My Authors
Read all threads
"DENDAM RATU PALASIK" (Part2)
Berawal dari hitamnya ilmu keturunan selama 7 turun-temurun yang menjadikannya ratu dari palasik. Dia kembali hanya untuk membalaskan DENDAM.

Urban_Legend_sumatra_island

@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #ceritahorror
Sebelumnya RT dlu ya sebanyak-banyaknya.. Malam saya bercerita.
Masih kerja soalnya 😁
*tap. Tap. Tap*
Langkah cepat seorang wanita separuh baya berlari di tengah gelapnya hutan. Tanpa menggunakan alas kaki wanita itu terus berlari hingga di penghujung hutan di tepi jalan yang cukup besar tepatnya di kota yang sudah cukup jauh dari desa.
Wanita itu seperti mencari sesuatu matanya terus memperhatikan sekitar. Hingga di terhenti di sebuah rumah yang cukup megah.
Kemudian dia mencari-cari kardus lalu di letakkannya bayi tadi di dalam kardus itu.
*hhoowekk howwekkk*
Tangis bayi itu yang menandakan dia telah
Terbangun dari tidurnya.
"cup.. Cup.. Cup.. Jangan nangis ya sayang.. Kamu pasti aman disini.. Nenek tinggal dulu ya.. Nanti nenek pasti kembali kok." ucap wanita itu sambil menenangkan bayi itu. Kemudian bayi itu pun tertidur lagi. Di selimutinya bayi itu dengan selembar jarik
Yang di sanggulkan di kepalanya. Kemudian wanita itu pun pergi dengan air mata yang mengalir ke pipi.
Dia kembali menuju hutan. Lalu hilang begitu saja.
...
Pagi itu terlihat nirmala sedang menyapu teras. Lalu dari dalam rumah tedengar seorang memanggilnya.
"ma.. Sarapan papa udah belum?" ucap suaminya yang telah usai mandi.
Dia adalah rahman. Seorang wirausaha muda yang sukses. Rahman dan nirmala telah menikah 5 tahun
Yang lalu namun belum di karuniai anak. Meski begitu rahman tetap menyayangi istrinya dan bahkan tidak ada berniat ingin memadu istrinya itu. Dia bahkan sering memberi semangat kepada istrinya ketika istrinya selalu gagal hamil.
"udah pa.. Itu udah mama taruh di meja" ucap nirmala sambil melangkah masuk. Kemudian di liatnya rahman baru keluar dari kamar dan langsung menuju meja makan.
Rahman pun mengambil selembar roti tawar dan memberinya selai nanas.
Dilihatnya nirmala menatap dia makan dengan
Tatapan sedih.
"mama kenapa?" tanya rahman kepada nirmala.
"hmm.. Coba saja kita punya anak ya pa.. Pasti rame kalo pas jam makan." ucap nirmala sambil mengela napas pelan.
Kemudian rahman hanya tersenyum.
"belum rezeki kita ma. Suatu hari nanti pasti kok kita punya anak
Tuhan belum memberikan mungkin karna kita belum siap"

Nirmala hanya mengangguk.
Dilihatnya rahman telah usai sarapan. Lalu nirmala melangkah kekamar mengambilkan dasi rahman Kemudian memasangkannya.
"semangat kerjanya ya pa" ucap nirmala yang langsung mencium tangan rahman.
"iya.. Papa brangkat dulu." ucap rahman yang langsung melangkah ke garasi mobil. Nirmala pun mengikutinya hingga sampai di depan teras.
Ketika nirmala ingin membukakan pagar.
Di telinganya terdengar seperti suara tangisan bayi.
Dia mencoba mencari sumber suara. Telinganya dikebawahkannya dengan cara berjalan sedikiy merunduk.
"mama.. Ngapain.. Buka pagarnya papa mau brangkat kerja." ucap rahman dari dalam mobil.
"tunggu sebentar pak. Coba papa kesini dulu" ucap nirmala sambil melambaikan tangannya
Rahman pun keluar dari mobil dan menghampiri nirmala.
"ada apa sih ma?"

"coba papa dengarkan. Seperti ada tangisan bayi kan.?" ucap nirmala.
Rahman pun mencoba mendengarkan dan itu memang benar didengarnya.
Kemudian pagar pun di buka rahman di balik rumput hias tinggi di tepian
Pagar terlihat sebuah kardus yang isinya tertutup kain jarik. Rahman pun mendekat lalu di bukanya yang ternyata adalah seorang bayi yang sangat lucu dengan mata yang indah begitu di pandang.
"maa lihat ini" ucap rahman sambil memanggil nirmala.
Nirmala pun keluar pagar dan
Melihat bayi itu.
"kasian sekali pa.. Bayi siapa ini?" ucap nirmala kepada rahman.
Rahman pun sama kasiannya dengan nirmala. Namun di dal hatinya ada bercampur rasa senang. "apakah mungkin ini jawaban doa kami selama ini tuhan" gumam rahman di dalam hati.
"kita rawat saja ya pa.. Kita adopsi anak ini" ucap nirmala yang merasa senang ketika mengendong bayi itu dan di lihatnya bayi itu sangat lucu.
Rahman hanya mengangguk yang di balasnya dengan senyuman.

Di balik pohon dengan jarak yang tak terlihat oleh mereka berdua terlihat
Wanita separuh baya mengintai mereka.
"tolong.. Jagakan dia.. Suatu hari nanti jika sudah waktunya. Pasti akan aku ambil lagi" ucap wanita itu dengan tatapan misterius. Lalu pergi berlalu begitu saja.
Hari pun berlalu tanpa terasa bulan ke bulan telah terlewati.
"umi.. Abi pergi ke sawah dulu ya. Ucap seorang laki-laki yang sambil memikul cangkulnya.
"iya abi.. Hati-hati. Bekalnya jangan lupa di bawa. Umi udah gak bisa nganterin kesawah." ucap istrinya sambil mengelus-elus
Perutnya yang tengah mengandung.
Laki-laki itu bernama joko serta istrinya yola yang tengah mengandung.
Terlihat di pintu rumah terdapat gantungan bambu kuning yang katanya bisa menjaga kandungan dari mahkluk yang pernah meresahkan warga.
Joko pun pergi ke sawah dengan berjalan kaki. Dia pun melewati rumah yang telah kosong dengan tanah yang cukup luas. Masih terlihat bekas hitam pembakaran yang pernah menjadi saksi bisu. Dibalik pristiwa itu joko punya dua sudut pandang, Antara kasian sama marah.
Dia merasa kasian dengan seseorang yang di bakar warga hidup-hidup sewaktu kejadian itu karna dia tidak mengenal wanita itu juga tidak tau latar belakangnya namun dia hanya mendengar jika dia adalah anak dari bu asih. Seorang wanita paruh baya yang waktu itu di curigainya sebagai
Palasik. Sampai kini joko tidak mengetahui diamana bu asih lari. Warga desa juga semenjak pristiwa itu tidak ada mendengar kabar tentang teror palasik lagi. Jadi untuk beberapa bulan setelah pristiwa itu desa terasa aman.
Sesampainya di sawah, di lihatnya mertuanya telah sampai
Dan duduk di gubuk.
Joko pun menghampirinya. Faisal yang melihat joko datang lantas langsung menegurnya.
"lah nak.. Kok kesawah. Yola kenapa gak di jagain. Diakan bentar lagi mau lahiran"

"iya pak. Nanti siang juga saya pulang. Ini mau nganterin bekal bapak dan ibuk sekalian
Bantu-bantu dikit." ucap joko dengan nada yang sedikit halus.
"yaudah kalo gitu.. Tuh tanam aja dulu." ucap faisal sambil menunjuk bibit padi yang berada di tepian gubuk.
Tanpa banyak bicara joko pun langsung mengambil seikat bibit padi itu dan langsung menanamnya dengan cara
Berjalan mundur. Hingga sampai siang hari, joko pun beristirahat sejenak.
" udah nak pulang aja lagi. Bapak khawatir sama yola." ucap faisal yang menyuruh joko untuk pulang.

"hm.. Yaudah kalo gitu pak. Joko pulang dulu" ucap joko sambil melangkah mengambil cangkul.
Karna dari sawah kerumahnya itu cukup jauh. Jadi joko sengaja berjalan santai sambil melihat sekitar. Namun dia terhenti ketika melihat seorang berpakaian rapi dan mengenakan helm proyek berdiri di depan bekas rumah bu asih. Terlihat kepala desa juga berada disitu.
Mereka seperti sedang membicarakan sesuatu dengan tangan orang itu seperti mengukur-ngukur sesuatu.
Joko pun mendekat.
"ada apa pak" tanya joko kepada kepala desa.
Tanah ini di sumbangkan dan akan di bangun sekolah"

"ha di bangun sekolah?"
Sejenak joko terdiam,
Dia berfikir "siapa yang menyumbangkan tanah ini. Sementara tidak ada yang tau keberadaan bu asih sekarang. Jika pun masih hidup, kenapa tanah ini mau di bangun sekolah" gumam joko sendirian di dalam hati. Lalu seketika pak rt memanggil namanya menyadarkan
Lamunannya.
"mas.. Mas joko.." ucap pak rt sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah joko.
Joko pun tersadar dari lamunannya. Joko pun bertanya kepada seorang arsitek bangunan tersebut.
"pak.. Siapa yang menyum..
Belum sempat joko menyelesaikan perkataannya orang tadi langsung
Memotong pertanyaannya.
"mas maaf ya.. Bukannya gak sopan. Saya harus segera mengukur dan membuat struktur bangunan. Ini proyek besar prusahaan kami." ucap orang yang berbaju rapi tersebut yang langsung meninggalkan pak rt dan joko. Tak lupa orang tadi berpamitan sebelum pergi.
"sombong amat tu orang" ucap joko sambil menatapnya sinis.
"yahhh maklum mas namanya juga orang kota yang kerjanya megang pena. Jadi wajar.. Lagian juga bagus kan kalo ada sekolah di desa kita ini. Orang orang tidak perlu lagi pergi kekota menyekolahkan anaknya." ucap pak rt.
Joko hanya mengangguk namun masih memandang orang tadi yang berjalan dengan tergesa.
Kemudian, joko pun pamit pulang kepada pak rt.
Sesampainya di rumah di lihatnya yola sedang menangis di depan pintu.
Joko pun menghampirinya dengan cepat.
"umi.. Umi kenapa.."
Ucap joko yang langsung menyadarkan yola dari tangisnya.

"bapak sama ibuk bi.."
"iya kenapa.. Bapak sama ibuk baik-baik saja di sawah."
"enggak.."
Tangis yola makin pecah..
"kenapa.. Ada apa dengan bapak sama ibuk.." joko yang masih bingun dengan maksud yola.
Dengan tangis yang masih menjadi-jadi. Yola menunjuk kamar ayah ibu yola.
Joko pun perlahan melangkah dan menyibak tirai yang menutup pintu kamar. Ketika di buka.
Dilihatnya faisal ayahnya yang menusukkan pisau dapur ke perutnya dan bekas gorokan di leher ibunya.
Joko terduduk lemas..
"jadi yang di sawah tadi siapa mi.." ucap joko dengan bibir bergetar.
Dengan tangis yang masih pecah yola pun menjelaskan kepada joko.
"abi tadi pagi pergi sendirian. Ayah sama ibuk belum keluar kamar bahkan sholat subuh saja tidak keluar. Umi pikir mereka udah sholat di kamar. Lalu hingga siang hari umi memangil mereka untuk mengajak makan namun tidak ada juga suara. Sampai akhirnya umi dorong pintunya bapak
Sama ibuk sudah seperti itu.."
Isak tangis yola menjadi-jadi.
Joko mencoba berfikir jika ini tidak ada kaitannya dengan kejadian 8 bulan yang lalu.
"tidak.. Tidak mungkin ini ulah wanita biadab itu.. Dia sudah MATI" ucap joko yang sedikit berteriak.
"seharusnya abi tidak ikutan.. Lihat ini bi.. Lihat.." yola mencoba menyesali perbuatan joko yang dulu.
Joko pun bangkit dari duduknya yang lemah saat melihat itu. Lalu mendekat kepada yola dan memeluknya joko mencoba menenangkan yola karna kondisi yola yang sedang hamil.
"meski tadi nyata atau tidak. Abi lihat ayah sama ibuk masih hidup mereka di sawah bahkan mereka yang menyuruh abi pulang lebih awal untuk menjaga umi. Namun siapa sangka.." ucap joko yang masih memeluk yola. Kemudian tangis yola mulai mereda.
"abi akan urus pemakamannya dengan cepat. Untuk sementara umi tinggal di rumah pak rt dulu. Ayo ikut abi" ucap joko sambil menuntun yola melangkah keluar rumah dan menuruni tangga.
Sesampainya dirumah pak rt joko mengetuk-ngetuk pintu lalu keluar buk rt.
"ehh nak yola sama suaminya.. Ada apa ya ini nak.?"
"Pak rt nya mana buk?" tanya joko.
"tadi lagi di luar nak katanya keliling desa"
"saya titip istri saya dulu ya buk. Mau ngurus pemakaman ayah dan ibu." ucap joko dengan nada pelan.
" ha. Ayah dan ibu. pak faisal dengan
Istrinya?" ucap buk rt yang nada terkejut.
Joko hanya mengangguk dengan wajah sedih. Buk RT melihat mata yola yang masih bengkak bahkan air matanya tak henti keluar.
" kamu yang sabar ya nak. Orang tua kamu kawan baik sama ibuk. Untuk sementara kamu bisa tinggal dsini kok. Ucap
buk RT kepada yola.
Yola hanya mengangguk kemudian memeluk buk RT.
Kemudian joko pun pergi meninggalkan rumah bu RT. dia ingin mencari Pak RT dan langsung mengurus pemakaman ayah dan ibunya. Sesempat mungkin joko mampir ke sawah. Di lihatnya bekal yang dia bawa tadi
Dalam kondisi terbuka disaat di menawarkan makanan kepada faisal. Yang bahkan belum di sentuh apapun meski joko melihat waktu itu mereka sedang dalam keadaan makan sebelum joko pulang kerumah.
Joko pun mengambil bekal itu. Di tutupnya kembali lalu di buangnya ke sungai.
Joko pun pergi dan menemukan pak RT di jalan.
Dengan tenang joko mengatakannya kepada pak rt.
"pak RT tolong bantu saya. Kedua mertua saya meninggal mohon bantuannya pak untuk mengurus pemakaman kedua mertua saya. Saya mau pergi ke kota dulu untuk menghubungi orang tua saya."
Ucap joko.
Ekpresi pak RT pun berubah mendengar ucapan joko itu. Lantas Pak RT mulai mengait-ngaitkan matinya faisal ini dengan kejadian dulu. Namun joko menepisnya jika ini semua tidak ada hubungannya dengan kejadian itu.
"yaudah mas silahkan pergi kekota dulu. Saya akan
Kumpulkan para warga untuk mengurus mertua mas. Lagian pak faisal itu juga termasuk orang terpandang di desa ini."
Ucap pak Rt. Kemudian joko pun pergi kerumahnya untuk mengambil sepeda motor. Tak lama para warga pun datang satu persatu di ikuti dengan pak RT.
Dengan kecepatan sedang joko pun melaju menuju wartel terdekat setelah itu dia mamasukan koin dan mulai menekan nomor orang tuanya.
*tutt.. Tutt.... Tuttt*
Terdengar di telinga joko jika telpon telah masuk namun belum di angkat.
Lalu telpon pun di angkat.
Joko pun mengucap salam.
"assalamuallaikum."

Lama tak terdengar suara lalu joko mengucap salam untuk kedua kalinya.
Kemudian.
"walaikumsallam.
Masih tidak percaya ucapan bapak?"
"haa maaf pak.. Joko salah.. Joko sangat perlu bantuan bapak." ucap
Joko sambil memelas kepada tejo.
"kandungan istri kamu udah berapa bulan.?" tanya tejo.
"udah 8 pak.. Malah mau masuk 9" ucap joko.
"Siang ini bapak akan kesana. Ibu kamu nanti nyusul." ucap tejo dan langsung mematikan telepon.
Kemudian joko pun pulang untuk mempersiapkan pemakaman.
Terlihat telah ramai para warga dan sanak keluarga dari mendiang faisal datang. Meskipun begitu ternyata yola adalah anak tunggal. Jadi pihak keluarga yang datang kebanyakan sepupu jauh dan keluarga-keluarga angkat.
Terlihat di dalam rumah telah ada dya tirai penutup sudut ruangan yang mana di setiap sudut adalah mayat faisal dan istrinya. Suara ngaji dan lantunan ayat alquran terdengar dari tadi. Di belakang terlihat banyak ibu-ibu dan wanita mencoba mentabahkan yola yang masih dalam
Kondisi kehilangan.
Lalu pak RT menghampiri joko.
"Gimana ini mas. Apakah pemakaman mau di urus sekarang.?"tanya pak RT kepada joko.
"nanti dulu pak. Tunggu sebentar lagi. Ada orang yang harus di tunggu." ucap joko.
Pak Rt pun mengiyakannya.
Tanpa terasa waktu sholat ashar pun
Tiba. Mayat pun telah selesai di mandikan dan telah di kafani tinggal di sholatkan. Baru saja orang mau mengangkat mayatnya untuk di bawa ke mushola agar di sholatkan namun di tahan oleh joko.
"tunggu ya mas.. Tunggu sebentar lagi.. Masih ada seseorang yang harus di tunggu." ucap
Yang menahan mereka.
"mas ini bagaimana sih.? Kalo ini mayat mati berdarah mas. Jadi harus segera di makamkan." ucap,salah satu warga.
Di tengah selisih paham antara joko dan salah satu warga tersebut.
Dari luar terdengar seseorang yang mengucap salam. Dan beberapa kali
Dia mengatakan "permisi.. Permisi ya mas.. Permisi mau lewat."
Terlihat seseorang laki-laki mengunakan pakaian adat jawa yang sangat kental serba hitam dengan ciri khas menggunakan blangkon. Para warga memperhatikan orang tersebut seperti ada rasa segan ketika orang itu lewat.
Ketika orang itu masuk.
Ruangan pun menjadi senyap. Semua mata tertuju pada orang itu.
"assalamuallaikum"
Semua orang pun menjawab salamnya dan kemudian joko mendekat dan menyalami tangan orang itu.
"loh kok.. Cepat sekali bapak sampai." ucap joko.
Namun langsung di tepuk
Pundaknya oleh tejo.
"jangan banyak tanya. Bawakan tas bapak itu. Kasian tukang ojeknya megangin dari tadi.
Joko pun keluar dan dilihatnya tukang ojek itu menunggu di depan pintu. Tukang ojek itu Terlihat sedikit berbeda. Ketika joko menanyakan ongkosnya tukang ojek itu hanya
Diam dengan pandangan kebawah. Bibirnya terlihat pucat meskipun menggunakan helm joko bisa melihatnya.
"ini ongkos ojeknya udah di bayar belum pak" tanya joko kepada tejo. Lantas tejo hanya menoleh dan terlihat tangannya bergerak seperti mengisyaratkan untuk pergi.
Lalu
Tukang ojek tadi pergi. Dan tejo menjawab.
"itu sudah di bayar tadi waktu mau pergi." ucap tejo dan langsung melangkah ke salah satu mayat yang telah di bungkus kain kafan tersebut. Joko pun mendekat setelah mengantarkan tas tejo ke kamar.
"tolong buka kain petutuo wajahnya sebentar." ucap tejo. Kemudian tejo pun melihat-lihat.. Lantas dia hanya menganggukan kepalanya berkali-kali.
"tutup kembali" ucap tejo.
Tejo pun melangkah kedapur dan mememui yola.
Yola pun langsung menyalami tejo meski masih dalam kondisi
Bersedih.
Beberapa kali tejo menepuk pundak yola ketika yola bercerita awal dia melihat ayah dan ibunya itu mati di kamar dalam keadaan yang tidak wajar.
Tanpa berkata apa-apa tejo hanya mengangguk kemudian dia seperti merogoh sakunya lalu mengeluarkan
Sebilah bambu yang bercabang yang mana salah satu cabang di ikat kain putih lalu cabang satunya,di ikat kain hitam.
"pegang dan simpan ini nak.. Jangan kamu lepas ketika pergi sendirian."
Ucap tejo dan langsung melangkah lagi ke ruang tamu.
"bapak-bapak ayo silahkan di bawa
Saja mayatkan untuk di sholatkan" ucap tejo. Lantas para warga pun bergerak dan mengangkat keranda mayat dan langsung membawanya ke mushola terdekat. Baru saja joko ingin mengikuti untuk ke mushola tiba-tiba tangannya di tarik oleh tejo.
"ada apa pak." ucap joko.
Lalu tejo menggelengkan kepalanya.
"mertua kamu.. Sudah salah pilih jalan.. Semoga saja calon anak kamu selamat." ucap tejo berbisik kepada joko.
*deg* joko terkejut. Dan cukup lama terdiam.
"maksud bapak"..
Joko masih tidak mengerti ucapan ayahnya tersebut. Apa maksud dari ayahnya jika mertuanya telah salah pilih jalan.
"nanti saja bapak bagi tau nak. Sudah.. Itu cepat slesaikan dulu pemakaman mertua kamu" ucap tejo yang langsung mendorong pelan joko untuk segera ke mushola.
Lalu faisal dan istrinya pun telah selesai di kebumikan.
Malam itu para warga ramai berada di rumah yola. Menggelar tahlilan sekalian menjaga yola. Karna yola telah mengandung yang cukup besar. Jadi tejo menyarankan rumah harus terus ramai. Ada sebagian warga yang pulang namun
Tidak sedikit yang tinggal. Mulai dari orang tua, pemuda hingga remaja.
Ramai mereka berbincang dengan kopi yang sengaja di buat banyak serta rokok yang di taruh di dalam gelas untuk bagi sesiapapun yang mau merokok. Hingga pada jam 12 malam. Terlihat semua orang telah tertidur.
Malam itu joko sengaja tidur di luar dan yola tidur di kamar bersama sanak keluarga wanita yang masih tinggal. Baru saja joko ingin memejamkan mata. Tiba-tiba tejo melangkah ke pintu. Joko pun memandangnya lalu tejo berpaling dan mengisyaratkan tangannya untuk joko mengikuti.
Joko pun perlahan bangun dan melangkah keluar rumah.
Tejo telah duduk di kursi depan rumah dengan kopi segelas yang di bawanya.
Joko pun duduk di sebelah tejo yang hanya berjarak meja.
"ada apa pak" ucap joko memulai percakapan.
Tejo pun menghidupkan rokoknya lalu di
Pasangnya ke pipa rokok yang biasa ia gunakan.
"kamu mau tau kenapa mertua kamu mati" ucap tejo pelan namun terdengar jelas karna sangat sunyi.
Joko hanya mengangguk menunggu jawaban dari tejo.

"diaa.. Mengingkari janjinya dengan palasik itu"
"haa.. Maksud bapak apa.? Saya
Masih tidak paham" ucap joko.
Lalu tiba-tiba pintu dalam terbuka. Joko pun berdiri dan menyorot lampu petromak ke arah pintu.
Dilihatnya dua remaja yang tidak ia kenali menghampiri mereka.
"maaf nih pak. Saya tidak sengaja mendengar percakapan bapak. Boleh saya ikut mendengarkan
Saya dan teman saya janji akan tutup mulut." ucapnya dengan nada memelas.
Kemudian tejo memandangnya dengan cukup lama. Lalu memegang kepalanya dengan cara di usapnya perlahan.
"siapa nama kamu" ucap tejo yang masih mengusap rambut remaja itu bergantian.
"nama saya joni.. Dan ini teman saya iyan." ucap joni.
Terlihat iyan gemetar. Iyan terlihat takut ketika tejo mengusap kepalanya.
Kemudian setelah itu tejo tersenyum.
"nama saya tejo.. Panggil saja mbah tejo.. Suatu hati nanti kalian akan mrmbantuku" ucap tejo sambil tersenyum
Joni dan iyan hanya diam. Dia tidak mengerti maksud mbah tejo tersebut.
"kalian ini anak dari mana.? Kok saya baru lihat" ucap joko yang menanyakan itu kepada mereka berdua.
"ohh kami dari kampung sebelah mas. Saya dan teman saya ini memang sering pergi jauh demi makanan."
Ucap joni sambil tersenyum.
Joko pun tertawa pelan untuk melunakan suasana. Dan iyan pun sudah mulai tidak merasa takut seperti pertama tejo mengusap kepalanya.
Tejo pun melanjutkan ceritanya.
"kenapa bapak bilang jika mertua kamu salah jalan. Itu karena.." ucap tejo sambil
Menunjuk joko.
Kemudian mereka bertiga pun memperhatikan tejo seolah menunggu jawabannya.
"mertua kamu memperoleh banyak harta dari palasik tersebut."

"jadi maksud bapak. Ibu mertua saya seorang palasik?"
Ucap joko masih dengan nada pelan takut orang orang terbangun.
"tidak.. Tidak.. Keluarga istrimu tidak ada satu pun keturunan palasik.
Tapi ayah mertua kamu telah menemukan tubuh palasik namun dia tidak memusnahkannya."
Ucap tejo yang perlahan menyeruput kopinya.
"bagaimana bisaa pak.. Maksu.."
*pletakkk*
Terdengar tamparan kecil mendarat
Di mulut joko.
"habis saya bercerita dulu nak.." ucap tejo kepada joko.. Joko pun hanya tersenyum karna memghormati ayahnya.
"jadi waktu itu. Faisal mertua kamu itu pernah menemukan tubuh si palasik itu.. Iya bu asih sih nenek tua itu.. Umurnya memang terlihay masih 50an tapi
Dia lebih tua dari saya hampir 100 tahun umur dia itu. Alasan kenapa dia selalu awet muda.. Ya itulah salah satu kelebihan ilmu hitam yang di anutnya itu. Ingat hanya salah satu." ucap tejo
Mereka bertiga hanya diam namun memperhatikan ucapan tejo.
"lalu di saat faisal menumukannya. Faisal menunggunya hampir sehari semalam dia menunggu dan pada akhirnya kepalanya kembali. Sebelum itu faisal pun bersembunyi. Ketika bu asih itu ingin pergi, faisal pun menghampirinya. Saya tidak begitu jelas menerawang. Yang jelas saya hanya
Mendengar jika mereka membuat kesepakatan. Faisal tidak akan membongkar kedok bu asih dengan syarat apapun yang di minta faisal dalam hal harta di kabulkan. Lalu bu asih mengiyakan tapi dengan resiko jika sampai ada orang tau. Maka nyawa dia akan jadi taruhannya."
"jadi.. Terbunuhnya mereka ada kaitanya dengan saya ya pak" ucap joko dengan sedikit menyesali pristiwa dulu.

"hmm. Bapak sudah pernah mengatakan.. Jangan terlalu mencampuri urusan orang lain. Karna kebanyakan dampaknya itu bisa lari kekita sendiri. Namun bapal juga tidak tau
Bisa jadi seperti ini." ucap tejo yang mulai menghidupkan rokoknya lagi.

"di waktu peristiwa itu. Faisal berharap jika bu asih benar-benar di bakar warga. Agar dia merasa aman . Namun siapa sangka. Bu asih berhasil lolos. Apa lagi dengan membawa cucunya yang keturun ke 7 itu."
Joko pun sedikit gemetar.. Dia mengingat kembali kejadian waktu itu.
Lalu tejo beralih kepada kedua remaja itu.
"suatu saat nanti jika kalian menemukan tubuh palasik. Cepat kasih tau mbah ya." ucap tejo tersenyum sambil mengusap kepala mereka yang duduk di lantai.
Joni dan iyan pun hanya mengangguk.
"mbah tejo" nama itu menjadi membekas di pikiran mereka berdua.

"sudah la nak. Tenangkan dirimu. Ayo kita tidur." ucap mbah tejo yang mengajak mereka semua masuk.
Pagi harinya mereka pun terbangun. Sebagian para warga terutama yang laki-laki pulang kerumah untuk siap-siap pergi ke sawah.
Tahlilan di rumah yola di adakan selama 7 hari jadi para warga yang wanita masih banyak yang tinggal di rumah yola.

Sore harinya ibu joko tepatnya istri
Tejo sampai di desa yang datang dari pulau jawa. Berbeda dengan tejo dengan jarak tempuh yang hanya sebentar karna yang di gunakan tejo waktu itu transportasi ghaib.
Ketika istri tejo datang Yola menyambutnya dengan sangat ramah.

Lalu mal harinya acara di gelar seperti
Biasa. Hingga sampai ke hari ketujuh acara berjalan lancar seperti biasa-biasanya.
Semakin lama, kandungan yola semakin dekat. Tejo pun semakin waspada. Untuk beberapa malam menjelang yola melahirkan, tejo jarang tidur.
Lalu hari yang di tunggu pun telah tiba. Malam itu sekitar jam 11 malam. Yola mendadak sakit perut. Istri tejo pun paham jika yola ingin melahirkan lantas langsung berteriak memanggil anaknya.
"nakk.. Nak jokoo... Cepat.. Panggil bidan yola mau melahirkan.".
Joko pun beranjak dari tempatnya duduk. Lalu langsung berlari dengan membawa lampu petromax. Menembus gelapnya malam.
Hembusan angin terasa sangat dingin malam itu. Joko pun terus berlari. "kenapa sangat dingin.. Apakah akan turun hujan" gumam joko di dalam hati.
Dan benar saja. Tak lama hujan pun turun. Cukup lebat beserta kilat yang sesekali menyambar tanpa suara.
Hingga joko pun sampai dirumah sang bidan meskin dalam keadaan basah kuyup.
*tok tok tok..*
"assalamuallaikum mbah.. Mbah.." ucap joko memanggil bidan itu.
Tak lama bidan itu pun keluar.
"ada apa?"
"ii istrinya saya mbah. Mau melahirkan". Ucap joko tebata-bata.
"tunggu sebentar saya ambil payung." ucap bidan itu dan langsung masuk kedalam rumah.
Joko pun menunggu di depan rumah itu cukup lama. Dia menerawamg di gelap malam
Dia melihat sepasang mata kuning. Di lihat dari posturnya seperti harimau dengan prawakan lebih besad dari biasanya.
Joko mengenalinya, itu salah satu penjaga pintu rumahnya sewaktu di jawa. Dia ingat jika tejo ayahnya mrngatakan jika harimau itu datang sendiri dan ingin mengabdi
Tejo terima-terima aja selama tidak berkelahi dengan para penjaga yang memang dari dulu di pelihara tejo.
"terima kasih pak. Telah mengirimkan penjaga" gumam joko di dalam hati. Kemudian bidan itu pun keluar dan mereka pun pergi menuju rumah yola.
Sesekali joko melihat kebelakang. Dilihatnya harimau itu masih mengikutinya. Hingga hampir setengah jalan. Di telinga joko memdengar erangan harimau. Ketika melihat kebelakang. Harimau itu sudah tidak mengikutinya. Terdengar samar joko seperti memdengar. "cepat.. Pulang kerumah."
Joko pun lantas mulai berlari dengan menarik tangan bidan itu.
"cepat mbah.. Istri saya sudah mau melahirkan." ucap joko yang langsung berlari.

Akhirnya mereka pun sampai. Mbah bidan pun langsung masuk kamar dan membantu persalinan yola.
Joko mencari-cari tejo ternyata tejo
Berada di kamar bekas mertuanya dulu. Dengan kondisi bersila lalu matanya terpejam.
Joko pun menghampirinya.
Seketika mata tejo terbuka.
"dia terlalu kuat. Khodamku kalah satu." ucap tejo dengan nada yang sedikit lemah.
"terus gimana inu pak" ucap joko yang sedikit ketakutan.

Tejo pun tertawa dengan angkuh lalu mengatakan.
"kamu tenang saja nak.. Dia tidak akan bisa masuk ke sekitaran rumah ini. Bapak sudah mempagari rumah ini dengan penjaga 4 penjuru. Timur, barat, selatan, utara." ucap
Sambil mengusap darah di mulutnya.
Sedari tadi berada di dalam kamar. Ternyata tejo memanggil khodam-khodam yang ia pelihara untuk menjaga rumah yola. Dia tidak mau kehilangan cucunya tejo begitu meyakini jika cucunya akan meneruskan ilmunya.
Meskipun tejo punya anak, tapi dia tidak mau mewariskannya karna tejo tau, joko tidak dapat mengontrol emosi dengan baik. Tejo tidak ingin jika joko mendalami ilmu yang akan di wariskan membuat joko terlalu terobsesi sehingga bisa membuatnya menjadi gila.
"baiklah kalo begitu pak. Jika bapak telah selesai dengan urusan bapak. saya kekamar yola dulu" ucap joko yang langsung melangkah keluar kamar.

Tak lama terdengar suara rengekan bayi.
Joko pun bergegas masuk kekamar yola. Dilihatnya yola telah berhasil melahirkan. Sang bidan pun
Langsung memotong tali pusar dan membersihkan bayi itu.
*ooeekk.. Ooekk* tangis bayi itu. Joko pun segera mengendongnya dan memperlihatkannya kepada yola.
"lihat anak kita mi.. Bukankah manis" ucap joko kepada yola.
Yola pun tersenyum menahan sakit karena habis melahirkan.
Ibu joko pun ikut bahagia.
Ketika bidan ingin keluar mengubur ari-ari bayi, tejo menahannya.
"sini bik.. Biar saya aja yang menguburkannya." ucap tejo meminta ari-ari yang telah di masukan kedalam plastik itu.

"iyaa tuan."

Tejo pun memangil joko untuk membantunya.
Mereka pun keluar. Joko mengambil cangkulnya.
"mau di tanam dimana pak.?"
"di bawah kolong rumah aja"
Ucap tejo sambil melangkah membawa payung serta lampu petromax.
"ikuti aku"
Joko pun hanya mengiyakan perkataan tejo.
Rumah yola memiliki tiang yang tinggi karna untuk
Menaiki rumah itu terdapat tangga yang tingginya hampir satu sentengah meter. Seperti rumah-rumah orang desa.
Tejo sengaja menguburnya di bawah kolong rumah agar ari-arinya tetap selamat dan tidak di makan palasik itu.
Sesudahnya mengubur itu, mereka berdua pun naik kerumah lagi
Lalu tejo masuk kekamar melihat kekamar yola. Dilihatnya bayi itu telah di masukan istri tejo kedalam ayunan goyang yang telah di beli joko dan yola tempo lalu.
"iki anake lanang pak" ucap istri tejo.
Tejo pun melihat bayi itu masih terpejam. Sangat manis dengan alis yang
Menyambung satu sama lain. Mimiliki tahi lalat di bawah bibir.
Melihat cucunya itu hati tejo merasa tenang.
"kamu kasih nama apa anak kamu nak?" ucap tejo memandang joko dan yola.
Joko pun terdiam dan mulai memandang yola.
"kalo bapak mau kasih nama silahkan saja pak." ucap
Yola yang tersenyum.
Tejo pun berpaling lalu tersenyum memandang langit-langit.
"ada satu nama yang sedari dulu bapak simpan jika kelak memiliki cucu." ucap tejo memandang keduanya lagi.
Kemudian tejo menyebutkan.
"PANJI PRAMANA"
Joko dan yola pun tersenyum seolah menyukai nama itu.
Mereka pun setuju jika anak itu bernama Panji pramana.

Malam itu sang bidan tidur dirumah mereka mengingat hujan tak kunjung reda.
Lalu keesokan paginya cuaca begitu cerah. Sang bidan pun pulang kerumahnya.
Kabar tentang
Kelahiran putra pertama joko pun cepat tersebar.
Joko dan yola menjadi salah satu orang terpandang di kampung berkat mendiang ayah yola dulu.
Para warga pun banyak yang menjenguk yola untuk melihat anak mereka.
Sebagian ibu-ibu sangat gemas ketika melihat bayi mereka.
Hari pun berganti demi hari bulan demi bulan. Joko pun mulai melakukan aktifitas seperti biasanya. Tejo dan istrinya masih tetap tinggal di rumah yola.
Hingga suatu ketika, ketika joko ingin berangkat pergi kesawah. Dilihatnya rumah bekas bu asih tinggal telah ramai orang-orang
Menggunakan pakaian tukang lengkap beserta helm kuning. Joko hanya melihat dari kejauhan.
"ternyata benar.. Tanah itu akan di bangun sekolahan." ucap joko yang melihat dari kejauhan.
Mobil derex kecil pun mulai menghantam rumah itu. Dan perlahan-lahan hancur.
Joko melihat ada sebagian dari warga sekitar yang bekerja sebagai tukang bangunan di situ.
Joko pun melewati tempat itu dengan kepala yang masih memandang puing-puing bekas bangunan.
"ehh mas joko. Mau kesawah ya." ucao salah satu tukang disitu yang ternyata orang kampung itu.
"hhe iya mas.. Mas kenapa tidak kesawah.?"
"ohh iya ini.. Kami di panggil pak RT. Katanya arsitek bangunan sekolah ini butuh sedikit tenaga. Jadi saya dan 20 orang pemuda disini ikut. Lumayanlah mas gajihnya." ucap warga itu.
Lalu kemudian joko pun pamit untuk segera pergi
Ke sawah.
Joko pun melalukan tugas seperti biasa di lakukannya.

Lama waktu berlalu, sudah mulai terlihat pasak-pasak bangunan sekolah itu.
Cukup lumayan besar untuk sekolah yang berada di pedesaan. Meski terbuat dari kayu.

Desa pun mulai terasa aman dan tidak ada gangguan
Lagi. Begitu pula dengan rumah yola. Anaknya yang semakin hari semakin tumbuh kini telah mulai bisa merangkak.
Tejo dan istrinya pun memutuskan untuk pulang ke jawa. Mengingat kondisinya disini sudah membaik.
"nak. Bapak mau pulang ke jawa. Kamu sama istri kamu ikut gak?" ucap
Tejo menawarkan kepada mereka berdua.
Sekejap joko terdiam.
"gimana?"
"saya tetap disini aja pak. Kalo pun saya pulang ke jawa. Siapa yang mengurus sawah disini pak. Lagian juga disini kami cukup terpandang pak" ucap joko kepada tejo.
Tejo pun tidak bisa memaksa anaknya itu.
"baiklah kalo begitu nak. Bapak juga tidak bisa memaksa. Mungkin besok baru bapak brangkat. Dan satu hal lagi. tolong kami jagakan panji selagi bapak tidak ada disini." ucap tejo kepada joko dengan tatapan serius.
"sudah pasti saya jaga pak" ucap joko sambil mengendong panji.
Keesokan paginya tejo pun brangkat ke kota untuk pulang ke jawa.
Sebelum pulang tejo mengkalungkan sesuatu kepada panji. Sesuatu yang terbungkus kain hitam yang sangat rapi berbentuk segi empat.
"bapak pulang dulu. Oh iya nak yola. Yang kemarin bapak kasih. Jangan sampai hilang"
Ucap tejo.
Yola pun mengangguk dan menyalami tangan tejo beserta istrinya begitu pula dengan joko.
Dan joko ikut mengantarkan tejo sampai ke pelabuhan menggunakan mobil angkot yang di temui di jalanan yang cukup besar.
Di lain waktu.
Terlihat seorang wanita separuh baya dengan pakain sederhana membawa tas yang terbuat dari jarik yang diikat menghampiri sebuah rumah mewah yang berada di sekitaran kota.
Wanita itu masuk gerbang yang tidak terkunci. Lalu mengetuk pintu rumah tersebut.
"Assalamuallaikum.. Permisi.."
Ucap wanita itu.
Tak lama, keluar seorang wanita yang cukup muda keluar dengan mengendong anak yang berumur sekitaran 2 tahun.
"walaikumsallam. Mau cari apa ya buk" ucap wanita muda itu.
"saya mau mencari pekerjaan non. Boleh saya bekerja disini"
Ucap wanita tua itu.
"hmm.. Oh iya kebetulan saya tidak punya asisten rumah tangga, ibuk mau?" ucap wanita muda itu.

"iya-iya non saya mau."
"nama ibuk siapa"
"nama saya asih"
"yaudah kalo gitu ibuk udah bisa bekerja disini. Saya panggil mbok asih aja ya. Nama saya nirmala" ucap
Wanita muda itu dan langsung mempersilahkan asih masuk.
Asih pun melihat-lihat seisi rumah itu.
"ini kamar untuk si mbok ya" ucap nirmala sambil menunjuk kamar yang tidak terlalu besar.
Asih pun memperhatikan anak yang sedari tadi di gendong nirmala.
"iya iya non.. Anaknya cantik ya non siapa namanya.?" ucap asih yang berpura-pura tidak tahu.
Nirmala pun tersenyum.
"hehe ini Dhatu mbok.." ucap nirmala meperkenalkan anak yang di gendongnya itu.
Asih pun mencoba mengendongnya. Dan anak itu mau.
Rasa sedih bercampur bahagia.
Itulah yang asih rasakan. " kamu sudah mulai tumbuh cucuku." ucap asih di dalam hati.
"anaknya cantik ya non. Sama seperti ibunya." ucap asih.
Nirmala hanya tersenyum.
Kemudian asih pun mengembalikan anak itu ke pelukan nirmala.
Ketika ingin di lepas asih, anak itu sedikit
Menangis seolah dia merasa nyaman ketika asih mengendongnya.

Nirmala pun menjelaskan pekerjaan-pekerjaan asih di rumah. Mulai dari menyediakan makan menyapu mengepel lantai dan sebagainya. Meski prawakan asih sedikit menyeramkan namun terlihat biasa saja di mata nirmala karna
Cara berpakaian asih yang memang trlihat seperti orang tua pada umumnya.
Asih pun mengangguk mengerti meskipun maksud dari kedatangan asih ialah untuk memantau cucunya itu sampai di umur 7 tahun agar bisa mencari makan sendiri. Maksud dari mencari makan sendiri ialah mencari
Dan memangsa bayi pada umumnya palasik. Jadi menjelang itu semua. Asih lah yang harus memberi makan dan mencarikannya bayi untuk di makan dan di berikannya perlahan kepada dhatu yang digadang-gadang bakal jadi ratu palasik tersebut.

Hingga siang hari rahman suami nirmala pun
Pulang dari kantornya.
Rahman terkejut ketika melihat seorang nenek menyapu halaman rumahnya.
Dia pun turun dari mobil dan menegur nenek itu.
"ibuk.. Kenapa nyapu halaman rumah saya buk." ucap rahman yang merasa heran.
Tiba-tiba nirmala datang.
"dia pembantu kita mas" ucap
Nirmala kepada rahman.
Asih pun mendekat dan menyalami tangan rahman.
"nama saya asih tuan" ucapnya
"iya iya mbok. Lanjut aja kerjanya." ucap joko yang langsung masik kerumah dan memanggil nirmala untuk berbicara di kamar.
Asih pun melanjutkan pekerjaannya.
Aduh maaf typo. Maklum ngantuk langsung ketiduran 😞
"mama yakin mau mau jadiin mbok asih pembantu?" ucap rahman yang berkata sangat pelan agar tidak di dengar dari luar.
Pintu kamar pun sengaja di kunci.
"ya memangnya kenapa pa. Kasian mbok asih gak punya tempat tinggal. Lagian kan mama juga lelah kalo melakukan pekerjaan rumah
Sendirian." ucap nirmala dengan sedikit menghela nafas.
"ya bukannya gitu ma. Kalo mama butuh asisten rumah tangga papa bisa carikan berapa banyak mama mau. Tapi kalo mbok asih. Papa seperti menaruh rasa curiga dengan prawakannya yang begitu." ucap rahman sambil mengkerutkan
Dahinya. Matanya masih saja terus mengawasi pintu.
"hanya perasaan papa kok. Yakin sama mama jika ini akan baik-baik saja" ucap nirmala yang tersenyum kemudian mereka berpelukan dengan dhatu di tengahnya yang ikut di peluk.
Dari luar pintu rumah asih yang tengah menyapu
Tersenyum menyeringai.
"ha ha hahaha." tawa asih di dalam hatinya.

Hari pun berganti demi hari.
Dhatu kini mulai tumbuh dewasa.kini dhatu sudah jarang minum air susu nirmala. Namun dhatu lebih suka makan bubur buatan asih.
Disisi lain, panji selaku anak joko dan yola juga sudah mulai tumbuh dewasa. Kini ia sudah mulai bisa berjalan meski langkahnya masih tertatih.
Hingga suatu hari Yola yang tengah sibuk memasak untuk bekal makanan joko pergi kesawah tiba-tiba perut yola merasa mual-mual hingga dia
Sering meninggalkan masakan dak pergi ke kamar mandi.
" kenapa ya perutku ini.. Kok mual gini" gumam yola di dalam hati. Ketika dia kembali kedapur, masakan yang tdi untuk bekal joko pun sedikit gosong.
"yahh gosong.. Abi pasti gak mau makan ini" ucap yola dengan wajah masam.
Joko pun kedapur untuk mengambil bekalnya. Di lihatnya yola tengah menatap masakannya dengan wajah cemberut.
"kenapa mi.? Bekal abi udah apa belum?" ucap joko sambil melihat wajan sambal ikan teri dan jengkol dengan sambal yang tidak lagi berwarna merah melainkan
Sedikit kehitaman.
"maaf ya abi.. Masakannya sedikit gosong. Tadi umi tinggalin kekamar mandi. Perut umi beberapa hari ini sering mual bi." ucap yola dengan nada manja yang wajahnya cemberut.
Bukannya marah joko malah terlihat senang.
"hehe yaudah mi. Gak papa masukannya aja
Masakan itu kedalam bekalnya abi. Pasti abi makan kok."

"beneran nih bi?"

Joko hanya mengangguk dengan bibir yang masih tersenyum.
Kemudian setelah bekal di masukan, joko pun pamit dengan yola untuk pergi ke sawah. Tak lupa dia pamitan kepada panji yang berada di
Kursi dorong yang biasa untuk tempat bermain anak berusia 2 tahun lebih itu.
"abi pergi dulu ya nak.. Oh iya sebentar lagi kamu bakal punya adik" ucap sambil mencium keningnya panji dan menatap yola dengan senyuman.
Joko pun berlalu pergi dan menuju ke sawah.
Yola pun terdiam cukup lama.
"apa benar aku hamil lagi" gumamnya di dalam hati. Namun untuk memastikan itu semua dia harus pergi kerumah bidan yang waktu itu membantunya melahirkan panji.
Setelah semua pekerjaan rumah telah selesai di lakukan barulah yola pergi kerumah bidan itu
"selamat nak. Kamu hamil dan usia kandunganmu sudah 2 bulan"

"Ha.. Jadi benar hamil lagi nyai?"

Bidan itu hanya mengangguk mengiyakan perkataan yola.
Yola pun tersenyum menandakan jika dia bahagia.
"nak.. Tunggu adikmu ya" bisik yola kepada panji sambil tersenyum.
Kemudian yola pun pamit pulang kepada bidan dan tak lupa yola mengucapkan terima kasih.

Sekolah yang sedari dulu di bangun kini sudah mulai terlihat bangunannya hanya tinggal menambah sedikit-sedikit sebelum sekolah mulai beroperasi.
Para warga yang menaruh harap
Pada sekolah itu berharap jika biaya sekolah akan di gratiskan. Agar anak-anak di desa bisa bersekolah tanpa menambah beban pikiran orang tua.

Setiba joko pulang dari sawah, joko pun melewati bangunan sekolah itu. Namun kini dia tidak lagi melihat para warga yang berkerja untuk
Pembangunan sekolah itu. Dia hanya melihat sisa para pekerja luar yang ahli.
Joko pun mendekat mencoba bertanya kepada salah satu dari mereka.
"mas-mas.. Bangunannya ini udah selesai di bangun?" tanya joko kepada salah satu pekerja.
Mendengar logat-logat seperti oranf jawa lantas
Pekerja tadi menjawab pertanyaan joko.
"ohh iya mas. Kemungkin satu bulan lagi bangunan ini udah selesai di bangun kok. Hanya saja belum tau kapan mulai di gunakan.
Ngomong-ngomong. Mas orang jawa ya?" tanya pekerja itu kepada joko.
"ohh iya mas. Saya orang jawa. Tinggal disini
Ikut istri mas." ucap joko.
Kemudian mereka pun saling bercerita satu sama lain. Karena mereka dari pulau yang sama.

Lama berbincang, joko pun pamit pulang mengingat istrinya yang pasti akan khawatir jika dia pulang dari jam biasanya.
Sesampainya di rumah, yola tengah asik
Bermain bersama panji di ruang tamu. Perlengkapan sawah joko pun di bersihkannya kemudian dia naik kerumah.
"assalamuallaikum" ucap joko sambil melangkah masuk.
"wallaikumsallam.. Abi udah pulang.. Abi udah pulang.." ucap yola sambil menimang panji.
Mereka pun bercengkrama
Seperti keluarga bahagia pada umumnya.
Malam harinya setelah selesai sholat isya. Joko dan yola pun berbaring di kamar. Dengan panji berada di tengah-tengah.
"abi. Umi mengandung lagi" ucap yola sambil memandang langit-langit.
"allahamdulillah mi. Kita di berikan rezeki lagi sama
Allah" ucap joko sambil mengusap perut yola.
"perasaan umi bercampur bahagia dan takut bi.. Bahagianya umi bisa memiliki anak lagi dan takutnya jika mahkluk itu kembali." ucap yola yang masih memandang langit-langit.
Joko pun sejenak terdiam.
"Nanti jika usia kandungan umi
Sudah 8 bulan abi akan hubungan ayah untuk tinggal disini lagi mi" ucap joko menenangkan yola.
Yola pun hanya mengangguk dan malam itu mereka pun tidur.

Tanpa terasa, tiga bulan berlalu. Bangunan yang ingin di jadikan sekolah itu pun telah selesai. Namun belum ada peresmian
Dari pihak yang bersangkutan.
Hingga bangunan yang baru di bangun itu pun untuk sementara tidak terpakai.
Terlihat dua remaja yang berada di sekitaran bangunan itu tengah mencari dan mengumpulkan kayu bekas-bekas pembangunan tersebut. Hampir setiap hari mereka mencari meski yang
Yang di bawa hanya sedikit namun itu rutin mereka lakukan setiap pagi.

Kandungan yola kini mulai membesar usia kandungannya satu minggu lagi telah masuk 8 bulan.
Pagi itu joko pun pergi ke kota untuk menghubungi ayahnya agar bisa datang ke rumahnya karna istrinya kini mau
Melahirkan lagi.
"pak.. Bapak bisa kesini besok atau lusa?"
"bapak lagi banyak urusan disini nak. Memangnya ada apa?" ucap tejo yang bebicara di dalam telpon.

"istrinya saya mau melahirkan pak kandungannya udah hampir 8 bulan."
"bapak usahakan minggu depan bapak brangkat. Bilang
Saja sama istrimu apa yang bapak ttipkan kemarin kalo keluar rumah atau pergi jangan di tinggal. Tetep di bawa terus." ucap tejo. Kemudian telpon pun mati.
Joko pun pulang kerumah lalu menemui istrinya. Dilihatnya istrinya tengah melamun dalam keadaan berbaring namun matanya
Tidak terpejam. Joko pun mendekati yola.
"umi.. Umi kenapa?" tanya joko kepada yola.
Lantas suara joko menyadarkan yola dari lamunannya.
"ehh abi.. Udah pulang. Gimana apa kata bapak bi?"

"bapak lagi banyak urusan mungkin minggu depan baru bisa kesini mi" ucap joko.
Yola pun kembali terdiam. Tingkah yola terasa begitu aneh.
"umi kenapa.. Ada masalah?" tanya joko.
"enggak kok bi. Entah kenapa prasaan umi tidak enak saja bi." ucap yola dengan nada yang pasrah.
Joko pun menasehatinya agak tidak memikirkan macam-macam karna yola sedang
Mengandung anak keduanya.
Yola pun hanya mengangguk.

Malam harinya seperti biasa setelah sholat isya mereka sudah berada di kamar untuk bersiap tidur.
Entah kenapa malam itu yola begitu terasa lelah dan ingin segera tidur. Bahkan yang memasangkan popok panji di saat mau tidur
Itu di lakukan oleh joko. Karna yola mengeluh sangat lelah dan ingin segera tidur.
Tak lama,
Yola pun terlelap dalam tidurnya.

"yola.. Nakk.. Kesini nak.."
Yola mendengar sayup sayup suara yang dia kenalinya. Itulah ayah ibu mereka. Yola pun mencari sumbef suara itu
Namun dia tidak menemukannya.
"ibu.. Bapak.. Kalian dimana.." ucap yola sambil berteriak menatap sekitar yang terlihat sangat gelap..

"maafkan bapak nak.. Maafkan bapak.." suara itu terus berulang dan yola masih saja menatap sekitar mencari sumber suara.
"iya.. Aku mamaafkan bapak meski aku tidak tau apa kesalahan bapak. Kembali lah pak.. Lihat disini bapak sudah memiliki cucu" teriak yola.
Seketika bayangan hitam datang ingin menghampirinya dan membuat yola terkejut lalu terbangun.
"hah.. Ternyata cuman mimpi." ucap yola sambil mengusap perutnya.
Dilihatnya jam dinding menunjukan pukul 11 malam.
Entah kenapa perut yola terasa sakit seperti ingin buang air besar. Awalnya yola berniat membangunkan joko untuk menemaninya namun melihat joko yang tertidur pulas
Yola tidak sampai hati. Akhirnya dia pun pergi sendirian.
Toiletnya berada sekitar satu meter dari rumah dan pembuangannya langsung mengarah ke sungai.
Dengan membawa lampu petromax dan ember yang kosong yola pun keluar rumah. Satu hal yang dia lupa, dia lupa membawa apa yang
Di berikan tejo padanya jika dia keluar rumah sendirian. Entah karena lupa atau memang tdak tahan lagi menahan sakitnya perut. Dia pun lupa membawa bambu kuning yang di berikan tejo padanya dulu.
Setelah menimba air yola pun masuk kedalam toilet itu. Kiri kanan toilet hanya
Tertutup atap dan kaim jarik sebagai pintu penutupnya yang tingginya hanya setengah orang dewasa dan tidak memiliki atap. Ketika yola menjalankan hajatnya tiba-tiba lehernya terasa merinding..
Seketika....

"uhhh huu huu huuuu" tangisan panji yang membangunkan joko.
Joko pun terbangun dan langsung menepuk-nepuk bokong panji agar tidur lagi.. Dilihatnya jam pukul 3 subuh.
"um.. mi ana bi.." ucap panji dengan bahasa anak-anaknya itu.

Melihat yola tidak ada di sebelah panji. Joko mengira jika yola sedang sholat tahajud.
"umi lagi sholat nak.. Nanti umi juga datang.. Kamu tidur lagi ya." ucap joko menenangkan panji.
Dengan masih menepuk bokong panji. Panji pun kembali tertidur. Namun joko belum juga tidur Hingga waktu subuh tiba, Yola belum juga kembali. Joko tidak ingin membangunkan panji dan
Tidak mau meninggalkan panji sendirian di kamar. Hingga waktu subuh pun selesai yola belum juga datang ke kamar.
Tepat jam 5 joko pun membangunkan panji. Dia membawanya ke ruang tamu. Lalu panji pun melaksanakan sholat subuhnya di ruang tamu dengan panji yang berada di
Sebelahnya dengan keadaan ngantuk.
Tak lama terdengar suara wanita menjerit. Di belakang pintu rumahnya.
"aaaaa tolongggg"
Setelah joko menyelesaikan sholatnya joko pun mengendong panji dan membawanya ke belakang. Orang-orang pun mulai ramai datang menuju kebelakang tepatnya
Di toilet yang biasa warga gunakan untuk menumpang buang air.

"ada apaa.. Ada apa ini" ucap joko yang datang. Para warga pun mulai ramai. Lalu, pak RT menahan joko untuk mendekat.
"jangan mas.. Jangan mendekat" ucap pak RT dengan tangannya menahan joko.
"Awas.. Minggir pak.. Saya tetap mau lihat" ucap joko dengan nada menaik.
Firasat joko mulai tidak enak.
Ketika joko mendekat, dilihatnya di balik kain jurik itu. Terlihat yola tengah terkapar dengan kondisi (maaf) kelamin berlumuran darah.
Perutnya yang mengandung kini sudah
Sudah tidak ada..
Joko pun terkulai lemas tangisnya pun tanpa suara. Air mata berjatuhan untuk mengendong panji saja tangannya sudah tidak kuat. Para warga yang melihat tidak sedikit tangisnya juga pecah. Panji pun menangis karna melihat sang ayah yang begitu tak berdaya.
Pak RT pun mendekat lalu mengendong panji.
"sudah.. Sudah.. Ayo para warga tolong di bantu untuk mengurus ini." ucap pak RT.
"mas.. Mas joko.. Ayo bangun mas.. Yang sabar mas.." ucap pak RT menenangkan joko. Namun joko masih saja terbaring di tanah dengan dengan tangis yang
Tidak bersuara itu.. Tangan nya mengcengkram tanah.. Lalu melemparnya ke langit-langit.
"nenek tua biadab.. Sungguh sungguh biadab.. Takkan.. Ku maafkan... TAKKAN KUMAAFKANNNN" teriak joko yang sangat kencang.

Pagi itu tejo yang minum kopi di depan rumah lantas. Tiba-tiba gelas
Kopi yang di minumnya itu retak.
Mata tejo menatap gelas itu..
"ada yang tidak beres" batin tejo.
Pagi itu tejo pun pergi ke rumah joko. Urusannya dengan orang lain itu pun di batalkannya dia pun pergi seorang diri dan pamitan dengan istrinya.
"loh kok dadakan to pak. Bukanya
Bapak masih ada urusan." tanya istrinya.
"prasaan bapak ndak enak buk. Bapak takut terjadi apa-apa sama panji" ucap tejo.
Biar bagaimanapun tejo selalu mengkhawatirkan cucu kesanyangannya itu.
Pagi itu tejo pun brangkat dengan jalur biasa.
Di rumah.
Joko masih saja menangis kepergian istrinya. Joko sudah tidak bisa mengendalikan diri. Dia masih merasa jika luka yang di hadapinya terlalu berat baginya. Dia masih tidak bisa terima kehilangan yola.
Mayat yola pun telah selesai si mandikan di kafani dan mulai di
Bacakan yasin oleh warga.. Warga yang datang pun sangat ramai. Dari mulut ke mulut. Bahwa kematian yola sangat di yakini warga di sebabkan oleh palasik. Meskipun sebagian warga mengatakan jika ini hukum karma terhadap joko.
Hingga siang hari. Mayat pun ingin di bawa warga untuk segera di sholatkan dan di kebumikan.
Ketika warga ingin mendekat memasukan mayat kedalam keranda. Joko mengamuk dan marah-marah. Tidak ada yang berani mencegah joko.
Hingga sampai ke sore hari, Tejo datang.
Benar saja firasat tejo. Dia sudah melihat bendera kuning terpapar di depan rumah joko.
"hmm siapa lagi yang jadi korban." batin tejo.
Tejo pun masuk kerumah warga pun menepi membiarkan tejo masuk. Dilihatnya joko tengah menangis dan berbicara sendirian seperti orang gila.
"sudah la nak.. Istrimu sudah pergi. Sudah.. Biarkan warga menguburnya" ucap tejo sambil menepuk pundak joko.

"tidakk.. Tidak.. Mungkin pak.. Yyolaaa masih hidup. Dan anak yang di kandungnya pun masih hidup.. Iiiyaa kan mi." ucap joko dengan gelagat tidak jelas sambil berbicara
Dengan mayat yola.

"hmm tolong ambilkan aku dua biji sahang." ucap tejo kepada sanak keluarga yola.
Kemudian dari dapur salah satu sanak keluarga pun datang dan membawakan sahangnya.
Tejo menyuruh 4 orang warga yang kuat untuk masuk kedalam rumah.
"pegang kaki tangannya" ucap
Tejo menunjuk joko.
Kemudian warga yang 4 tadi mulai memegangi joko. Joko pun mulai berontak.
"luruskan kakinya" ucap tejo.
Kemudian.. Tejo menekan biji sahang tadi tepat di jari kaki jempol joko. Joko pun mengelinjang berontak tak karuan. 4 orang tadi hampir kewalahan.
Lama tejo menekan lalu. Biji sahang itu pecah keduanya di jempol masing-masing kiri dan kanan. Joko pun terkulai lemas dan diam. Namun tangisnya masih saja meski pelan.
"Bawa dia kekamar dan ikat untuk sementara."ucap tejo memerintahkan orang tadi.
Setelah joko di bawa ke kamar
Tejo pun menyuruh pak RT untuk makam yola segera di kebumikan.
Pak rt pun menyanggupi dan makam yola pun segera di kebumikan.
Sore itu tejo ingin memberitahukan kepada istrinya mengenai hal ini.
Keesokan harinya tepat di sore hari istri tejo pun datang.
Tanpa berbicara apa-apa istri tejo langsung berlari kekamar menemui joko.
Di lihatnya joko terikat kedua kaki tangannya di atas ranjang menggunakan kain selimut yang di pilin.
Menetes air mata sang ibu melihat anaknya
Dalam kondisi seperti itu.
Ia pun mendekatinya lalu membelai rambutnya.
"nak.. Kamu kenapa..?" ucap ibu joko sementara isak tangis mulai terdengar.
"umm umii.. Umi pulang.. Abi sangat merindukan umii." gelagat joko yang sudah seperti orang gila.

Tangis ibu joko semakin pecah.
"sadar nak.. Sudah lah.. Iklaskan istrimu.. Sadar anakku.." ucap ibunya sambil memeluknya.

Joko hanya diam namun tingkahnya sudah seperti orang ling-lung.
Tak lama tejo pun masuk dengan panji. Panji yang sudah mulai bisa berjalan hanya di pimpin dengan tejo meski langkah
Panji sering terjatuh jika tidak di pimpin.
"sudah lah buk.. Biarkan joko dulu. Dia hanya perlu waktu" ucap tejo.

Lalu sang ibu pun keluar. Dia menuju kedapur dan mengambil makanan. Lalu kembali lagi ke dalam kamar.
Joko pun di beri makan dengan ibunya meski yang di makan joko
Hanya sedikit perlahan mulutnya terbuka namun tatapan matanya masih kosong.
Tejo pun keluar kamar dengan membawa panji.

...
"ayo nak ini makan dulu." ucap nirmala sambil memberikam sup kepada dhatu.
Namun dhatu tidak menghiraukanya dhatu malah asik memainkan mainnya.
Lama kelamaan nirmala terlihat jengkel karna dhatu masih juga tidak mau makan.
Lalu dari belakang terlihat bu asih membawakan semangkuk bubur.
"non.. Biar simbok saja yang memberi makan dhatu." ucap asih.

Dengan wajah yang masih jengkel nirmala pun mengangguk dan pergi.
Ketika asih menyuapinya dhatu dengan lahap memakan bubur tersebut.
Terlihat ada daging merah yang di lunakan tertutup oleh bubur. (Apa mungkin itu daging janin yola.?)

Hari demi hari dhatu yang lebih suka makan makanan yang di masak asih di banding nirmala. Membuat nirmala
Semakin jengkel. Nirmala pun mengajak rahman untuk pergi berlibur satu hari menenangkan pikirannya. Pikirannya terasa kacau melihat tingkah laku dhatu yang kini tidak lagi lengket padanya. Dia pum berniat mengajak dhatu liburan dan asih tinggal di rumah untuk satu hari.
"dhatu.. Mama sama papa besok mau pergi liburan. Kamu ikut yah." ucap nirmala memujuk dhatu.

"lalu simbok gimana ma" ucap dhatu dengan suara khas anak kecil itu.
"simbok tinggal di rumah. Kan mau jagain rumah." ucap nirmala.
"kalo gitu dhatu juga mau tinggal ma. Kasian simbok
Sendirian di rumah" ucap dhatu.

"kamu ini.. Coba sekali saja nurut sama mama.." bentak nirmala dengan mata melotot. Membuat dhatu menjadi takut. Lalu berlari ke kamar asih.
Dhatu pun memeluk asih. Dengan wajah memelas asih pun mengatakan.
"non.. Biarlah dhatu tinggak saya bisa menjaganya kok" ucap asih.

"iya iya udah.. Terserah simbok." ucao nirmala yang langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Keesokan harinya. Nirmala pun pergi bersama rahman untuk berlibur. Simbok pun menunggu di depan pagar. Dengan dhatu
Yang sibuk memainkan mainannya.
"hati-hati di jalan non.. Dan tuan.." ucap asih sambil melambaikan tangannya.
Tak lama mereka pergi.
Terlihat ekpresi wajah asih berubah.
"malam ini saatnya." ucap asih dengan senyum menyeringai sambil membelai rambut dhatu.
Malam harinya. Tepat di belakang rumah sekitar yang tak jauh dari rumah terlihat asih tengah menghidupkan obor. Di hadapannya dhatu tengah duduk di kursi dan di bawahnya terdapat kendi air yang berisi kembang 7 rupa.
Sambil merapal mantra. Asih memandikan dhatu dengan air di
Dalam kendi itu.
"dengan begini.. Mulai malam ini.. Kau aku angkat menjadi.. RATU PALASIK.. Mulailah mencari makan sendiri.. Dan balaskan dendam ibumu." ucap asih yang masih terus mengguyur dhatu dengan air kembang itu hingga habis..
...

"gimana kondisi joko buk.?" tanya tejo yang melihat istrinya baru keluar dari kamar joko.
"alhamdulillah sudah agak mendingan pak. Meski dia masih sering melamun"
"Tunggulah beberapa hari lagi buk. Nanti kita pulang ke jawa dengan joko dan panji sekali." ucap tejo.
Siang itu tejo duduk di teras rumah dengan kopi yang terhidang di meja.di merasa seperti akan ada orang yang mencarinya. Lantas dia pun duduk di teras rumah dengan rokok yang sudah beberapa kali dia hidupkan. Tak lama,
Terlihat dua anak remaja berlari menuju rumahnya.
Dengan tergesa. Remaja itu tanpa mengucap salam. Langsung mengatakan.
"mbah.. Tubuh palasik.. Aku menemukannya" ucap salah satu anak itu.
Dengan rokok yang masih terpuntung dan semprotan untuk memandikan burung yang biasa di gunakan joko untuk memandikan burung peliharaan di
Itu lantas langsung di letakan tejo dengan cepat.
Kemudian tejo berlari menuju kedalam rumah. Dia seperti mengambil kendi yang berisikan garam.
"ayo.. Cepat bawa mbah ketempatnya."ucap tejo.
Tejo mengenali dua remaja itu.. Mereka adalah joni dan iyan dan Mereka berdua yang berasal dari kampung sebelah yang datang sewaktu ada hajatan tahlilan almarhum faisal.
Kemudian tejo memprintahkan iyan untuk memberitahukan kepada
Pak RT untuk mengumpulkan warga sekitar. Kemudian iyan pun mengambil jalan arah yang berbeda.
Joni berlari sekuat tenaga menuju sekolahan yang di bangun bekas tanah rumah asih tersebut.
Kemudian joko menuju di bawah kolong sekolah yang tingginya hampir satu meter itu.
"di sana mbah.. Di dalam pondok itu." ucap joni sambil menunjuk rumah pondok itu.
Dengan cepat tejo langsung melangkah dan berlari menuju pondok itu. Dilihatnya memang benar jika tubuh dari asih itu berada disitu. Tanpa basa-basi. Tejo menumpahkan garam itu ke dalam lubang bekas
Lehernya terlepas itu. Terlihat garam itu mendidih seperti terkena air panas.
Kemudian teji pun keluar. Dan mengatakan kepada joni untuk bersembunyi.
Tak lama pak RT datang yang di ikuti para warga serta iyan.
"dimana.. Dimana mahkluk sial itu" ucap salah satu warga.
"diam.. Sekarang bersembunyilah.. Kita tunggu kepalanya kembali.. Siapkan tali." ucap tejo mengatakan kepada para warga.
Para warga pun bersembunyi di sekitaran tempat itu. Dan tejo lebih dekat dari pondok itu.

Hari pun hampir gelap. Namun tidak ada tanda-tanda kemunculan asih.
Cahaya pun sudah tidak terlihat. Apalagi di bawah kolong sekolah itu.
Tiba-tiba. Terdengar sesuatu menambrak pintu pondok.
Tejo berdetak. Dan yakin jika kepalanya telah kembali.
Terdengar suara erangan menahan sakit dari pondok.
Kemudian tejo pun berteriak.
"sekarangg.."
Para warga pun keluar dari persembunyian. Berlari menuju pondok terlihat di dalam asih tengah kesakitan dengan janin yang di pegangnya. Mulutnya penuh dengan darah.
"janin siapa lagi yang kau jadikan korban.. Biadab.." teriak warga. Kemudian tali di ikatkan di lehernya lantas
Asih pun di seret dengan keluar dari kolong sekolah itu. Para warga geli memegang janin yang terjatuh
Karna di lepas asih sewaktu warga menyeretnya. Lantas tejo menyuruh joni membuka bajunya dan meminta baju putih dalaman joni. Kemudian tejo membungkus janin itu.
"bakar.. Bakarr.. Bakarr saja." ucap warga yang mulai mencari bensin.
Di posisi itu.
Asih hanya tertawa.. Tertawa dengan suara sangat mengerikan.
Hingga ketika bensin telah menyirami sekujur tubuhnya dia mengatakan.
"wahahaha.. Tugasku sudah selesai. Kalian akan di teror
Olehnya setelah ini.. Lihat saja nanti.. Wahahaha.. RATU PALASIK TELAH BANG.."
belum sempat asih menuntaskan ucapannya. Api telah menyambar tubuhnya yang membuatnya berteriak begitu mengerikan.
Tejo hanya melihat itu dari jarak yang lebih berjauhan. Dia mencerna ucapan asih
Tersebut. Lantas setelah dia meminta bantuan salah satu warga untuk menguburkan janin tadi. Tejo pun pulang kerumah. Terlihat para warga masih ada sebagian untuk melihat kobaran api yang membakar asih tersebut.
Dengan tubuh yang berkeringat serta kotor. Tejo pun masuk kerumah
"dari mana pak?" ucap istri tejo yang melihat tejo dengan kondisi seperti itu.
Tanpa menjawab tejo pun langsung menuju kamar mandi. Untuk membersihkan tubuhnya. Lalu dia kembali menemui istrinya.
"Besok kita harus pulang ke jawa buk.. Kita bawa joko dan panji sekalian."
"lalu bagaimana dengan rumah ini?"

"titipkan kepada sanak keluarga yola yang berada disini sampai cucu kita siap."
Istri tejo pun terdiam. Apa yang di maksud oleh tejo dia tidak mengerti.
"maksud bapak bagaimana ini?"

"Panji akan meneruskan ilmuku. Dan dia harus belajar pancasona."

istri tejo pun terdiam kemudian tejo mengatakan.

"AKU HARUS MELATIHNYA UNTUK MELAWAN SANG RATU"
Selesai.~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Kang_Cerita(H)

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!