Berawal dari hitamnya ilmu keturunan selama 7 turun-temurun yang menjadikannya ratu dari palasik. Dia kembali hanya untuk membalaskan DENDAM.
Urban_Legend_sumatra_island
@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #ceritahorror
Masih kerja soalnya 😁
Langkah cepat seorang wanita separuh baya berlari di tengah gelapnya hutan. Tanpa menggunakan alas kaki wanita itu terus berlari hingga di penghujung hutan di tepi jalan yang cukup besar tepatnya di kota yang sudah cukup jauh dari desa.
Kemudian dia mencari-cari kardus lalu di letakkannya bayi tadi di dalam kardus itu.
*hhoowekk howwekkk*
Tangis bayi itu yang menandakan dia telah
"cup.. Cup.. Cup.. Jangan nangis ya sayang.. Kamu pasti aman disini.. Nenek tinggal dulu ya.. Nanti nenek pasti kembali kok." ucap wanita itu sambil menenangkan bayi itu. Kemudian bayi itu pun tertidur lagi. Di selimutinya bayi itu dengan selembar jarik
Dia kembali menuju hutan. Lalu hilang begitu saja.
Pagi itu terlihat nirmala sedang menyapu teras. Lalu dari dalam rumah tedengar seorang memanggilnya.
"ma.. Sarapan papa udah belum?" ucap suaminya yang telah usai mandi.
Dia adalah rahman. Seorang wirausaha muda yang sukses. Rahman dan nirmala telah menikah 5 tahun
Rahman pun mengambil selembar roti tawar dan memberinya selai nanas.
Dilihatnya nirmala menatap dia makan dengan
"mama kenapa?" tanya rahman kepada nirmala.
"hmm.. Coba saja kita punya anak ya pa.. Pasti rame kalo pas jam makan." ucap nirmala sambil mengela napas pelan.
Kemudian rahman hanya tersenyum.
"belum rezeki kita ma. Suatu hari nanti pasti kok kita punya anak
Nirmala hanya mengangguk.
Dilihatnya rahman telah usai sarapan. Lalu nirmala melangkah kekamar mengambilkan dasi rahman Kemudian memasangkannya.
"semangat kerjanya ya pa" ucap nirmala yang langsung mencium tangan rahman.
Ketika nirmala ingin membukakan pagar.
Di telinganya terdengar seperti suara tangisan bayi.
"mama.. Ngapain.. Buka pagarnya papa mau brangkat kerja." ucap rahman dari dalam mobil.
"tunggu sebentar pak. Coba papa kesini dulu" ucap nirmala sambil melambaikan tangannya
"ada apa sih ma?"
"coba papa dengarkan. Seperti ada tangisan bayi kan.?" ucap nirmala.
Rahman pun mencoba mendengarkan dan itu memang benar didengarnya.
Kemudian pagar pun di buka rahman di balik rumput hias tinggi di tepian
"maa lihat ini" ucap rahman sambil memanggil nirmala.
Nirmala pun keluar pagar dan
"kasian sekali pa.. Bayi siapa ini?" ucap nirmala kepada rahman.
Rahman pun sama kasiannya dengan nirmala. Namun di dal hatinya ada bercampur rasa senang. "apakah mungkin ini jawaban doa kami selama ini tuhan" gumam rahman di dalam hati.
Rahman hanya mengangguk yang di balasnya dengan senyuman.
Di balik pohon dengan jarak yang tak terlihat oleh mereka berdua terlihat
"tolong.. Jagakan dia.. Suatu hari nanti jika sudah waktunya. Pasti akan aku ambil lagi" ucap wanita itu dengan tatapan misterius. Lalu pergi berlalu begitu saja.
"umi.. Abi pergi ke sawah dulu ya. Ucap seorang laki-laki yang sambil memikul cangkulnya.
"iya abi.. Hati-hati. Bekalnya jangan lupa di bawa. Umi udah gak bisa nganterin kesawah." ucap istrinya sambil mengelus-elus
Laki-laki itu bernama joko serta istrinya yola yang tengah mengandung.
Terlihat di pintu rumah terdapat gantungan bambu kuning yang katanya bisa menjaga kandungan dari mahkluk yang pernah meresahkan warga.
Sesampainya di sawah, di lihatnya mertuanya telah sampai
Joko pun menghampirinya. Faisal yang melihat joko datang lantas langsung menegurnya.
"lah nak.. Kok kesawah. Yola kenapa gak di jagain. Diakan bentar lagi mau lahiran"
"iya pak. Nanti siang juga saya pulang. Ini mau nganterin bekal bapak dan ibuk sekalian
"yaudah kalo gitu.. Tuh tanam aja dulu." ucap faisal sambil menunjuk bibit padi yang berada di tepian gubuk.
Tanpa banyak bicara joko pun langsung mengambil seikat bibit padi itu dan langsung menanamnya dengan cara
" udah nak pulang aja lagi. Bapak khawatir sama yola." ucap faisal yang menyuruh joko untuk pulang.
"hm.. Yaudah kalo gitu pak. Joko pulang dulu" ucap joko sambil melangkah mengambil cangkul.
Joko pun mendekat.
"ada apa pak" tanya joko kepada kepala desa.
Tanah ini di sumbangkan dan akan di bangun sekolah"
"ha di bangun sekolah?"
Dia berfikir "siapa yang menyumbangkan tanah ini. Sementara tidak ada yang tau keberadaan bu asih sekarang. Jika pun masih hidup, kenapa tanah ini mau di bangun sekolah" gumam joko sendirian di dalam hati. Lalu seketika pak rt memanggil namanya menyadarkan
"mas.. Mas joko.." ucap pak rt sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah joko.
Joko pun tersadar dari lamunannya. Joko pun bertanya kepada seorang arsitek bangunan tersebut.
"pak.. Siapa yang menyum..
Belum sempat joko menyelesaikan perkataannya orang tadi langsung
"mas maaf ya.. Bukannya gak sopan. Saya harus segera mengukur dan membuat struktur bangunan. Ini proyek besar prusahaan kami." ucap orang yang berbaju rapi tersebut yang langsung meninggalkan pak rt dan joko. Tak lupa orang tadi berpamitan sebelum pergi.
"yahhh maklum mas namanya juga orang kota yang kerjanya megang pena. Jadi wajar.. Lagian juga bagus kan kalo ada sekolah di desa kita ini. Orang orang tidak perlu lagi pergi kekota menyekolahkan anaknya." ucap pak rt.
Kemudian, joko pun pamit pulang kepada pak rt.
Sesampainya di rumah di lihatnya yola sedang menangis di depan pintu.
Joko pun menghampirinya dengan cepat.
Ucap joko yang langsung menyadarkan yola dari tangisnya.
"bapak sama ibuk bi.."
"iya kenapa.. Bapak sama ibuk baik-baik saja di sawah."
"enggak.."
Tangis yola makin pecah..
Dengan tangis yang masih menjadi-jadi. Yola menunjuk kamar ayah ibu yola.
Joko pun perlahan melangkah dan menyibak tirai yang menutup pintu kamar. Ketika di buka.
Joko terduduk lemas..
"jadi yang di sawah tadi siapa mi.." ucap joko dengan bibir bergetar.
Dengan tangis yang masih pecah yola pun menjelaskan kepada joko.
Isak tangis yola menjadi-jadi.
Joko mencoba berfikir jika ini tidak ada kaitannya dengan kejadian 8 bulan yang lalu.
"tidak.. Tidak mungkin ini ulah wanita biadab itu.. Dia sudah MATI" ucap joko yang sedikit berteriak.
Joko pun bangkit dari duduknya yang lemah saat melihat itu. Lalu mendekat kepada yola dan memeluknya joko mencoba menenangkan yola karna kondisi yola yang sedang hamil.
Sesampainya dirumah pak rt joko mengetuk-ngetuk pintu lalu keluar buk rt.
"Pak rt nya mana buk?" tanya joko.
"tadi lagi di luar nak katanya keliling desa"
"saya titip istri saya dulu ya buk. Mau ngurus pemakaman ayah dan ibu." ucap joko dengan nada pelan.
" ha. Ayah dan ibu. pak faisal dengan
Joko hanya mengangguk dengan wajah sedih. Buk RT melihat mata yola yang masih bengkak bahkan air matanya tak henti keluar.
" kamu yang sabar ya nak. Orang tua kamu kawan baik sama ibuk. Untuk sementara kamu bisa tinggal dsini kok. Ucap
Yola hanya mengangguk kemudian memeluk buk RT.
Kemudian joko pun pergi meninggalkan rumah bu RT. dia ingin mencari Pak RT dan langsung mengurus pemakaman ayah dan ibunya. Sesempat mungkin joko mampir ke sawah. Di lihatnya bekal yang dia bawa tadi
Joko pun mengambil bekal itu. Di tutupnya kembali lalu di buangnya ke sungai.
Dengan tenang joko mengatakannya kepada pak rt.
"pak RT tolong bantu saya. Kedua mertua saya meninggal mohon bantuannya pak untuk mengurus pemakaman kedua mertua saya. Saya mau pergi ke kota dulu untuk menghubungi orang tua saya."
Ekpresi pak RT pun berubah mendengar ucapan joko itu. Lantas Pak RT mulai mengait-ngaitkan matinya faisal ini dengan kejadian dulu. Namun joko menepisnya jika ini semua tidak ada hubungannya dengan kejadian itu.
"yaudah mas silahkan pergi kekota dulu. Saya akan
Ucap pak Rt. Kemudian joko pun pergi kerumahnya untuk mengambil sepeda motor. Tak lama para warga pun datang satu persatu di ikuti dengan pak RT.
*tutt.. Tutt.... Tuttt*
Terdengar di telinga joko jika telpon telah masuk namun belum di angkat.
Joko pun mengucap salam.
"assalamuallaikum."
Lama tak terdengar suara lalu joko mengucap salam untuk kedua kalinya.
Kemudian.
"walaikumsallam.
Masih tidak percaya ucapan bapak?"
"haa maaf pak.. Joko salah.. Joko sangat perlu bantuan bapak." ucap
"kandungan istri kamu udah berapa bulan.?" tanya tejo.
"udah 8 pak.. Malah mau masuk 9" ucap joko.
"Siang ini bapak akan kesana. Ibu kamu nanti nyusul." ucap tejo dan langsung mematikan telepon.
Terlihat telah ramai para warga dan sanak keluarga dari mendiang faisal datang. Meskipun begitu ternyata yola adalah anak tunggal. Jadi pihak keluarga yang datang kebanyakan sepupu jauh dan keluarga-keluarga angkat.
Lalu pak RT menghampiri joko.
"Gimana ini mas. Apakah pemakaman mau di urus sekarang.?"tanya pak RT kepada joko.
"nanti dulu pak. Tunggu sebentar lagi. Ada orang yang harus di tunggu." ucap joko.
Pak Rt pun mengiyakannya.
Tanpa terasa waktu sholat ashar pun
"tunggu ya mas.. Tunggu sebentar lagi.. Masih ada seseorang yang harus di tunggu." ucap
"mas ini bagaimana sih.? Kalo ini mayat mati berdarah mas. Jadi harus segera di makamkan." ucap,salah satu warga.
Di tengah selisih paham antara joko dan salah satu warga tersebut.
Dari luar terdengar seseorang yang mengucap salam. Dan beberapa kali
Terlihat seseorang laki-laki mengunakan pakaian adat jawa yang sangat kental serba hitam dengan ciri khas menggunakan blangkon. Para warga memperhatikan orang tersebut seperti ada rasa segan ketika orang itu lewat.
Ruangan pun menjadi senyap. Semua mata tertuju pada orang itu.
"assalamuallaikum"
Semua orang pun menjawab salamnya dan kemudian joko mendekat dan menyalami tangan orang itu.
"loh kok.. Cepat sekali bapak sampai." ucap joko.
Namun langsung di tepuk
"jangan banyak tanya. Bawakan tas bapak itu. Kasian tukang ojeknya megangin dari tadi.
Joko pun keluar dan dilihatnya tukang ojek itu menunggu di depan pintu. Tukang ojek itu Terlihat sedikit berbeda. Ketika joko menanyakan ongkosnya tukang ojek itu hanya
"ini ongkos ojeknya udah di bayar belum pak" tanya joko kepada tejo. Lantas tejo hanya menoleh dan terlihat tangannya bergerak seperti mengisyaratkan untuk pergi.
Lalu
"itu sudah di bayar tadi waktu mau pergi." ucap tejo dan langsung melangkah ke salah satu mayat yang telah di bungkus kain kafan tersebut. Joko pun mendekat setelah mengantarkan tas tejo ke kamar.
"tutup kembali" ucap tejo.
Tejo pun melangkah kedapur dan mememui yola.
Yola pun langsung menyalami tejo meski masih dalam kondisi
Beberapa kali tejo menepuk pundak yola ketika yola bercerita awal dia melihat ayah dan ibunya itu mati di kamar dalam keadaan yang tidak wajar.
Tanpa berkata apa-apa tejo hanya mengangguk kemudian dia seperti merogoh sakunya lalu mengeluarkan
"pegang dan simpan ini nak.. Jangan kamu lepas ketika pergi sendirian."
Ucap tejo dan langsung melangkah lagi ke ruang tamu.
"bapak-bapak ayo silahkan di bawa
Lalu tejo menggelengkan kepalanya.
"mertua kamu.. Sudah salah pilih jalan.. Semoga saja calon anak kamu selamat." ucap tejo berbisik kepada joko.
*deg* joko terkejut. Dan cukup lama terdiam.
"maksud bapak"..
"nanti saja bapak bagi tau nak. Sudah.. Itu cepat slesaikan dulu pemakaman mertua kamu" ucap tejo yang langsung mendorong pelan joko untuk segera ke mushola.
Malam itu para warga ramai berada di rumah yola. Menggelar tahlilan sekalian menjaga yola. Karna yola telah mengandung yang cukup besar. Jadi tejo menyarankan rumah harus terus ramai. Ada sebagian warga yang pulang namun
Ramai mereka berbincang dengan kopi yang sengaja di buat banyak serta rokok yang di taruh di dalam gelas untuk bagi sesiapapun yang mau merokok. Hingga pada jam 12 malam. Terlihat semua orang telah tertidur.
Tejo telah duduk di kursi depan rumah dengan kopi segelas yang di bawanya.
Joko pun duduk di sebelah tejo yang hanya berjarak meja.
"ada apa pak" ucap joko memulai percakapan.
Tejo pun menghidupkan rokoknya lalu di
"kamu mau tau kenapa mertua kamu mati" ucap tejo pelan namun terdengar jelas karna sangat sunyi.
Joko hanya mengangguk menunggu jawaban dari tejo.
"diaa.. Mengingkari janjinya dengan palasik itu"
"haa.. Maksud bapak apa.? Saya
Lalu tiba-tiba pintu dalam terbuka. Joko pun berdiri dan menyorot lampu petromak ke arah pintu.
Dilihatnya dua remaja yang tidak ia kenali menghampiri mereka.
"maaf nih pak. Saya tidak sengaja mendengar percakapan bapak. Boleh saya ikut mendengarkan
Kemudian tejo memandangnya dengan cukup lama. Lalu memegang kepalanya dengan cara di usapnya perlahan.
"siapa nama kamu" ucap tejo yang masih mengusap rambut remaja itu bergantian.
Terlihat iyan gemetar. Iyan terlihat takut ketika tejo mengusap kepalanya.
Kemudian setelah itu tejo tersenyum.
"nama saya tejo.. Panggil saja mbah tejo.. Suatu hati nanti kalian akan mrmbantuku" ucap tejo sambil tersenyum
"kalian ini anak dari mana.? Kok saya baru lihat" ucap joko yang menanyakan itu kepada mereka berdua.
"ohh kami dari kampung sebelah mas. Saya dan teman saya ini memang sering pergi jauh demi makanan."
Joko pun tertawa pelan untuk melunakan suasana. Dan iyan pun sudah mulai tidak merasa takut seperti pertama tejo mengusap kepalanya.
Tejo pun melanjutkan ceritanya.
"kenapa bapak bilang jika mertua kamu salah jalan. Itu karena.." ucap tejo sambil
Kemudian mereka bertiga pun memperhatikan tejo seolah menunggu jawabannya.
"mertua kamu memperoleh banyak harta dari palasik tersebut."
"jadi maksud bapak. Ibu mertua saya seorang palasik?"
Ucap joko masih dengan nada pelan takut orang orang terbangun.
Tapi ayah mertua kamu telah menemukan tubuh palasik namun dia tidak memusnahkannya."
Ucap tejo yang perlahan menyeruput kopinya.
"bagaimana bisaa pak.. Maksu.."
*pletakkk*
Terdengar tamparan kecil mendarat
"habis saya bercerita dulu nak.." ucap tejo kepada joko.. Joko pun hanya tersenyum karna memghormati ayahnya.
"jadi waktu itu. Faisal mertua kamu itu pernah menemukan tubuh si palasik itu.. Iya bu asih sih nenek tua itu.. Umurnya memang terlihay masih 50an tapi
Mereka bertiga hanya diam namun memperhatikan ucapan tejo.
"hmm. Bapak sudah pernah mengatakan.. Jangan terlalu mencampuri urusan orang lain. Karna kebanyakan dampaknya itu bisa lari kekita sendiri. Namun bapal juga tidak tau
"di waktu peristiwa itu. Faisal berharap jika bu asih benar-benar di bakar warga. Agar dia merasa aman . Namun siapa sangka. Bu asih berhasil lolos. Apa lagi dengan membawa cucunya yang keturun ke 7 itu."
Lalu tejo beralih kepada kedua remaja itu.
"suatu saat nanti jika kalian menemukan tubuh palasik. Cepat kasih tau mbah ya." ucap tejo tersenyum sambil mengusap kepala mereka yang duduk di lantai.
"mbah tejo" nama itu menjadi membekas di pikiran mereka berdua.
"sudah la nak. Tenangkan dirimu. Ayo kita tidur." ucap mbah tejo yang mengajak mereka semua masuk.
Tahlilan di rumah yola di adakan selama 7 hari jadi para warga yang wanita masih banyak yang tinggal di rumah yola.
Sore harinya ibu joko tepatnya istri
Ketika istri tejo datang Yola menyambutnya dengan sangat ramah.
Lalu mal harinya acara di gelar seperti
Semakin lama, kandungan yola semakin dekat. Tejo pun semakin waspada. Untuk beberapa malam menjelang yola melahirkan, tejo jarang tidur.
"nakk.. Nak jokoo... Cepat.. Panggil bidan yola mau melahirkan.".
Hembusan angin terasa sangat dingin malam itu. Joko pun terus berlari. "kenapa sangat dingin.. Apakah akan turun hujan" gumam joko di dalam hati.
Hingga joko pun sampai dirumah sang bidan meskin dalam keadaan basah kuyup.
*tok tok tok..*
"assalamuallaikum mbah.. Mbah.." ucap joko memanggil bidan itu.
"ada apa?"
"ii istrinya saya mbah. Mau melahirkan". Ucap joko tebata-bata.
"tunggu sebentar saya ambil payung." ucap bidan itu dan langsung masuk kedalam rumah.
Joko pun menunggu di depan rumah itu cukup lama. Dia menerawamg di gelap malam
Joko mengenalinya, itu salah satu penjaga pintu rumahnya sewaktu di jawa. Dia ingat jika tejo ayahnya mrngatakan jika harimau itu datang sendiri dan ingin mengabdi
"terima kasih pak. Telah mengirimkan penjaga" gumam joko di dalam hati. Kemudian bidan itu pun keluar dan mereka pun pergi menuju rumah yola.
"cepat mbah.. Istri saya sudah mau melahirkan." ucap joko yang langsung berlari.
Akhirnya mereka pun sampai. Mbah bidan pun langsung masuk kamar dan membantu persalinan yola.
Joko mencari-cari tejo ternyata tejo
Joko pun menghampirinya.
Seketika mata tejo terbuka.
"dia terlalu kuat. Khodamku kalah satu." ucap tejo dengan nada yang sedikit lemah.
Tejo pun tertawa dengan angkuh lalu mengatakan.
"kamu tenang saja nak.. Dia tidak akan bisa masuk ke sekitaran rumah ini. Bapak sudah mempagari rumah ini dengan penjaga 4 penjuru. Timur, barat, selatan, utara." ucap
Sedari tadi berada di dalam kamar. Ternyata tejo memanggil khodam-khodam yang ia pelihara untuk menjaga rumah yola. Dia tidak mau kehilangan cucunya tejo begitu meyakini jika cucunya akan meneruskan ilmunya.
Tak lama terdengar suara rengekan bayi.
Joko pun bergegas masuk kekamar yola. Dilihatnya yola telah berhasil melahirkan. Sang bidan pun
*ooeekk.. Ooekk* tangis bayi itu. Joko pun segera mengendongnya dan memperlihatkannya kepada yola.
"lihat anak kita mi.. Bukankah manis" ucap joko kepada yola.
Yola pun tersenyum menahan sakit karena habis melahirkan.
Ketika bidan ingin keluar mengubur ari-ari bayi, tejo menahannya.
"sini bik.. Biar saya aja yang menguburkannya." ucap tejo meminta ari-ari yang telah di masukan kedalam plastik itu.
"iyaa tuan."
Tejo pun memangil joko untuk membantunya.
"mau di tanam dimana pak.?"
"di bawah kolong rumah aja"
Ucap tejo sambil melangkah membawa payung serta lampu petromax.
"ikuti aku"
Joko pun hanya mengiyakan perkataan tejo.
Rumah yola memiliki tiang yang tinggi karna untuk
Tejo sengaja menguburnya di bawah kolong rumah agar ari-arinya tetap selamat dan tidak di makan palasik itu.
Sesudahnya mengubur itu, mereka berdua pun naik kerumah lagi
"iki anake lanang pak" ucap istri tejo.
Tejo pun melihat bayi itu masih terpejam. Sangat manis dengan alis yang
Melihat cucunya itu hati tejo merasa tenang.
"kamu kasih nama apa anak kamu nak?" ucap tejo memandang joko dan yola.
Joko pun terdiam dan mulai memandang yola.
"kalo bapak mau kasih nama silahkan saja pak." ucap
Tejo pun berpaling lalu tersenyum memandang langit-langit.
"ada satu nama yang sedari dulu bapak simpan jika kelak memiliki cucu." ucap tejo memandang keduanya lagi.
Kemudian tejo menyebutkan.
"PANJI PRAMANA"
Mereka pun setuju jika anak itu bernama Panji pramana.
Malam itu sang bidan tidur dirumah mereka mengingat hujan tak kunjung reda.
Lalu keesokan paginya cuaca begitu cerah. Sang bidan pun pulang kerumahnya.
Kabar tentang
Joko dan yola menjadi salah satu orang terpandang di kampung berkat mendiang ayah yola dulu.
Para warga pun banyak yang menjenguk yola untuk melihat anak mereka.
Sebagian ibu-ibu sangat gemas ketika melihat bayi mereka.
Hingga suatu ketika, ketika joko ingin berangkat pergi kesawah. Dilihatnya rumah bekas bu asih tinggal telah ramai orang-orang
"ternyata benar.. Tanah itu akan di bangun sekolahan." ucap joko yang melihat dari kejauhan.
Mobil derex kecil pun mulai menghantam rumah itu. Dan perlahan-lahan hancur.
Joko pun melewati tempat itu dengan kepala yang masih memandang puing-puing bekas bangunan.
"ehh mas joko. Mau kesawah ya." ucao salah satu tukang disitu yang ternyata orang kampung itu.
"ohh iya ini.. Kami di panggil pak RT. Katanya arsitek bangunan sekolah ini butuh sedikit tenaga. Jadi saya dan 20 orang pemuda disini ikut. Lumayanlah mas gajihnya." ucap warga itu.
Lalu kemudian joko pun pamit untuk segera pergi
Joko pun melalukan tugas seperti biasa di lakukannya.
Lama waktu berlalu, sudah mulai terlihat pasak-pasak bangunan sekolah itu.
Cukup lumayan besar untuk sekolah yang berada di pedesaan. Meski terbuat dari kayu.
Desa pun mulai terasa aman dan tidak ada gangguan
Tejo dan istrinya pun memutuskan untuk pulang ke jawa. Mengingat kondisinya disini sudah membaik.
"nak. Bapak mau pulang ke jawa. Kamu sama istri kamu ikut gak?" ucap
Sekejap joko terdiam.
"gimana?"
"saya tetap disini aja pak. Kalo pun saya pulang ke jawa. Siapa yang mengurus sawah disini pak. Lagian juga disini kami cukup terpandang pak" ucap joko kepada tejo.
Tejo pun tidak bisa memaksa anaknya itu.
"sudah pasti saya jaga pak" ucap joko sambil mengendong panji.
Sebelum pulang tejo mengkalungkan sesuatu kepada panji. Sesuatu yang terbungkus kain hitam yang sangat rapi berbentuk segi empat.
"bapak pulang dulu. Oh iya nak yola. Yang kemarin bapak kasih. Jangan sampai hilang"
Yola pun mengangguk dan menyalami tangan tejo beserta istrinya begitu pula dengan joko.
Dan joko ikut mengantarkan tejo sampai ke pelabuhan menggunakan mobil angkot yang di temui di jalanan yang cukup besar.
Terlihat seorang wanita separuh baya dengan pakain sederhana membawa tas yang terbuat dari jarik yang diikat menghampiri sebuah rumah mewah yang berada di sekitaran kota.
Wanita itu masuk gerbang yang tidak terkunci. Lalu mengetuk pintu rumah tersebut.
Ucap wanita itu.
Tak lama, keluar seorang wanita yang cukup muda keluar dengan mengendong anak yang berumur sekitaran 2 tahun.
"walaikumsallam. Mau cari apa ya buk" ucap wanita muda itu.
"saya mau mencari pekerjaan non. Boleh saya bekerja disini"
"hmm.. Oh iya kebetulan saya tidak punya asisten rumah tangga, ibuk mau?" ucap wanita muda itu.
"iya-iya non saya mau."
"nama ibuk siapa"
"nama saya asih"
"yaudah kalo gitu ibuk udah bisa bekerja disini. Saya panggil mbok asih aja ya. Nama saya nirmala" ucap
Asih pun melihat-lihat seisi rumah itu.
"ini kamar untuk si mbok ya" ucap nirmala sambil menunjuk kamar yang tidak terlalu besar.
Asih pun memperhatikan anak yang sedari tadi di gendong nirmala.
Nirmala pun tersenyum.
"hehe ini Dhatu mbok.." ucap nirmala meperkenalkan anak yang di gendongnya itu.
Asih pun mencoba mengendongnya. Dan anak itu mau.
Rasa sedih bercampur bahagia.
"anaknya cantik ya non. Sama seperti ibunya." ucap asih.
Nirmala hanya tersenyum.
Kemudian asih pun mengembalikan anak itu ke pelukan nirmala.
Ketika ingin di lepas asih, anak itu sedikit
Nirmala pun menjelaskan pekerjaan-pekerjaan asih di rumah. Mulai dari menyediakan makan menyapu mengepel lantai dan sebagainya. Meski prawakan asih sedikit menyeramkan namun terlihat biasa saja di mata nirmala karna
Asih pun mengangguk mengerti meskipun maksud dari kedatangan asih ialah untuk memantau cucunya itu sampai di umur 7 tahun agar bisa mencari makan sendiri. Maksud dari mencari makan sendiri ialah mencari
Hingga siang hari rahman suami nirmala pun
Rahman terkejut ketika melihat seorang nenek menyapu halaman rumahnya.
Dia pun turun dari mobil dan menegur nenek itu.
"ibuk.. Kenapa nyapu halaman rumah saya buk." ucap rahman yang merasa heran.
Tiba-tiba nirmala datang.
"dia pembantu kita mas" ucap
Asih pun mendekat dan menyalami tangan rahman.
"nama saya asih tuan" ucapnya
"iya iya mbok. Lanjut aja kerjanya." ucap joko yang langsung masik kerumah dan memanggil nirmala untuk berbicara di kamar.
Asih pun melanjutkan pekerjaannya.
Pintu kamar pun sengaja di kunci.
"ya memangnya kenapa pa. Kasian mbok asih gak punya tempat tinggal. Lagian kan mama juga lelah kalo melakukan pekerjaan rumah
"ya bukannya gitu ma. Kalo mama butuh asisten rumah tangga papa bisa carikan berapa banyak mama mau. Tapi kalo mbok asih. Papa seperti menaruh rasa curiga dengan prawakannya yang begitu." ucap rahman sambil mengkerutkan
"hanya perasaan papa kok. Yakin sama mama jika ini akan baik-baik saja" ucap nirmala yang tersenyum kemudian mereka berpelukan dengan dhatu di tengahnya yang ikut di peluk.
Dari luar pintu rumah asih yang tengah menyapu
"ha ha hahaha." tawa asih di dalam hatinya.
Hari pun berganti demi hari.
Dhatu kini mulai tumbuh dewasa.kini dhatu sudah jarang minum air susu nirmala. Namun dhatu lebih suka makan bubur buatan asih.
Hingga suatu hari Yola yang tengah sibuk memasak untuk bekal makanan joko pergi kesawah tiba-tiba perut yola merasa mual-mual hingga dia
" kenapa ya perutku ini.. Kok mual gini" gumam yola di dalam hati. Ketika dia kembali kedapur, masakan yang tdi untuk bekal joko pun sedikit gosong.
"yahh gosong.. Abi pasti gak mau makan ini" ucap yola dengan wajah masam.
"kenapa mi.? Bekal abi udah apa belum?" ucap joko sambil melihat wajan sambal ikan teri dan jengkol dengan sambal yang tidak lagi berwarna merah melainkan
"maaf ya abi.. Masakannya sedikit gosong. Tadi umi tinggalin kekamar mandi. Perut umi beberapa hari ini sering mual bi." ucap yola dengan nada manja yang wajahnya cemberut.
Bukannya marah joko malah terlihat senang.
"hehe yaudah mi. Gak papa masukannya aja
"beneran nih bi?"
Joko hanya mengangguk dengan bibir yang masih tersenyum.
Kemudian setelah bekal di masukan, joko pun pamit dengan yola untuk pergi ke sawah. Tak lupa dia pamitan kepada panji yang berada di
"abi pergi dulu ya nak.. Oh iya sebentar lagi kamu bakal punya adik" ucap sambil mencium keningnya panji dan menatap yola dengan senyuman.
Joko pun berlalu pergi dan menuju ke sawah.
"apa benar aku hamil lagi" gumamnya di dalam hati. Namun untuk memastikan itu semua dia harus pergi kerumah bidan yang waktu itu membantunya melahirkan panji.
Setelah semua pekerjaan rumah telah selesai di lakukan barulah yola pergi kerumah bidan itu
"Ha.. Jadi benar hamil lagi nyai?"
Bidan itu hanya mengangguk mengiyakan perkataan yola.
Yola pun tersenyum menandakan jika dia bahagia.
"nak.. Tunggu adikmu ya" bisik yola kepada panji sambil tersenyum.
Sekolah yang sedari dulu di bangun kini sudah mulai terlihat bangunannya hanya tinggal menambah sedikit-sedikit sebelum sekolah mulai beroperasi.
Para warga yang menaruh harap
Setiba joko pulang dari sawah, joko pun melewati bangunan sekolah itu. Namun kini dia tidak lagi melihat para warga yang berkerja untuk
Joko pun mendekat mencoba bertanya kepada salah satu dari mereka.
"mas-mas.. Bangunannya ini udah selesai di bangun?" tanya joko kepada salah satu pekerja.
Mendengar logat-logat seperti oranf jawa lantas
"ohh iya mas. Kemungkin satu bulan lagi bangunan ini udah selesai di bangun kok. Hanya saja belum tau kapan mulai di gunakan.
Ngomong-ngomong. Mas orang jawa ya?" tanya pekerja itu kepada joko.
"ohh iya mas. Saya orang jawa. Tinggal disini
Kemudian mereka pun saling bercerita satu sama lain. Karena mereka dari pulau yang sama.
Lama berbincang, joko pun pamit pulang mengingat istrinya yang pasti akan khawatir jika dia pulang dari jam biasanya.
Sesampainya di rumah, yola tengah asik
"assalamuallaikum" ucap joko sambil melangkah masuk.
"wallaikumsallam.. Abi udah pulang.. Abi udah pulang.." ucap yola sambil menimang panji.
Mereka pun bercengkrama
Malam harinya setelah selesai sholat isya. Joko dan yola pun berbaring di kamar. Dengan panji berada di tengah-tengah.
"abi. Umi mengandung lagi" ucap yola sambil memandang langit-langit.
"allahamdulillah mi. Kita di berikan rezeki lagi sama
"perasaan umi bercampur bahagia dan takut bi.. Bahagianya umi bisa memiliki anak lagi dan takutnya jika mahkluk itu kembali." ucap yola yang masih memandang langit-langit.
Joko pun sejenak terdiam.
"Nanti jika usia kandungan umi
Yola pun hanya mengangguk dan malam itu mereka pun tidur.
Tanpa terasa, tiga bulan berlalu. Bangunan yang ingin di jadikan sekolah itu pun telah selesai. Namun belum ada peresmian
Hingga bangunan yang baru di bangun itu pun untuk sementara tidak terpakai.
Terlihat dua remaja yang berada di sekitaran bangunan itu tengah mencari dan mengumpulkan kayu bekas-bekas pembangunan tersebut. Hampir setiap hari mereka mencari meski yang
Kandungan yola kini mulai membesar usia kandungannya satu minggu lagi telah masuk 8 bulan.
Pagi itu joko pun pergi ke kota untuk menghubungi ayahnya agar bisa datang ke rumahnya karna istrinya kini mau
"pak.. Bapak bisa kesini besok atau lusa?"
"bapak lagi banyak urusan disini nak. Memangnya ada apa?" ucap tejo yang bebicara di dalam telpon.
"istrinya saya mau melahirkan pak kandungannya udah hampir 8 bulan."
"bapak usahakan minggu depan bapak brangkat. Bilang
Joko pun pulang kerumah lalu menemui istrinya. Dilihatnya istrinya tengah melamun dalam keadaan berbaring namun matanya
"umi.. Umi kenapa?" tanya joko kepada yola.
Lantas suara joko menyadarkan yola dari lamunannya.
"ehh abi.. Udah pulang. Gimana apa kata bapak bi?"
"bapak lagi banyak urusan mungkin minggu depan baru bisa kesini mi" ucap joko.
"umi kenapa.. Ada masalah?" tanya joko.
"enggak kok bi. Entah kenapa prasaan umi tidak enak saja bi." ucap yola dengan nada yang pasrah.
Joko pun menasehatinya agak tidak memikirkan macam-macam karna yola sedang
Yola pun hanya mengangguk.
Malam harinya seperti biasa setelah sholat isya mereka sudah berada di kamar untuk bersiap tidur.
Entah kenapa malam itu yola begitu terasa lelah dan ingin segera tidur. Bahkan yang memasangkan popok panji di saat mau tidur
Tak lama,
Yola pun terlelap dalam tidurnya.
"yola.. Nakk.. Kesini nak.."
Yola mendengar sayup sayup suara yang dia kenalinya. Itulah ayah ibu mereka. Yola pun mencari sumbef suara itu
"ibu.. Bapak.. Kalian dimana.." ucap yola sambil berteriak menatap sekitar yang terlihat sangat gelap..
"maafkan bapak nak.. Maafkan bapak.." suara itu terus berulang dan yola masih saja menatap sekitar mencari sumber suara.
Seketika bayangan hitam datang ingin menghampirinya dan membuat yola terkejut lalu terbangun.
Dilihatnya jam dinding menunjukan pukul 11 malam.
Entah kenapa perut yola terasa sakit seperti ingin buang air besar. Awalnya yola berniat membangunkan joko untuk menemaninya namun melihat joko yang tertidur pulas
Toiletnya berada sekitar satu meter dari rumah dan pembuangannya langsung mengarah ke sungai.
Dengan membawa lampu petromax dan ember yang kosong yola pun keluar rumah. Satu hal yang dia lupa, dia lupa membawa apa yang
Setelah menimba air yola pun masuk kedalam toilet itu. Kiri kanan toilet hanya
Seketika....
"uhhh huu huu huuuu" tangisan panji yang membangunkan joko.
"um.. mi ana bi.." ucap panji dengan bahasa anak-anaknya itu.
Melihat yola tidak ada di sebelah panji. Joko mengira jika yola sedang sholat tahajud.
Dengan masih menepuk bokong panji. Panji pun kembali tertidur. Namun joko belum juga tidur Hingga waktu subuh tiba, Yola belum juga kembali. Joko tidak ingin membangunkan panji dan
Tepat jam 5 joko pun membangunkan panji. Dia membawanya ke ruang tamu. Lalu panji pun melaksanakan sholat subuhnya di ruang tamu dengan panji yang berada di
Tak lama terdengar suara wanita menjerit. Di belakang pintu rumahnya.
"aaaaa tolongggg"
Setelah joko menyelesaikan sholatnya joko pun mengendong panji dan membawanya ke belakang. Orang-orang pun mulai ramai datang menuju kebelakang tepatnya
"ada apaa.. Ada apa ini" ucap joko yang datang. Para warga pun mulai ramai. Lalu, pak RT menahan joko untuk mendekat.
"jangan mas.. Jangan mendekat" ucap pak RT dengan tangannya menahan joko.
Firasat joko mulai tidak enak.
Ketika joko mendekat, dilihatnya di balik kain jurik itu. Terlihat yola tengah terkapar dengan kondisi (maaf) kelamin berlumuran darah.
Perutnya yang mengandung kini sudah
Joko pun terkulai lemas tangisnya pun tanpa suara. Air mata berjatuhan untuk mengendong panji saja tangannya sudah tidak kuat. Para warga yang melihat tidak sedikit tangisnya juga pecah. Panji pun menangis karna melihat sang ayah yang begitu tak berdaya.
"sudah.. Sudah.. Ayo para warga tolong di bantu untuk mengurus ini." ucap pak RT.
"mas.. Mas joko.. Ayo bangun mas.. Yang sabar mas.." ucap pak RT menenangkan joko. Namun joko masih saja terbaring di tanah dengan dengan tangis yang
"nenek tua biadab.. Sungguh sungguh biadab.. Takkan.. Ku maafkan... TAKKAN KUMAAFKANNNN" teriak joko yang sangat kencang.
Pagi itu tejo yang minum kopi di depan rumah lantas. Tiba-tiba gelas
Mata tejo menatap gelas itu..
"ada yang tidak beres" batin tejo.
Pagi itu tejo pun pergi ke rumah joko. Urusannya dengan orang lain itu pun di batalkannya dia pun pergi seorang diri dan pamitan dengan istrinya.
"loh kok dadakan to pak. Bukanya
"prasaan bapak ndak enak buk. Bapak takut terjadi apa-apa sama panji" ucap tejo.
Biar bagaimanapun tejo selalu mengkhawatirkan cucu kesanyangannya itu.
Pagi itu tejo pun brangkat dengan jalur biasa.
Joko masih saja menangis kepergian istrinya. Joko sudah tidak bisa mengendalikan diri. Dia masih merasa jika luka yang di hadapinya terlalu berat baginya. Dia masih tidak bisa terima kehilangan yola.
Mayat yola pun telah selesai si mandikan di kafani dan mulai di
Ketika warga ingin mendekat memasukan mayat kedalam keranda. Joko mengamuk dan marah-marah. Tidak ada yang berani mencegah joko.
Hingga sampai ke sore hari, Tejo datang.
"hmm siapa lagi yang jadi korban." batin tejo.
Tejo pun masuk kerumah warga pun menepi membiarkan tejo masuk. Dilihatnya joko tengah menangis dan berbicara sendirian seperti orang gila.
"tidakk.. Tidak.. Mungkin pak.. Yyolaaa masih hidup. Dan anak yang di kandungnya pun masih hidup.. Iiiyaa kan mi." ucap joko dengan gelagat tidak jelas sambil berbicara
"hmm tolong ambilkan aku dua biji sahang." ucap tejo kepada sanak keluarga yola.
Kemudian dari dapur salah satu sanak keluarga pun datang dan membawakan sahangnya.
Tejo menyuruh 4 orang warga yang kuat untuk masuk kedalam rumah.
"pegang kaki tangannya" ucap
Kemudian warga yang 4 tadi mulai memegangi joko. Joko pun mulai berontak.
"luruskan kakinya" ucap tejo.
Kemudian.. Tejo menekan biji sahang tadi tepat di jari kaki jempol joko. Joko pun mengelinjang berontak tak karuan. 4 orang tadi hampir kewalahan.
"Bawa dia kekamar dan ikat untuk sementara."ucap tejo memerintahkan orang tadi.
Setelah joko di bawa ke kamar
Pak rt pun menyanggupi dan makam yola pun segera di kebumikan.
Sore itu tejo ingin memberitahukan kepada istrinya mengenai hal ini.
Tanpa berbicara apa-apa istri tejo langsung berlari kekamar menemui joko.
Di lihatnya joko terikat kedua kaki tangannya di atas ranjang menggunakan kain selimut yang di pilin.
Menetes air mata sang ibu melihat anaknya
Ia pun mendekatinya lalu membelai rambutnya.
"nak.. Kamu kenapa..?" ucap ibu joko sementara isak tangis mulai terdengar.
"umm umii.. Umi pulang.. Abi sangat merindukan umii." gelagat joko yang sudah seperti orang gila.
Tangis ibu joko semakin pecah.
Joko hanya diam namun tingkahnya sudah seperti orang ling-lung.
Tak lama tejo pun masuk dengan panji. Panji yang sudah mulai bisa berjalan hanya di pimpin dengan tejo meski langkah
"sudah lah buk.. Biarkan joko dulu. Dia hanya perlu waktu" ucap tejo.
Lalu sang ibu pun keluar. Dia menuju kedapur dan mengambil makanan. Lalu kembali lagi ke dalam kamar.
Joko pun di beri makan dengan ibunya meski yang di makan joko
Tejo pun keluar kamar dengan membawa panji.
...
"ayo nak ini makan dulu." ucap nirmala sambil memberikam sup kepada dhatu.
Namun dhatu tidak menghiraukanya dhatu malah asik memainkan mainnya.
Lalu dari belakang terlihat bu asih membawakan semangkuk bubur.
"non.. Biar simbok saja yang memberi makan dhatu." ucap asih.
Dengan wajah yang masih jengkel nirmala pun mengangguk dan pergi.
Terlihat ada daging merah yang di lunakan tertutup oleh bubur. (Apa mungkin itu daging janin yola.?)
Hari demi hari dhatu yang lebih suka makan makanan yang di masak asih di banding nirmala. Membuat nirmala
"lalu simbok gimana ma" ucap dhatu dengan suara khas anak kecil itu.
"simbok tinggal di rumah. Kan mau jagain rumah." ucap nirmala.
"kalo gitu dhatu juga mau tinggal ma. Kasian simbok
"kamu ini.. Coba sekali saja nurut sama mama.." bentak nirmala dengan mata melotot. Membuat dhatu menjadi takut. Lalu berlari ke kamar asih.
Dhatu pun memeluk asih. Dengan wajah memelas asih pun mengatakan.
"iya iya udah.. Terserah simbok." ucao nirmala yang langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Keesokan harinya. Nirmala pun pergi bersama rahman untuk berlibur. Simbok pun menunggu di depan pagar. Dengan dhatu
"hati-hati di jalan non.. Dan tuan.." ucap asih sambil melambaikan tangannya.
Tak lama mereka pergi.
Terlihat ekpresi wajah asih berubah.
"malam ini saatnya." ucap asih dengan senyum menyeringai sambil membelai rambut dhatu.
Sambil merapal mantra. Asih memandikan dhatu dengan air di
"dengan begini.. Mulai malam ini.. Kau aku angkat menjadi.. RATU PALASIK.. Mulailah mencari makan sendiri.. Dan balaskan dendam ibumu." ucap asih yang masih terus mengguyur dhatu dengan air kembang itu hingga habis..
"gimana kondisi joko buk.?" tanya tejo yang melihat istrinya baru keluar dari kamar joko.
"alhamdulillah sudah agak mendingan pak. Meski dia masih sering melamun"
"Tunggulah beberapa hari lagi buk. Nanti kita pulang ke jawa dengan joko dan panji sekali." ucap tejo.
Terlihat dua anak remaja berlari menuju rumahnya.
"mbah.. Tubuh palasik.. Aku menemukannya" ucap salah satu anak itu.
Dengan rokok yang masih terpuntung dan semprotan untuk memandikan burung yang biasa di gunakan joko untuk memandikan burung peliharaan di
Kemudian tejo berlari menuju kedalam rumah. Dia seperti mengambil kendi yang berisikan garam.
Tejo mengenali dua remaja itu.. Mereka adalah joni dan iyan dan Mereka berdua yang berasal dari kampung sebelah yang datang sewaktu ada hajatan tahlilan almarhum faisal.
Kemudian tejo memprintahkan iyan untuk memberitahukan kepada
Joni berlari sekuat tenaga menuju sekolahan yang di bangun bekas tanah rumah asih tersebut.
Kemudian joko menuju di bawah kolong sekolah yang tingginya hampir satu meter itu.
Dengan cepat tejo langsung melangkah dan berlari menuju pondok itu. Dilihatnya memang benar jika tubuh dari asih itu berada disitu. Tanpa basa-basi. Tejo menumpahkan garam itu ke dalam lubang bekas
Kemudian teji pun keluar. Dan mengatakan kepada joni untuk bersembunyi.
Tak lama pak RT datang yang di ikuti para warga serta iyan.
"dimana.. Dimana mahkluk sial itu" ucap salah satu warga.
Para warga pun bersembunyi di sekitaran tempat itu. Dan tejo lebih dekat dari pondok itu.
Hari pun hampir gelap. Namun tidak ada tanda-tanda kemunculan asih.
Tiba-tiba. Terdengar sesuatu menambrak pintu pondok.
Tejo berdetak. Dan yakin jika kepalanya telah kembali.
Terdengar suara erangan menahan sakit dari pondok.
Kemudian tejo pun berteriak.
"sekarangg.."
"janin siapa lagi yang kau jadikan korban.. Biadab.." teriak warga. Kemudian tali di ikatkan di lehernya lantas
Karna di lepas asih sewaktu warga menyeretnya. Lantas tejo menyuruh joni membuka bajunya dan meminta baju putih dalaman joni. Kemudian tejo membungkus janin itu.
Di posisi itu.
Asih hanya tertawa.. Tertawa dengan suara sangat mengerikan.
Hingga ketika bensin telah menyirami sekujur tubuhnya dia mengatakan.
"wahahaha.. Tugasku sudah selesai. Kalian akan di teror
belum sempat asih menuntaskan ucapannya. Api telah menyambar tubuhnya yang membuatnya berteriak begitu mengerikan.
Tejo hanya melihat itu dari jarak yang lebih berjauhan. Dia mencerna ucapan asih
"dari mana pak?" ucap istri tejo yang melihat tejo dengan kondisi seperti itu.
Tanpa menjawab tejo pun langsung menuju kamar mandi. Untuk membersihkan tubuhnya. Lalu dia kembali menemui istrinya.
"lalu bagaimana dengan rumah ini?"
"titipkan kepada sanak keluarga yola yang berada disini sampai cucu kita siap."
Istri tejo pun terdiam. Apa yang di maksud oleh tejo dia tidak mengerti.
"Panji akan meneruskan ilmuku. Dan dia harus belajar pancasona."
istri tejo pun terdiam kemudian tejo mengatakan.
"AKU HARUS MELATIHNYA UNTUK MELAWAN SANG RATU"