memotong cerita,

Y wis endah bae cke pada sadar tes di kandani kuh pada setane
( ya biarin ajah biar pada sadar setan nya )
Pak maman menegaskan,,

Terlalu panjag dan terlalu banyak memang cerita dari pak maman jadi langsung skip saja,,

Kami pulang ketika matahari mulai muncul dari ufuk timur,,
Tak ada kegiatan,,
hari ini kami habiskan untuk beristirahat
Karena lusa kami harus kembali bekerja menggelar sekam padi dan karung yang sudah di jahit dan di satukan sehingga panjang dan lebarnya pas dengan ukuran kandang sebagai alas pijakan anak ayam nantinya,
Berikut tahapan demi tahapanya

-membasuh kandang
Menghilangkan bekas kotoran ayam.
-memggelar sekam dan karung yang sudah di sesuaikan dengan ukuran kandang sebagai pijakan ayam.
-memasang sekat dari bambu ataupun besi matadok yang berlubang sebagai pembatas ayam nantinya
-memasang batu bara sebagai penghangat anak ayam nantinya
-menyiapkan peralatan makan dan minum ayam
setelah ayam datang semua harus di persiapkan,

Semenjak di temani pak maman memang semua terasa lebih baik,
Tak banyak gangguan yang kami alami,,
Hanya gangguan kecil
Yang kami alami dan tidak terlalu menyeramkan,

Singkat cerita waktu yang di tungu tunggu tiba,,
Nanti malam adalah kedatangan anak ayam yang siap di besarkan,
Di kirom dari pt melalui suplaiyer yang berasal dari jawa tengah
Tak tentu kapan datangnya yang pasti kami harus mempersiapkan semuanya sedini mungkin,,

Jam 8 malam kami menuju ke kandang untuk menunggu waktu kedatangan anak ayam,,

Bagus nya irpan membawa sound aktif yang bisa terkonek lewat hp,
Memutar lagu dari band TIP-X
Yang memang kao sukai,,
Suara dari alunan musik menghidupakan suasana yang tadinya sepih menjadi sedikit lebih meria dan lebih baik untuk kami,

Tak lupa kopi hitam kami seduh sembari menunggu
Sekitar setengah 2 dini hari mobil peket baru tiba ,

Yang di tunggu tunggu sedari tadi,,
Kamipun bergegas menghampiri,,

Disini rameh y mas,
Tanya'nya kepada kami..

Rameh apanya mas?
Tanya dio..

Itu tadi mau masuk keaini banyak orang di sepanjang jalan'nya,

Kami berempat????
Benggong penuh tanda tanya..

Wis wiss,,ayo menggwe maning
(Sudah sudah,,ayo keeja lagi)
Ucap dio seraya masuk ke dalam mobil untuk mengangkut kartonan bok yang berisi ayam,
Setelah semua data dan jumlah box di cocokan dan tak ada kekurangan maka tinggal minta tanda tangan si penerima,

Tugas paling berat dalam budidaya ayam pedaging di mulai,,
Anakan ayam sangat rentan terhadap suhu,,keadaan,tingkat stres dan perlakuan juga mempengaruhi
Tumbuh kembang dari sih anakan ayam,,
Untuk menjaga suhu tetap hangat maka batu baradi nyalakan,,
Dan belum lagi ancaman dari binatang seprti garangan,tikus besar dan kucing yang sering memangsa ayam,
Harus di jaga ekstra ,
Hal seperti ini harus di lakukan selama 15 hari lamanya
Memasuki umur 7 hari ayam harus di paksin agar daya tahan tubuhnya kuat,,dan rutin di beri kamu juga berupa campuran kunyit,gula mera dan lainya.

Di hari ke 3
Kami berada di pondok sambil sesekao mngecek keadaan di dalam kandang,

Keadaan nampak tenamg dan normal namun
Lewat jam 10 malam lampu tiba-tiba mati,
Membuat kami kaget dan bergegas memeriksa ,,
Rupanya sedang ada pemadaman listrik,

Kerja sekalian uji nyali ini mah
Gumam dio,,
Tak lama tetdengar suara ..
Geebbraagggg,,,

Suara seperti hantaman di dalam kandang,,

Woyy,,kami keget setengah lata..

Duhh apa maning kine
(Duhh apa lagi ini)
Ucap irpan setengah heran,,

Namun di antara kami tak ada yang berani memeriksa,,
Kami saling tunjuk
Dan saling melenpar tanggung jawab,,

Setelah berdebat kecil akhirnya kami menutuskan untuk memeriksa secara bersama sama,,

Pintu kandang perlahan di buka,,
Begitu galap,,
Hanya ada suata dari anak ayam yang sepertinya mengalami ketakutan yang sama seperti kami
Hanya ada 2 senter untuk kami ber'empat,,
Kami dibagi menjadi 2 tim,
Irpan dan idin ke kanan,
Saya dan dio ke sebelah kiri,,

Berjalan memeriksa sudut demi sudut untuk memastikan tak ada bintang yang memakan anak ayam,

Sampai kami tiba di bawa tandon air utama
Tandon air yang menjadi suplai untuk minum para ayam,,

Metu metu agiann
(Keluar keluar cepetan)
Brag brag brag suara langkah kami Yang menginjak lantai bambu,

Mendengar suara kami berlari idin dan irpan malah ikut berlari keluar kandang,,

Napa yo.

Tanya idin heran
Kirik,,badjingane lagi nongkrong ning duwur wadah banyu
(Anj*ng,,badjinganya lagi nongkrong di atas wadah air/tandon)
Dio menjelaskan sambil mengupat sosok yang membuatnya takut barusan,

Sira kenapa melu melayu bae?
(Kalian kenapa ikut lari ajah?)
Dio berbalik bertanya,
Y kita kan kudu kompak,,baka melayu siji ya melayu kabeh,,
(Ya kita kan harus kompak,,kalau lari satu ya harus lari semua)
Sangkal idin menjawab pertanyaan dio,,

Apa apaan itu
Ucapku setenga kesal,
Ws liren bae,,aja ladeni kandang,,mader masa melayua kandange gah
(Sudah istirahat saja,ga usah peduliin kandang,,ga bakal lari juga kandangnya)
Irpan mencoba menengahi,

Kamipun sepakat untuk duduk di depan pondok dan membuat api unggun kecil untuk menghangatkan tubuh
Sue sue ko ngeli mangan yaa
(Lama lama kok laper yaa)
Iya sih ngeli..
(Iya sih laper)
Suara idin dan di sahut irpan,,

Kompak nemen baka urusan mangan kuh
(Komoak bgt klo urusan makan)
Ucap dio,,

Makan apa coba??
Saya bertanya kepada mereka,

Bakar boled bae karo gedang
Enak ora anget apa maning di tambah kopi..
(Bakar singkong sama pisang ajah,,enak kan anget apalagi di tambah kopi)
Irpan memberi usul,,

Los ira sing bedol bolede rang sing luru gedange
(Sana lo yang nyabut singkong
Gw yang cari pisangnya),
Aryo nampak setuju
Kami bertiga pergi mencari pisang di kebun sebelah barat,,
Semntara irpan hanya sendiri y memang karena kebun singkong tak begitu jauh jaraknya dari kandang,
Sedangkan kebun pisang lumayan jauh jaraknya

Endah irpan mh kon dewekan bae,,
Baka wis di rubung demit gh rasain
(Biarin irpan suru sendirian ajh
Kalo udh di kerumunin demit raaain)
Ucap dio yang sepertinya puas.

Kami bertiga membawa dua senter sebagai alat penerangan,,
Kami harus mencari masuk sampai ke dalam kebun.
Ehemmm..
Kami berdehem sebagai tanda masuk,
Berdehem di percaya membuat mereka yang yak terlihat menyingkir dan menjahu dari tempat yang akan di datangi,
Dan satu hal yang di anggap pamali di daerh sini adalah bersiul,
Karena konon dengan bersiul bisa mengundang 'mereka' untuk datang mendekat,
Saat masuk dalam ke dalam kebun hawa'nya begitu berbeda,,
Tetasa aumpek dan gerah padahal sedang berada di luar ruangan dan kondisi malam hari seperti ini.

Kami bergegas mencari pisang yang di rasa sudah tua sehingga lebih enak jika di bakar dan segerah keluar dari kebun ini
Karena memang hawanya sudah tidak enak sedari tadi.

Setelah mendapat apa yang di cari kami segera beranjak pergi.

Brugg...
Suara Pohon pisang di samping yang mendadak rubuh tanpa sebab,,
Kami semua berlari ketakutan menuju kandang,

Sementara di pondok terlihat
Irpan sedang membersihkan songkong dari tanah yang menyelimutinya.

Kenapa pada melayu-melayu kuh?
(Kenapa pada lari larian)
Tanya heran dari irpan,

Ora ppa wis age di bakar bae..
( Gak ppa sudah cepet di bakar ajah)
Jawab idin singkat,,
Hari demi hari kami semua mulai terbiasa dengan kondisi seperti ini,
Kami begitu dekat,,bahkan terlalu dekat dengan 'mereka'
Tak ada pilihan lain selain mencoba membiasakan diri,,
Menikmati pekerjaan yang masi lama ini
Ada satu sosok yang oaling mendominasi dan berkuasa di sini,,
Sosok seperti leak yang ada di bali,,
Sosok yang kami hindari dan takuti
Kurang lebih seperti gambar di bawa ini
Sosoknya berbadan besar tak terlalu tinggi,,
Dengan gigi bak taring yang tajam,,rambut hitam sampai menyentuh tanah,,kuku-kukunya panjang dan hitam,
Sosok ini sangat galak dan bisa mencelakakan ketika ia mewujudkan dirinya dan menggangu para orang-orang penunggu di sini
Dan saya mendapat cerita tentang sosok tersebut ketika sedang mengangkut pakan ayam dari truck,,berat pakan ayam tersebut adalah 50kg setiap karungnya,
Sekali datang bisa sampai berton-ton beratnya dan begitu banyak hampir 1 mobil truck besar,,

Cerita datang dari dimas
Yang dimana dimas perna menunggu di peternakan ini skitar beberapa priode yang lalu sebelum kami menunggu di sini,,

Sudut pandang dimas,,

Ketika malam sewaktu ia tengah asik bermain judi dan mabuk di pondok bambu ia mendengar suara gaduh dari ayam-ayam di dalam kandang
Ia pun segera memeriksa untuk memastikan.
Di temani ke 3 temanya ia masik mngecek keadaan,,
Namun tak ada apa apa di dalam,,hanya ayam yang terlihat berdiri di pojok sebelah timur,,

Tak lama datang angin yang cukup kencang menerjang kandang,,
Namun aneh,,hawanya terasa panas
Bukan sejuk alergi yang seharusnya.
Gruudugggg,
Suara Ayam berlari kepinggir sepertinya membuka jalan
Perlahan muncul asap hitam pekat dan tidak terlalau lama memunculkan sosok yang tadi di bicarakan,,dengan wajah penuh borok yang menyeramkan, mata melotot sebesar buah sawo
Semua giginya runcing dan panjang,dengan rambut panjang yang kusut ,memakai kain seperti juba yang berwarna hitam ,,
Sontak dimas dan temanya lari terbirit birit meninggalkan kandang,,
Dimas kalap belari tak tenti arah,,perkebunan dan persawahan semua di terjangnya
Sosok tersebut sperti mengikutinya ,
Tak ada yang dimas pedulikan selain keselamatanya yang utama,,
Kali sing semana ambane lah tak lempati kan saking wedih lan kepeped'e
(Kaking yang lebar itu saya lompatin karena takut dan kepeded)
Dimas menjelaskan ..
Aja judi lan mabok bae sangkane gah,,sembayang park karo pengeran cke ora di wedeni setan..
(Jangan judi dan mabuk ajah makanya,,sholat dekat dengan tuhan biar gak di ganggu setan)
Sahut idin dari kejahuan,,

Ari ngomong kaya wong bener
Mader ira iraan kuh kesinge bae sing menusa tapi kelakuan mh lui-lui sing setan.
(Kalo ngomong kaya orang bener,,kalian itu kesing'nya ajah manusia tapi kelakuanya lebih-lebih dari setan)
Dimas menjawab sahutan idin,,

Wah kirikk,,
(Wah an*ing),,
Jawab idin dengan nada bergurau
Ayam di beri makan pada waktu pagi, siang,, dan malam hari selalu rutin di beri makan agar mempercepat tumbuh kembangnya,,
Memasuki umur 15 -18 hari sekam dan alas daribkarung di turunkan kemudian alas karung yang di jahit memanjang tersebut harus di cuci
Untuk menghilangkan sisah sekam yang basah karena kotoran ayam,,
Pemcuciam di lakukan di kali depan kandang,,
Yap kali bekas kuburan pembantaian orang-orang jaman dahulu,,
Kalian pernah membayangkam berendam dengan sisah kotoran ayam?

Yap kami semua melalukan itu

Sallamun allanukim fil'alamin.

Itulah doa yang orang tua di aini ajarkan ketika masuk ke dalam air,,
Untuk menghindari hal hal yang tak di inginkan,
Gatal...tentu saja,,
Sangat gatal dan bau tentunya,

Sebenarnya pekerjaan di peternakan ini lebih banyak menggunakan tenaga dari pada otak,
Karena hampir seluru tugasnya memang harus melibatkan tenaga.

Malam hari tiba,,kami sudah menyelesaikan pekerjaan,
Sementara karung yang sudah di jemur dan kering kami lipat untuk di simpan kembali dan bisa di gunakn lagi pada priode selanjutnya,,

Di antara gelap dan di tengah pekarangan kami melipat karung yang bewarna putih ini.
Parno memang karena warna karung yang menyerupai wujud
Makhluk halus,,
Namun semua perasaan negatif kami tepis,
Fokus kami sekarang adalah segerah melipat semua alas karung ini..

Pan ira dalae duwur temen gelarane..
(Pan lo tinggi banget naro karungnya)'
rio menanyakan kepada irpan yang memang bertugas melipat karung sedari sore,,
Ahh rang taroe ning sor kabeh jeh,,
(Ah gw naronya di bawah semua kok)
Jawab irpan tegas..

Lah trus kuen apa ning duwur witan pelem kuh.?
(Lah trus itu apa di atas pohon mangga.?)
Tanya dio heran,,

Tiba tiba karung putih tadi melayang ke arah pohon di sebelahnya,
Badjingan,,
Melayu ...
( badjingan,,larii...)
Teriak dio kencang.

Saya dan idin pun ikut berlari tanpa tau apa yang terjadi,,
Menyusul dio dan irpan yang sudah berlari terlebih dahulu,,

Ana apa koplok melayu-melayu kuh..?
Tanya saya kepada mereka setelah tiba di depan pondok,,
(Ada apa lari lari woy)

Dio pun menjelaskan tentang apa yang tadi di lihatnya,,

Bener bener kin mah,,menggawe bari uji nyali..
(Bener bener ini mh kerja sambil uji nyali)
Gerutu idin dengan nada lemah,,

Akhirnya tugas melipat kami tinggalkan dan kami kerjakn nanti pagi saja
Mengingat malam ini tidak memungkinkan untuk di lanjutkan,,

Din gawek kopi gah ceke ora tegang..
(Din bikin kopi sih biar ga tegang)
Perintah dio kepada idin,

Siap bos,,
Idin menjawab,,

Mungkin yang di butuhkan sekarang adalah kopi dan hiburan karena memang telah lelah
Karena seharian menahan panas,,dingin dan gatal yang di dapat dari pekerjaan tadi,,

Kembali lagu band irpan putar untk memecah suasana tegang dan takut yang di rasakan,,

Hingga jam 2 malam kami tak dapat tertidur,
Masi sibuk seputar perkerjaan kecil di dalam kandang
Lahh musike mati sih?
(Lahh musiknya mati sih?)
Ucap irpan heran,,

Paling barene entok pan
(Paling batrenya habis pan?
Sahutku yang menuju ke arah irpan,

Baturi yu mudune,,
(Temenin yu turunya)
Pinta irpan,,

Ah wis dauk masi wedi bae.
(Ah udah gede masi takut ajah)
Sindirku,,
Dengan modal nekat irpan turun dari kandang menuju pondok di bawah,,

Tak lama irpan terlihat berlari menaiki tangga menuju ke arah kami,

Napa rik?
(Kenapa j*ng?)
Umpatan dio menyambut irpan yang tergesah gesah masuk kedalam,

Ana rai rata ning jero pondok rik
Lagi nungguni salon..
(Ada muka raya di dalam pondok j*ng,,lagi nungguin salon musik)
Sahut irpan menjawab umpatan dio..

Ahahahhaha rasain,,keganggu paling gah,,
( ahahaha rasain, mungkin dia terganggu)
Jawab dio setengah mengejek
Malam itu kami tak berani turun dan memilih untuk tidur di dalam kandang bersama para ayam,,

Sampai pagi hari kami baru berani turun dan mandi di sumur yang ada di pojokan,,

Setelah sarapan kami melanjutkan pekerjaan kemarin yang belum selesai,
Kembali melipat alas karung
Suara tangisan dan cekikikan memang sudah biasa kami dengar ketika hendak tidur di dalam pondok,

Namun malam itu suara tangis pilu terdengar begitu dekat seperti berada di balik dinding anyaman bambu pondok ini,

Braagggh,
Suara anyaman bambu di pukul dio,
Bribin gah ws bengi
Ganggu bae kin,,
(Berisik udah malem,,ganggu ajah)
Suara dio kesal membentak suara tangisan,

Lahh wis wani kin mah ya yo..
(Lah sekarang mh udh berani ya yo)
Ucapku salut kepada dio,,

Misal wedi bae y nambh kurang ajar engkoe kuh setane
(Kalo takut ajah ya nambah kurang ajar setanya)
Jawab dio tegas..

Sudah berganti semua posisi namun tubuh ini tak mau tertidur,,
Entah kenapa begitu saya begitu gelisah dan merasa sangat gerah,,

Saya berniat untuk keluar karena kebelet kencing
Namun ketika melihat jendela yang terbuat dari anyaman bambu yang sengaja di lubangi saya melihat sesosok wajah sedang melihat ke arah kami,,
Seperti memperhatikan kami dari balik jendela,

Wajahnya begitu pucat namun nampak seperti manusia biasa,
Saya refleks kaget
Dan segera keluar tergesa gesa sedikit mendobrak pintu untuk keluar karena ingin memastikan siapa sosok tersebut apakah maling yang sedang mengawasi kami untuk mencuri ayam atau warga desa yang lewat di area ini,,
Setelah keluar tak ada siapapun tak ada apapun,,
Hanya suara dari serangga malam yang terdengar,,
Saya paham dengan apa yang saya lihat barusan,,
Segera saya kembali masuk karena ketakutan,,
Menutup wajah dengan sarung dan berharap segera tertidur
Namun sia sia,,
Saya tak bisa tertidur sampai pagi tiba.
Sialan
Saya memutuskan untuk membuat segelas kopi yang menemani di pagi hari ini dan untuk sejenak menghilangkan ingatan tadi malam,

Saya kaget ketika dio menepuk pundak,,

Lah keras temen ira tangie,,
Biasae gah awan bae baka tangi kuh.
(Lah pagi banget bangunya,,biasanya juga siang)
Ucap dio menanyakan..

Matane ira,,rang durung turu-turu acan senget mau bengi.
(Matamu,,gw belum tidur sama sekali dari semalam)
Jawabku kesal.

Ahahahaha rang gh weruh ira kuh di wedeni mau bengi tapi ya meneng bae rang mah,,
Rang gh durung turu senget mau bengi
Kin metu soten sebab wis dadi kopie,,
(Ahahahha gw juga tau lo semalim di takuti tapi y gw diem ajah,
Gw juga belum tidur dari semalem,ini keluar juga karena tau kopi yang lo buat sudah jadi)
Ucap dio sembari mengambil gelas kopi yang baru saja saya buat,,

Hiyaaa kurang ajar
Dio juga menjelaskan bahwa ia juga melihat sosok yang mengintip dari jendela semalam,
Namun karena ia sudah tau bahwa sosok tersebut bukanlah manusia jadi ia memilih untuk menutup wajahnya dengan kain sarung dan tidak bisa tertidur sampai pagi,,
Kopine woy,,
(Kopinya woy)
Ucapku dan segera menyahut gelas dari tangan dio,,

Ngopi tah ngeli nginum kosi di leg kabeh..
(Ngopi apa haus ampe di teguk semua)
Saya sedekit kesal,,

Setelah ngobrol ngalor ngidul gak jelas dan kopi pun sudah habis saya dan dio mencoba tidur
Ketika irpan dan idin membangunkan saya tak megindahkanya
Karena terlalu ngantuk dan lelah,

Bodo amat saya ingin tertidur dengan pulas hari ini,,
Malam menjelang,
Aktifitas di dalam kandang memang tak seberat minggu-minggu kemarin,,
Karena ayam memang sudah cukup besar sehingga tidak terlalu ekstra memperhatikanya.
Hanya tinggal mengasih malam dan mengontrol sesekali ketika di perlukan,,

Memasuki hari ke 20
Ayam sudah nampak tumbuh besar,,
Mungkin bobotnya sekitar satu kiloan,
Ayam yang kami ternakan ribuan jumlahnya karena memang kandang panjang dan lebar dan ada dua kandang yang kami jaga dan tunggu,

Setelah di kasih makan kami biasanya meninggalkan kandang untuk pulang sebentar
Tentu kami pulang bergantian berjaga jaga karena ketika sudah lumayan besar rawan pencurian ,,
Malam itu idin dan dio pulang sebentar,,sekalian mengambil jatah rokok dan kopi di pak haji,

Saya berjaga berdua bersama irpan,,
Sambil memutar puaing agar suasana tidak sepih
Kami pun sibuk dengan hp masing-masing,,
Pada waktu tersebut android masi menjadi barang yang mahal,,
Sehingga hp yang kami pakai hanyalah hp nokia yang memang sedang berjaya pada masa itu,

Grudugggg,,,
Suara berisik dari dalam kandang,,
Kami segera naik untuk memeriksa keadaan
Brraagg,,,,
Suara pintu dibuka ,,
Kami maauk ke dalam,,
Terlihat tak ada yang aneh,,semua nampak normal,,
Kami harus memicingkan mata karena harus melihat ke arah pojokan yang jauh dan untuk lebih mendetail,

Tak ada apapun,,,
Kami kembali turun..
Namun baru tiga langkah
Kami menuruni anak tangga terdengar suara ayam kembali ribut dan berisik,,

Apa sihh,,
Gerutu irpan kesal,,
Namun saat di peeiksa tak ada apapun,,
Bahkan ayam-ayam hanya diam tak bergerak,,

Kami kembali turun untuk menuju pondok
Dan lagi,,
Kembali terdengar suara berisik untuk yang ke tiga kainya dari dalam,,

Apaan sih anj*ng
Umpatku kesal di buatnya,,
Kami seperti sedang di kerjain nampak oleh 'mereka'

Kami kembali naik untuk yang terakhir kalinya karena kalau sampai tidak ada apa apa
Dan suara berisik masi saja terdengar kami tidak akan meladeninya,,
Kesepakatanku Bersama irpan,

Kami serendah berlari menaiki tangga menuju pintu karena memang sudh muak dan gregetan,,,
Namun hal yang sama yang kami dapati ayam masi terlihat tenang,,
Seolah memang tak terjadi apa apa,,
Seperti photo di bawa ini
Dengan rasa kesal kami kembali munuju an tangga untuk turun
Namun sesaat hendak turun kami mendengar suara wanita tertawa,,

Hihihihihihihiii,,

Dengan suara khas tertawanya kami sudah menebak bahwa tawa itu berasal dari sosok kuntilanak,

Kami berebut pintu untuk segera turun
Bahkan ketika turun kami sampai terjatuh,,
Setengah merangkak berlari menuju bangunan pondok,,

Segera menutup pintu pondok dan meringkuk di dalam kain sarung,,

Saya cicil sambil bekerja ya,
Maaf
Gerimis turun dengan perlahan namun pasti,,
Membasahi bumi dengan curahan air yang berlimpah,,
Gelegar guntur memecah keheningan malam,,
Idin dan dio tak kunjung kembali,,
Dinginnya suhu ketika hujan tak kunjung mengusir ketakutan,,

Klotrakkk,,,
Suara genteng pondok
Seperti tertimpa sesuatu di tambah kilatan petir membuat kami di cekam ketakutan,,
Ide gila diperoleh irpan,,
Ia malah memutar musik sekencang kencangnya,,
Bersaing dengan suara hujan dan guntur di kejauhan,,
Ah bodo amat fikirnyaa,
Ia tak mau terus di terkam rasa ketakutan
sejam berlalu,,hujan yang deras kini telah reda,
Kembali menjadi rintik gerimis seakan menyerah dengan suara musik yang irpan putar,

Perlahan irpan pun mengecilkan volum musiknya

Tak lama terdengar suara sepeda motor mendekat
Mungkin idin dan dio yang telah kembali
Namun kemana mereka tak kunjung masuk ke dalam pondok,
Apa saya salah dengar?
Ah tidak mungkin rasanya,

Saya keluar untuk memeriksa
Terlihat sepeda motor yang tergeletak,

Kemana mereka..?
fikirku heran,

Irpan terlihat melihat ke arah handphon'nya,,
Panggilan suara dari dio rupanya,,

Hall..
Ucapan irpan terpotong

Metua rikk gagian,,
Ning duwur pondok ana kuntilanak keudanan ,,
(Keluar j*ng cepet,,di atas pondok ada kuntilanak kehujanan)
Ucap dio tergesa gesa,

Ah t*i baka ira gah,
(Ah t*i lu mah,)
Jawab irpan tak percaya
Irpan segera keluar dan melihat ke atas genteng untuk memastikan,,
Semntara saya masi berada di tengah pintu memperhatikanya,,

Irpan segara berlari menuju kandang Tanpa berbicara apapun,,
Karena merasa takut saya pun berlari mengikutinya
Ketika sampai di kandang rupanya di dalam sudah ada dio dan idin yang terlihat basah pakaian nya karena hujan,,

Plakk,,
Dio mengeplak kepala irpan ,
Di warai ora ngandelan,
(Di bilangin gak percayaan,)

Irpan tak membalas dan tak serta pula menjawab,,sepertinya ia pasrah
Dengan tindakan yang dio lakukan,,

Bocah selamet dewek bae,,
Ana apa sihh?
( nih anak selamet sendiri ajah,,
Ada apa sih?)
Tanyaku heran,,

Kah delengen dewek,,
(Tuh liat sendiri),,
Jawab dio sambil menunjuk ke atas genteng pondok,,

Bocah edan,,,
Umpatku kaget,,
Di atas genteng pondok yang kami diami tadi terlihat se sosok kuntilanak yang tengah duduk
Terlihat basah terguyur hujan dengan muka yang menunduk diam tak bergerak,

Pantes motor gletak bae,,irae pada melayu mene
( pantesan motornya tergeletak rupanya kalian lari kesini)
Iya kaget rang gah dadi langsung melayu bae manjing meng jero
(Ia kaget gw juga jadi langsung lari masuk ajah ke dalam).
Dio menjelaskan alasanya meninggalkan motor begitu saja.

Saya hubungkan benang merahnya,

Di saat kami berlari maauk ke dalam pondok dan meringkuk
Di dalam sarung ripanya sosok yang menertawakn kami di dalam kandnag ikut juha ke pondok.
Ketika terdengar suara glaatakk dari atas genteng mungkin sosok tersebut tengah berada di atas kami yang ketakutan,
Rupanya hingga hujan turun satu jam lebih lamanya ia masi tetap di atas
Dan menunggui kami atau mungkin dia suka terhadap musik yang irpan putarakan,,?
Entahlahh,,

Ketika kilatan petir memancarkan sinar terangnya peelahan sosok tetaebut sepwrti memuai,,memudar dan hilang begitu saja,

Namun kami belum merasa lega tentunya,,
Bisa jadi sosok tetawbut sekarang berpindah ke atas tempat persembunyian kami sekarang di atas kandang atau malah mungkin tengah berada di belakang kami semua,,

Mata kami begitu jeli mengawasi setiap sudut dan langit-langit bangunan ini,,
Hampir tak ada yang tersisa dari sapuan mata kami,,
Bahkan melihat karung pur yang tergantung saja membuat kami bersiaga,,

Namun setelah sekian lama mengamati syukurlah tak ada sosok nya,,
Dengan keringat yang keluar dari tubuh kami mencoba melangkah keluar sambil
Tetap mengawasi keadaan sekitar,,
Segsrah berlari ke arah pondok,
Semntara dio mengambil motor yang tadi ia geletakan begitu saja ..

Kami meminum banyak air putih untuk melegakan perasaan yang tegang,,

Kosi arep unggal bengi di wedeni bae,,
Ko baka metu maning mh gebugi bae yu
( hampir tiap malam kita di takutin terus
Ntar kalo keluar lagi kita gebugin ajh yu)
Ajak dio kepada kami bertiga,,

Cocote,,
Serempak kami menjawab,

Lah tuman masalhe,,anji kitae meneng bae mh malah seneng wedenane,,
(Lah tuman masalahnya tuh,,misal kita diem ajh mereka malah
Seneng nakutin kitanya)

Masuk akal juga pemikiran dio,

Ko rang ruku beldogan jarasan bka metu maning tak balangi beldogan,
(Ntar gw beli petasan luncuran kalo keluar lagi tak timpuk pake petasan)
Usul dio pintar rupanya,,
Ke esokan harinya benar saja dip membeli beberapa model petasan,,dari yang kecil sampai yang sedang,

Kuh delengen amunisi go ko bengi
( Tuh liat amunisi buat ntar malam)
Dio menunjukan plastik hitam berisi banyak petasan,,

Wah anda niat banget kisanak
Ucap idin
Ketika melihat isi plastik,,

Namun tentu semua tak seperti yang di harapkan,

Malam harinya kami duduk di depan pondok sambil menikmati kopi yang sudah di buat ,
Mencoba menikmati suasana malam setelah seharian berkutat dengan rutinitas di dalam maupun luar kandang
Lahh endi kin cemerae ora metu malahan,
(Lah mana nih brengsek'nya malahan ga keluar,)
Dio mngeluh rupanya.
Mungkin keberaninya memang sedang terkumpul banyak,

Kahh kahh kahh setane
(Tuh tuh tuh setanya)
Ucap irpan mengarahkan telunjuknya,,

Plakk,,
Tangan idin mendarat di kepala irpan,,

Bapane rang kan woy
( itu bapak gw woyy)

Ehehehhehe ya maaf
Irpan hanya cengengesan
Rupanya pak maman kembali mengunjungi kami malam itu,,

Sing endi mang bengi-bengi kya men kuh
(Dari mana pak malam-malam begini)
Ucapku menyambutnya,,

Eh tes muter-muter nae lih deleng keadaan
(Habis keliling ajaj nih liat keadaan)
Jawab pak maman sambil duduk diantara kami
Kopie mang,,udude y ana kihh
(Kopinya pak,,rokoknya y ada nih)
Saya mencoba menawarkan,

Ia ksuwun
(Ia makasih)
Ucap pelan pak maman,,
Pyen aman bli ning kenene?
(Gimana aman gak disini)
Beliau bertanya kepada kami,

Ora mang,unggal bengi ya ana bae suara wong nangis
Suara wong gemuyu,,kuntilanak,,rai rata,,komplit lah kaya jamu pokoke mh
(Engga pak,,tiap malam ada ajh suara nangis,,suara ketawa,,kuntilanak,,muka rata,,komplit pokonya kaya jamu)
Ia langsung menjawab pertanya pak maman.
Wah dlogdong,,
Tapi mending ora kaya kandae juned ponakane pak haji karo mas mian sing apes kuh,
(Wah kurang ajar,,tapi mending ga kaya cerita juned sama mas mian yang apes)
Pak maman menceritakan pengalaman dari juned dan mian.

Kalau tidak percaya sih itu hak kalian
Juned adalah keponakan pak haji dan mian adalah teman akrab juned,

Mereka menunggu di kandnag ini hanya berdua karena memang mereka sudah pengalaman namun buka di sini tapi di daerah lain,
Juned dan imin tidak tau sama sekali dengan apa yang ada di sini,,
Mereka baru dua hari bekerja disini,
Semua nampak normal katanya namun di malam kedua ketika mereka sedang membersihkan kandang entah kenapa juned merasa seperti kandang ini bergetar.
Ia sempat menghentikan tugasnya untuk memastikan apa yang terjadi
Maaf mian bukan imin,

Juned mengajak mian untuk memeriksa keluar dan alangkah teekejutnya mereka melihat ular yang sangat besar sedang melilit memutari bangunan kandang,,
Spntak mereka langsung nerlari kesetanan tak memperdulikan harta benda yang tertinggal
Fokusnya sekarang
Adalah lari sejahu mungkin tak peduli semak dan pohon pisang di terjangnya,
Ketika sampai di rumah pak haji juned kalap seperti kerasukan
Ia terlihat begitu shock
Sedangkan mian tak tau kemana
mereka terpisah sewaktu lari menyelamatkan diri tadi
Setelah kejadian itu juned sakit selama seminggu dan memutuskan tidak melanjutkan bekerja di peternakan ini,

Huuuuu tubuhku merinding mendengar cerita dari pak maman,
Pak maman juga menjelaskan bahwa sosok ular besar adalah penghuni rawa di sebalah utara kandang ini
Kin apa ning jero plastik lih
(nih apa di dalam plastik)
Tanya heran pak maman,,

beldogan mang go balangi setan
(Petasan pak buat ngelempar ke setan)
Dio menjawab,

Lah ko setane kaget atau jantungan pyen
(Lah ntar setanya kaget atau jantingan giman)
Canda pak maman
Memecah ketegangan atas cerita tadi,

Oh iya ko dikit kita gawa godogan boled karo gedang ning pit.
( oh iya ntar dulu saya bawa rebusan ubi sama pisang di sepeda)

Sepeda pak maman di parkirkan lumayan jauh dari area kandang
Ia juga membawa ubi sam pisang rebus untuk kami
Pak maman pun berkunjung disini lumayan lama sebelum memutuskan untuk pulang saat waktu menunjukan jam 12 malam,

Wah beldogane ora kanggo cah
( wah petasanya ga kepake nih)
Dio berbicara sendiri,,

Ws lah ngopi bae sih yo aja mikiri setan bae..
(Udah ngopi ajh sih yo
Jangan mikirin setan melulu)
Idin memberi saran,

Yo wis lah hayuu,
( ya udah hayoo,)

Kopi pun kembali dio buat,,

Bocah waras,,ngajaki ngopi tapi deweke malah turu
(Bocah gendeng,,ngajakin ngopi tapi sendirinya malah tidur)
Rupanya idin sengaja ngerjain dio
Wis wis tak baturi ngopine
(Sudah sudah tak tenenin ngopinya)
Saya mencoba membujuk dio,,
Aneh memang malam ini terasa normal tak ada gangguan sama swkali,,
Bahkan suara tangisan dan cekikikan yang biasa terdengar di samping pondok pun sunyi,,
Kami sekarang malah merasa aneh dan merasa ada yang kurang ketika tak ada gangguan dari 'mereka',,

Seerrrssssss,,,,dorrrr,
Goblog,,anj*ng
Teriak irpan dan idin yang kaget karena suara petasan meledak di samping mereka tidur,

Rupanya diam-diam dio membakar dan melempar petasan
Ke samping tempat tidur irpan dan idin,,

Dio hanya cekikikan tertawa puas,,
Tangi makae aja turu bae,,
(Bangun makanya jangan tidur mulu),,.

Gokil memang mereka ini
Mendekati panen kami semakin intens berjaga karena memang rawan terjadi pencurian ayam.
Kami sampai harus begadang dan tidur di kala waktu subuh tiba,,untuk mengusir kejenuhan kami kembali membakar singkong yang tak jauh dari peternakan milik pak haji ,
Sebenarnya bisa saja kami membakar ayam untuk menghilngkan rasa lapar dan bosan namun tentu kami tau itu bukanlah hak milik kami,
Kami hanya di titipkan untuk mengurus dan menjaganya,

Memutar musik sekaan sudah menjadi hal wajib di setiap harinya,,
Truck pur pakan ayam
Kembali datang,,
Kali ini datang begitu malam skitar jam 10,

Kami segera menghampiri untuk membongkar muatannya,,

Maa rameh banget di sini ya,,
Ucap supir trus kepada kami semua,,

Wah di sambut demit kin baka wong anyar gah.
(Wah di sambut demit nih orang baru sih)
Bisik dio kepada saya,

Ws hayu bongkar duh aja ksuwen
(Udah hayu bongkar jangan pake lama)
Ucap idin kepada kami semua,,

Memindahkan pur ayam dalm karung yang seberat 50 kg dengan cara di panggul di atas bahu,,berjarak kurang lebih 50 meter menuju kandang,
Sudah menjadi hal yang biasa untuk kami semua,,
Malam ini datang 5 ton pur ayam jadi tidak terlalu memakan waktu lama untuk kami mengangkutnya,

Setelah semuanya rampung sebelum mobil pergi idin dan dio memberi nasihat kepada pak supir
Pak nanti kalo ada apa apa di jalan ga usah di ladenin yaa,terus jalan ajah,,

Emng kenapa mas?
Tanya sang supir heran..

Udh nurut ajah pak..
Dio kembali mengingatkan,,

Kami kemudian beristirahat di depan pondok sambil menghilangkan keringat yang menetes dari seluruh tubuh
Selang setengah jam kemudian

Tuluuung,,,tuluungg,,
Teriakan orang meminta tolong dari arah jalan samping jembatan,

Orang tersebut menghampiri kami yang tengah terduduk di depan pondok,,
Kami tak mengenalinya,

Kenapa mang
Irpan bertanya ketika orang tersebut menghampiri kami
Nafasnya masi ngos-ngosan terlihat panik dan takut,
Kami segera memberinya minum untuk membuatnya lebih tenang,,

Setelah tenang ia memceritakan bahwa ia adalah tukang baso keliling dari desa sebelah,,
Ia memang tak terbiasa pulang malam,,karena daganganya masi banyak
Jadi ia ber inisiatif untuk menjajahlan daganganya sampai malam hari,

Ketika dalam perjalanan pulang ia memilih lewat jalan ini karena memang untuk mempersingkat jarak tempu dengan desa'nya,

Ketika melewati jalan di depan ia kaget bukan kepalang
Karena melihat gerombolan makhluk hitam di tengah jalan sehingga ia membanting setir motornya dan terjatuh karena takut melihat sosok tersebut,

Ia lari meninggalkan motor dan gerobaknya tergeletak di tengah jalan,
ia terlihat sangat takut dan tak berani untuk lanjut pulang
Kami pun menawarkan untuk bermalam di sini saja,,

Idin menemani pedagang baso tersebut,
Sementara kami bertiga berjalan menuju motor yang pedagang tadi jatuhkan ditengah jalan untuk membawanya dan mengamankanya ke area kandang
Waduh basone eman kin,,
Pangan ahh
Waduh basonya sayang nih,,makan ah)
dio memakan sebgaian baso yang tersisa,

Huss wong belahi masi tega bae boca kin lih.
(Huss orang kena musiba maai tega ajh ni anak)
Saya menampel tangan dio yang asik mengambil baso yang tersisa
Dengan perasaan sedikit merinding kami membawa motor tersebut,

Ws mang turu kene bae aja balik dikit,
(Sudah pak tidur di sini ajh jangan pulang dulu)

Ia mas ksuwun
(Ia mas makasih)
Jawab orang tersebut,

Kami pun mempersilahkannya tidur di dalam sementara
Kami masi berjaga di luar,,

Pukul 2 malam.

Lahh mambu bakaran boled maning sih masi ana tah bolede?
(Lah bau singkong bakar sih?
Masi ada tah?)
Ucap irpan karena mencium bau singkong bakar,,

Sebenernya kami tau dan paham ketika mencium aroma singkong bakar

Kami
Itu tandanya ada gendruwo yang dekat dengan kami,,

Tubuh saya langsung merinding jadinya..

Perasan tidak enak sangat terasa,
Sebenrnya ingin sekali kami memutar musik untuk memecah keheningan malam namun tentu tidak enak rasanya karena akan membangunkan pedagang baso
Yang tenga tertidur,

Dio terlihat menyiapkan petasanya,,

Siap perang nih,,
Dio memilah milah petasanya,

Terlihat di depan mata satu pohon mangga bergoncang dengan sendirinya,,
Tanpa ada angin dan hujan,

Dio segera melemparkan petasanya ke arah pohon tersebut
Hening,,,
Tak ada bunyi ledakan,

Dio melempar sekali lagi,,
Srrrrzzzhhhhhhh,,,,

Setelah di tunggu dan menutup kuping bunyi ledakan kembali tak terdengar,,

Wah basah beldogane kin,,
(Wah kadaluwarsa petasanya nih)
Ucap dio keheranan,,

Sing gede coba bari maca bismillah
(Yang besar coba sambil baca bismillah)
Usul idin ke dio,

Bismillah Petasan sebesar jempol kaki dio lempar ke arah pohon tersebut,,

Duwarrrrr,,,,,
Bunyi nya begitu menggangu telingga dan membuat kami semua kaget,

Kuh kan bener,,
( tuh kan bener),
Bukanya berhenti pohon malah semakin kuat bergoncang,,
Mungkin dia marah,,

Sepasang mata merah menyala terlihat dari rimbunya daun pohon mangga,,

Lahh sewot

Balangna maning yo tuman
(Lemparin lagi yo tuman)

Kali ini kami berempat memegang petasan besar masing-masing
Berniat bersamaan melemparkanya ke arah pohon mangga tersebut,,

Suwar,,duwarr
Seperti suara tembakan senapan api,

Ajaib,,,,pohon tak lagi berguncang,,terlihat tenang dan normal kembali,,
Syukurlahh,,

Sebenernya pak haji sudah mengusir para makhluk disini
Namun ketika satu terusir datang lagi dua makhluk kesini,,
Selalu seperti itu sehingga membuat pak haji lelah dan seakan pasrah
Ya karena memang ini adalah tempat mereka.
Hari yang dinanti tiba,,
Ayah di panen di umur ke 35 hari karena memang sedang di target setiap ekor ayam beranya harus 2kg lebih baru bisa di panen,,

Di sini panen auam masih menggunakan cara sederhana yaitu dengan cara di pikul,

Satu pikulan menanggung berat 47kg lebih
Kumpulan dari beberapa ayam yang kakinya sudah di ikat tali rapia dan di gantung di ujung pikulan,
Aktivitas menanen ayam sudah tunggu beberapa warga desa karena memang selain uang yang di dapat mereka juga akan di kasih ayam dan makan ketika selesai memanen sebagi imbalanya,
Aktivitas memanen biasnya di lakukan pada sore hingga malam hari untuk memperkecil jumlah ayam yang mati atai stres ketika di muat di dalam mobil yang sudah di rancang untuk bisa menampung ayam,

Dari kandang ke mobil trrus lanjut ke bakul/pengepul, di distribusikan ke pasar
Di olah sedemikian rupa sebelum akhirnya sampai di meja makan,
Proses yang panjang untuk menikmati daging ayam yang ada di meja makan kalian,

Tugas kami tentu belum selesai begitu saja,,
Masi banyak yang harus kami kerjakan
Seperti membereskan sisah kandnwg yang telah di oanen ayamnya.
Mengumpulkan semua pur makanan ayam,
Membereskan alat alat yang tercecer dan masi banyak lagi lainya,

Tak jarang ketika pur apakan ayam masi banyak maka kami harus menunggunya sebelum diangkut kembali ke kantornya
Sekitar 3 hari lagi truck pengangkut pakan ayam ini datang dan 3 hari lagi kami harus menunggunya,

Sekarang terasa lebih hening dari hari hari sebelumnya karena memang ayam yang sudah tidak ada,
Hanya menunggu kandang kosong dan pakan ayamnya,,

Terasa lebih menyeramkan memang
Namun tugas dan tanggung jawab kami lebih ringan,

Kembali musik kami putar mengusir sepih,

Di malam malam gangguan justru lebih intens dan berani 'mereka' memunculkan wujudnya,

Dari yang biasa sampai yang luar biasa hancur bentuknya,
Wajah remuk,hancur seperti terlindas truck
Wlaupun sudah terbiasa namun kami tentu maaih merasa takut di buatnya,
Di malam terakhir kami semua sampai lari menyelamatkan diri karena 'mereka' begitu banyak sperti mengerumuni kami,

Baru keesokan siangnya kami berani kembali ke kandang untuk mengangkut pur ayam
Kedalam truck besar,,
Rasanya begitu lelah ,,
Setelah semua selesai kami pulang dan beristirahat di rumah masing-masing,,

Rasanya begitu nyaman ketika tubuh ini bertemu kasur empuk di kamar,
Saya tertidur selama seharian penuh mengistirahatkan tubuh yang lelah,

Sebenernya saya menunggu selama 2 priode di peternakan namun karena gangguan yang di alami tak jauh berbeda dan kami semua sudah mulai terbiasa jadi saya putuskan untuk mengkhri thread ini,
Terima kasih untuk kaian semua,
Sebenarnya di thread ini tidak saya ceritakan semuanya karena ada hal hal yang tak penting dan tak pantas di ceritakan,
Semoga kalian jadi senang membaca dan meningkatkan minat orang orang untuk membaca
Karena minat baca terasa begitu rendah
Semoga ada hal yang bisa bermanfaat,

Selesai,,
Terima kasih,,
Oh iya sebenernya sewaktu pak maman pertama kali mendatangi kami yang sedang bekerja membasuh kandang dengan air , pak maman sudah memasang pagar ghaib untuk melindungi anaknya dan kami tentunya
Namun dengan segala keterbatasannya pagar tersebut seperti mudah di terobos
Oleh 'mereka'
Dan ketika pak maman kembali berkunjung menemui kami dengan membawa ubi dan pisang rebus pak maman kembali menguatkan pagar ghib nya,
Itulah mengapa beliau selalu berkeliling ke area ini karena tak mau kejadian yang dulu di alaminya kembali menimpa anaknya,
Sekian
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Katakuri

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!