Memang banyak kesamaan di antara kedua makhluk ini namun tingkat mengganggu dan keberingasnya sedikit berbeda
Tubuhnya sepenuhnya tertutup kain kafan hitam dan hanya menyisahkan sedikit cela diantara kedua matanya
Hampir sama dengan tinggi pohon pisang yang sudah tua dan berbuah,
Dengan kain kafan hitam dan kotor dengan tanah siapa yang tak gentar di buatnya ketika sedang apes berjumpa dengan sosok tersebut
Seperti bau musang atau luwak,
Jadi jika kalian memcium aroma pandan dan tak ada tanaman pandan di sekitar kalian maka bisa dipastikan makhluk ini tengah berada di dekat kalian,
Di sini hal semacam itu bukanlah isapan jempol belaka
Banyak dari warga disini yang sudah berjumpa dengan makhluk tersebut
Ia meloncat dan melayang melayang di udara,
Gaya gravitasi seolah tak berlaku untuknya.
Pertama
dengan berlari zigzag,
Tidak berlari lurus sampai di tempat yang di rasa aman untuk kita,
Konon mahkluk ini tidak akan mengejar jika kita berlari zigzag atau serampangan,
Berlari meloncati pagar kecil di depan rumah,
Di sini memang kebanyakan rumah warga mempunyai pagar kecil di depan rumahnya,
Hanya setinggi lutut,
Cara ini di rasa ampu untuk membuat makhluk tersebut berhenti mengejar
Ketiga
Menaburkan garam kearahnya,,
Karena makhluk ini juga konon takut dengan garam
Atau masuk kedalam rumah dengan di rasa aman
Maka bersiaplah di teror selama semalaman penuh,
Karena ia akan menunggu di balik pintu atau jendela rumah kita
Dengan cara membentur benturkan kepalanya di pintu atau jendela rumah kita
Ia akan mendekap kita tanpa bergerak sedikitpun,
Kurang mengerikan apa coba,,,
Saya akan rangkum sebisa mungkin,,
Langsung saja saya mulai ceritakan apa yang di alami dari narasumber saya,
Rudi sudah berpakain rapih,
Lengkap dengan jam tangan dan rambutnya yang sudah tersisir rapih,
Ia berniat untuk melihat pentaa seni yang di adakan di desa sebelah,
Sekalian menemui pacarnya tentunya karena memang mereka sudah berjanji
Rud balike aja bengi bengi suan ana apa apa ning dalan,,
(Rud pulangnya jangan malam malam takut nanti ada apa apa di jalanya)
Ucap ayahnya memperingati rudi,
Beres pak,
Jawabnya sambil mengacungkan jempolnya.
Karena memang hanya itu yang ia punya,
Ia berangkat jam 8 malam melewati perbatasan desa yang gelap dan sepih
Di tambah jalan yang rusak membuatnya harus ekstra hati hati mengemudikan laju sepedanya
Gak pada sosial distancing apah,,,
Suasana tampak begitu semarak denga hiasan lampu dan orang orang yang berlalu lalang,
Sebuah pesta rakyat untuk warga desa,
Waktu terasa begitu cepat berlalu ketika bersama sang pujaan hati,
Yahh itulah yang rudi rasakan,
Hiburan dari sang biduan dangdut pun sudah usai
Malam semakin bergulir hingga tiba saat pertunjukan wayang di mulai yang berarti dimana waktu sudah berada di tengah malam,
Rudi pun bersiap untuk pulang karena malam yang telah larut
Setelah bersalaman dengan pujaan hatinya rudi pun segera pamit untuk pulang
Entah kenapa malam ini tetasa begitu sunyi dan berbeda,,
Aneh batinya merasa.
Ia terus mengayuh sepedanya sambil memicingkan mata untuk mencari jalan yang di rasa mudah untuk di lewati
Ko abot sih
(Kok berat sih)
Batinya berucap manakala sepeda yang di tumpanginya terasa begitu berat,
Atau ban sepedanya yang kempes?
Ah tidak mungkin rasanya karena hendak pulang tadi ia sempat mengecek ban sepedanya tersebut,
Udara dingin terasa memeluk tubuhnya,
Ia menapakan sala satu kakinya,
Entah kenapa kakinya begitu bergetar ,
Ketakutan mulai merasuki dirinya
Ia turun untuk mengecek keadaan sepedanya tersebut,
Sambil berjongkok ia memperhatikan
Dan ketika ia berdiri karena tak ada masalah apapun pada sepednya
DEG,,,,,,
Ia tak benafaa untuk sepersekian detik lamanya,
Karena di samping sepedanya sebelah barat
Kakinya gemetar hebat,
Ketakutan semakin merasuk dalam dirinya,
Mulutnya terdiam kaku,
Setiap kata yang coba ia ucapkan hanya terbata bata yang ia bisa,
Entah dapat kekuatan dari mana tubuh rudi yang semula kaku membatu ia bisa ia berjalan kembali,
Ia segera berlari sambil menuntut sepedanya,
Dengan peluh yang membasih sekujur badanya ia mencoba berlari sekencang mungkin
Rudi kalap,,ia berlari kesetanan sambil terus menuntun sepedanya,
Namun sial sosok mayit tersebut mengejarnya
Meloncat loncat di udara di samping dirinya,
Rudi menggila,,kini sepedanya ia banting dan rudi berlari sekuat tenaga
Masa bodo batinya berkata,
Yang penting sekarang adalah keselamatan dirinya,
Hingga akhirnya ia sampai di desanya,
Namun tak kunjung membuat rudi menghentikan langkahnya,
Ia masi berlari sekencang mungkin menuju rumahnya
Kenang apa rud,,sing eling
(Kenapa rud,,yang eling)
Ayahnya beeucap mencoba menenangkan anaknya,
Namun rudi hanya berteriak
Para perempuan terlihat panik,
Suasana menjadi kacau di depan rumah,
Hingga akhirnya rudi jatuh tergolek tak berdaya,
Ia pingsan karena ketakutan dan kepanikan
Ayahnya terlihat panik,
Ibunya begitu syok melihat kedaan putranya,
Semntara para tetangga memijat mijat kening rudi dan mengusap hidungnya dengan minyak kayu putih
Rudi tak kunjung bangun
Semntara malam semakin bergulir
Menujukan pukul 12 malam,
Para warga yang berkerumun mulai membubarkan diri masing,
Rumah yang tadinya ramai sekarang menjadi sunyi sepih
Sang ayah pun menutup pintu rumahnya
Rudi sudah terbaring di kamarnya,
Ayahnya pun sudah masuk ke dalam kamarnya sendiri untuk tertidur karena malam yang sudah larut
Dakk,,,dakk,,,dakkk,,
Suara orang memukul mukul jendela rumah,
Suara itu terus berulang sampai sampai membangunkan ayahnya rudi yang tengah tertidur,
Ia terganggu karena suara ketukan yang berulang
Ia bangun dari tempat tidurnya untuk melihat ke depan rumahnya,
Dan ketika baru sampai di ruang tamu rumahnya ia melihat sosok tinggi berbalut kain kafan hitam,
Astagfirulloh,,
Ucap ayahnya rudi,
Mayit tersebut tengah membentur benturkan kepalnya ke jendela
Sembari mencampur air dan garam ia membaca doa doa,
Setelah di rasa cukup ia kembali berjalan menemui sosok yang menggangu rumah dan anaknya tersebut
Byurrrrr,
Air di siramkan ke mayit tersebut,,
Sosok itu jatuh menggeliat sekaan kepanasan,
Lalu tak lama
Ia menghilang seperti menguap menjadi asap hitam pekat dengan aroma pandam bercampur busuk,
Rudi juga sudah sadar dan sudah bisa di ajak berkomunikasi untuk menjelaskan kejadian yang semalam ia alami
Seorang perempuan tua yang pernah di nampakan wujud dari mayit ini
Ia berniat untuk menjenguk saudara yang tengah sakit di dusun sebelah,
Ia biasa membawa ceting bambu
(Wadah yang terbuat dari anyaman bambu)
,
Ia berniat untuk membawa beras dan kelapa untuk menengok saudaranya itu
Segera ia berangkat menuju rumah saudaranya melewati jalan desa yang masi ramai karena memang belum terlalu malam,
Sekitar berjalan selama 15 menitan ia pun sampai,
Segera masuk untuk melihat keadaan saudaranya
Tak terasa waktu berlalu dengan pasti,
Hingga menunjukan pukul 10 malam,
Mbok darsem pun pamit pulang,
Karena tidak mau merepotkan dan ia juga sudah terbiasa pulang sendiri
Ia mengambil jalan pintas menuju rumahnya namun jalan pintas tersebut harus melewati kebun pisang milik warga desa yang rapat dan gelap
Dingin dan gelapnya malam seakan menjadi bumbu pelengkap rasa was was'nya,
Krekkekekekek,,
Suara burung yang terdengar serak berasal dari pojok kebun ini
Ada ketakutan di setiap langkah yang di pijakan di kebun ini,
Ia mempercepat langkahnya agar segera sampai di tempat yang ia tuju,
Namun
Tubuhnya mendadak kaku
bagaimama tidak,,di ekor matanya sebelah kiri ia mengkap sesosok mayit tengah berada di sampingnya
Menyender di batang pohon pisang,
Tubuh Mbok darsem mendesak kaku,
Diam tak bisa bergerak di dekap ketakutan yang luar biasa
Dan kini sudah berada di hadapan mbok darsem ,
Berhadap muka satu sama lain,
Mbok darsem di paksa melihat ketakutannya sendiri,,
Pandangnya mulai gelap dan berkunang kunang
bruugghhhh,,,
Mbok darsem jatuh pingsang di area kebun pisang di tengah jalan setapak yang ia lewati,
Sejak itu mbok darsem tak tau apa yang terjadi selanjutnya,
Hingga keesokan harinya mbok darsem baru sadar
Kemunculan makhluk ini konon pertanda gagalnya panen dan datangnya penyakit menular,
Entahlah benar atau tidaknya,
Masi banyak sebenarnya cerita dari para warga lainya namun lebih baik saya akhiri sampai disini saja
Terimakasih,
Sekian.