My Authors
Read all threads
"Bekas Pabrik Limun"

Semua orang hanya tau apa yang di hasilkannya
Namun tidak tau kisah apa yang ada di balik itu semua.

_based on true story_
@bacahorror #bacahorror
Mood baik itu susah datang.
Akan saya mulai di 100 rt 😁 ahh dikit kok
Tahun 2000an minuman pabrik ini sangat terkenal di kota kuala tungkal. Dengan khas rasa sarsaparilla yang sangat menyegarkan bila di campur dengan es.
Waktu itu banyak orang mengentahui tentang minuman itu. Namun sangat jarang orang mengetahui dimana letak pabrik pembuat minuman itu. Bisa di bilang jauh dari perkotaanya dan minumannya ini waktu itu telah banyak di pasarkan ke toko-toko besar di perkotaan.
Letaknya yang cukup memasuki pelosok dan melewati satu kampung kecil tepat di tepian sungai pengabuan.
Bahkan saya baru mengetahui pabrik ini ketika ada kasus remaja yang tenggelam di sungai pengabuan yang mana mayatnya itu di temukan di sekitaran pabrik itu.
Kondisi mayat waktu itu sangatlah mengenaskan. Karna dalam kurun waktu 4 hari mayat baru di temukan dalam kondisi yang hanya tinggal kerangka. Dan daging yang tersisa hanya di bagian celana yang masih di kenakannya waktu itu.
Kabar yang beredar. Remaja itu tenggelam karena mandi di sungai ketika air pasang sedang naik. Lalu terseret hingga 4 hari lamanya. Tim sar serta tim gabungan lainnya waktu itu berusaha sebisa mungkin hingga kejadian ini langsung di tanggapi oleh bapak bupati waktu itu.
Namun tetap saja tidak membuahkan hasil. Masih ingat dengan mas afdal di thread bangsa bunian.?
Karna beliau lah akhirnya mayat itu di temukan. Beliau mengatakan jika para masyarakat harus sesekali berjalan kehulu karna pemandangnya disana sangat indah.
Kebetulan pabrik limun ini termasuk bagian dari daerah hulu.
Dan benar saja disanalah mayat itu di temukan mengambang tersangkut pepohon nipah yang berdekatan dengan pabrik itu.
Itu hanyalah sepenggal kisah yang berkaitan dengan pabrik itu.

Sebuah pabrik yang tidak begitu besar dan tempatnya yang berdekatan dengan sungai menjadi salah satu spot memancing yang sangat strategis. Angin sepoi yang adem membuat para pemancing begitu betah ketika
Memancing disana.
Namun masyrakat yang tak jauh tinggal di pabrik itu melarang keras para pemancing ketika mancing di malam hari.
Bahkan ada tanda peringatan ketika memasuki gerbang pabrik itu.
"Kalo cuma nak manceng laju lah.. Dak ngelarang..
Tapi bilo jam limo tu balek lah lagi. Jugo jangan ngusek punyo wong. Gek uwongnyo marah lajulah kamu sawanan." (Kalau cuman mau mancing silahkan. Tapi bila sudah jam 5 sore lebih baik pulang juga jangan mengganggu punya orang.
Nanti orangnya marah kalian bisa trauma)
Begitulah ucapan salah satu warga yang tinggal di dekat pabrik itu.
Bahkan beliau pernah mengatakan jika malam hari suara dari mesin pabrik itu bisa terdengar.
Seperti sedang membuat limun. Namun karna tidak berani mengecek di malam hari. suara itu hanya di dengarkan. Lalu siang harinya dia mengecek bersama beberapa warga. Tidak menemukan apa-apa yang mencurigakan di pabrik itu. Bahkan sudah terlihat alat dari pabrik itu
Sudah berkarat. Dan botol pecah diamana-mana. Tak lupa tempelan merek limun rasa sarsaparila yang berserkan di bagian produksi pabrik.
...

Minggu lalu, saya bertemu dengan salah satu narasumber yang pernah mengalami kejadian aneh ketika beliau memancing di pabrik itu.

Kami bertemu ketika saya malam harinya selepas pulang kerja pergi memancing di jembatan wfc.
Awal kenal cuman gara-gara saya meminjam tang untuk mematahkan sengat ikan sembilang. Lalu kami menjadi saling berbagi cerita dan pengalaman.
Umurnya kelihatan lebih tua dari saya.

"kalau mau dapat banyak ikan. itu disana. Dekat pabrik limun. Tapi mancingnya dari pagi. Karna malam udah gak boleh." ucap abang itu.

"loh bang, kenapa? Emang ada alasan tertentu ya?" tanyaku waktu itu yang penasran.
Abang tadi pun sedikit lama terdiam. Dia mengulung-gulung rol pancingnya pelan.

"aku mengalaminya sendiri dan aku melihatnya.."

"hahh.."

"Semua berawal dari sore minggu waktu itu"

...
Di depan teras rumah,
Terlihat seorang lelaki sekitar umur 30an sedang duduk di lantai.
Alat-alat pancing berserakan dimana-mana. Tali nilon yang terpotong-potong serta batu timah berserakan.
Sebut saja nama lelaki itu wawan. Seorang duda anak satu yang di tinggal istrinya.
Anaknya dibawa oleh sang istri yang lari ke jakarta karna terbuai hidup mewah yang di tawarkan seseorang. Sampai saat ini wawan tidak tertarik lagi untuk mempunyai istri. Dia lebih memilih menghabiskan waktu untuk hobinya yaitu memancing untuk melepas lelah ketika libur bekerja.
Tak lama. Datang seorang pemuda yang umurnya lebih muda dari wawan.

"bang sibuk ya?" ucap pemuda tadi.

Wawan diam lalu menoleh kebelakang. Dia masih memandang pemuda tadi.

"ohh iya lupa..
Assalamualaikum bang"

"haa walaikumsallam jon.. Nahh ado la.. Kato ke batam."
Ucap wawan dengan sedikit berteriak.
Di mana ucapan itu di jadikan mereka hanya sebagai lelucon.

"wkwk iyo ni bang mampir la kerumah bang. Ado kolak batu tu oleh-oleh daei batam" jawab joni sambil tertawa.
Mereka berdua pun tertawa lepas.
" mau pergi mancing ya bang?"
Tanya joni lagi.

"iya jon.. Nanti siang sekitar jam 2 lah mungkin. Kau mau ikut?"

"ha boleh tu bang. Kepala aku pusing juga garap skipsi dak selesai-selesai ni bang."
"okelah kalo gitu jon. Jam 2 nantik kerumah abang la. Bawak motor kau ya. Sekarang bantu dulu abang nyiapkan peralatanya ini." ucap wawan.
Joni pun membantu wawan menyiapkan beberapa stick pancing yang dia punya
Juga mempersiapkan kail-kail kalo nanti tersangkut.
Setelah selesai joni pun pulang untuk makan siang. Dan tidur sebentar. Karna dia tau bang wawan itu hantunya mancing. Kalo sudah mancing bisa gak ingat pulang.
Singkat cerita.
Ketika sudah jam 2 siang. Joni pun pergi kerumah wawan.
Terlihat wawan sudah duduk di depan teras. Dengan bekal yang memang biasa dia bawa ketika memancing.
Satu termos kopi serta makanan yang di buat di dalam rantang kecil.
Biasanya wawan pagi hari baru pulang ketika mancing. Apa lagi kalau air pasang naik. Ikan-ikan besar dari laut lepas bisa masuk ke dalam sungai pngabuan.

"ha udah ya bang.?"

"udah jon.. Nih letakan di motor. Kita pergi ke pasar dulu beli umpan" ucap wawan sambil memberikan
Tas pancingan tersebut.

Setibanya di pasar. Wawan pun membeli umpan di tempat biasa dia membelinya.

"mau mancing dimana bang?"
Ucap pedagang umpan tadi.

"di tempat biasa la bang. Di jembatan WFC tu."
Ucap wawan sambil menunjuk jembatan yang tak jauh dari pasar itu.
"ohh.. Semalam ada orang yang beli umpan disini katanya dapat ikan kakap besar mancing di pabrik limun."

"haa kakap.. Hmm..
Pabrik limun itu dimana ya bang.?
Kau tau jon?" ucap wawan yang menoleh ke arah joni yang duduk di motor.

Joni hanya menggelengkan kepalanya.
"itu na bang. Dekatan kantor DPR yang di belakangnya ada lorong memasuki kampung cegat."

"ohh disitu.. Baru tau pula aku kalo disitu ada pabrik. Okelah bang makasih ya infonya."

"oke sip.. Sama sama bang."
Ucap pedagang tadi sambil mengacungkan jempolnya.
"oke jon.. Berangkat.. Kita ke pabrik limun dekat belakang kantor DPR tu tau la kan kau.?" ucap wawan kepada joni.

"oke bang. Tau..
Gaasss"

Mereka pun melaju ke arah yang di tuju tadi.
Cukup memakan waktu sekitar satu jam untuk kesana. Setelah mereka sampai di kantor DPR tersebut memang ada sebuah lorong di samping kantor itu Namun jalannya masih tanah liat dan lumayan becek karna malam tadi habis di guyur hujan.
Joni terhenti sejenak sebelum memasuki jalan itu.

"yakin dak ni bang.?"
Tanya joni yang sedikit ragu.

"yakin aja jon. Siapa tau bukan hanya kakap yang di dapat. Tapi juga ikan gerot." ucap wawan dengan semangat.

"hmm masalahnya motorku ini baru cuci loh bang."
"halahh.. Nanti abang kasih duit untuk cuci motor lagi."

"oke siap..
Gass..."
Mereka pun memasuki lorong itu. Cukup lama melewati jalan itu namun belum menemukan ada rumah orang atau pun kampung yang di katakan abang pedagang tadi.
Tak lama dari jauh
Terlihat sebuah gerbang besi yang berkarat.
Dan kiri kanan jalan yang tadi semula hutan mulai kelihatan ada tersusun rumah yang jaraknya jarang-jarang.

Ketika sudah mau sampai ke pintu gerbang. Ada seseorang yang berdiri di pinggiran jalan.
Memandangin mereka lalu wawan pun menepuk pundak joni agar joni berhenti.
Wawan pun turun dari motornya.
"permisi pak. Kalo boleh tau siapa ya yang punya pabrik itu. Saya mau numpang mancing disitu pak."
Ucao wawan dengan pundak yang sedikit di tundukannya karna
Orang itu terlihat seperti tokoh masyarakat di kampung itu.
"ohh iya.. Boleh saja.. Tapi ingat mancingnya gak boleh sampe malam ya." ucap orang tua tadi.

"lohh.. Emangnya kenapa pak gak boleh sampe malam?"ucap joni menyela pembicaraan.
Kemudian wawan menatap joni dan
Mengelengkan kepalanya pelan.

"IKUTI SAJA ATURAN YANG SUDAH ADA" ucap bapak tadi dan langsung pergi meningggalkan mereka.
"udah sampai." ucap joni yang langsung memarkirkan motornya.

Wawan pun turun. Di lihatnya sekeliling.
Lalu di samping gerbang telihat sebuah tanda bertuliskan cat warna merah.
"PERINGATAN!! Dilarang memancing ketika malam hari"
Sejenak wawan memperhatikan tanda itu.
Lalu melihat ke sisi lain pabrik itu.
Terlihat pagar besi yang menutup gerbang itu sudah sangat berkarat.
"kelihatannya pabrik ini sudah lama tutup jon" ucap wawan yang masih memperhatikan sekitar.
"iya bang. Aku aja baru tau kalo disini ada pabrik" jawab joni
sambil melangkah mendekati wawan.
Tanpa aba-aba lagi mereka pun masuk ke dalam pabrik itu.
Terlihat di pinggiran jalan ketika memasuki gerbang bekas-bekas mobil pick up yang sudah lama di tinggalkan.
Mereka pun menyusuri tapak demi tapak pabrik itu.
Sesampainya di dalam.
Terlihat sebuah bangunan tua yang sangat besar. Tiang tiang pasak yang terbuat daei kayu jati yang masih terlihat bagus dengan papan yang mulai lapuk.
Lalu pintu besi pabrik terlihat terbuka karna telah rusak.
Terlihat di dalam pabrik cukup gelap
hanya ada cahaya sedikit yang masuk karena sebagian atap yang telah terbuka.
Lalu di hadapan pabrik terlihat sebuah lapangan papan dari kayu jati yang mana di tepiannya langsung menghadap sungai.
Hari itu kebetulan cuaca mendung-mendung tidak panas. Jadi mereka bisa memancing tanpa harus mencari tempat berteduh karna di lapangan itu tidak ada tempat berteduh atau pun pohon yang cukup rimbun.
Namun di samping pabrik terlihat sangat jelas sebuah pohon ara
Yang sangat besar
Sangking besarnya sebagian ranting pohon itu sampai harus merapat ke bagian pabrik. Membuat suasana menjadi mencekam ketika malam.
Mereka pun mulai memancing.
Terlihat wawan dan joni pun langsung mengambil posisi yang nyaman baginya dan mulai melempar umpan.
...

Satu hingga dua jam. Ikan yang didapat dari tdi hanyalah ikan buntal dan tidak mendapat ikan yang mereka cari.
Lama semakin lama. Joni pun mulai merasa bosan. Lalu menajurkan pancingnya dan berdiri.

"mau kemana jon?" ucap wawan sambil mengulung-gulung pelan stick pancingnya.

"mau keliling bentar bang. Liat-liat sekitaran pabrik." ucap joni yang mulai melangkah.
Wawan hanya diam.
Dia masih sibuk mengepaskan tali pancing agar tidak terbawa arus.

Joni pun mulai melihat sekitar.
Lalu mendekat ke pabrik itu.
Angin pun menghembus sedikit kuat karna memang lokasi yang berada di tepian sungai jadi joni tidak merasa janggal akan hal itu.
Joni pun mulai mengintip sedikit ke dalam pabrik itu.
Terlihat sangat lembab namun alat-alat untuk membuat limun masih terlihat sangat jelas meski kurang penerangan.
Entah kenapa, joni makin penasaran lalu melangkah masuk ke dalam pabrik.
Tanpa di sadarinya, rasa penasarannya itulah yang nanti akan membuat dia menyesal.
Didalam pabrik, joni bisa melihat jelas botol-botol pecah berserakan dan alat-alat pabrik yang berkarat.
Lantainya terlihat sangat kotor dan sedikit becek.
Sisi-sisi pabrik yang di tumbuhi tanaman liar membuktikan bahwa pabrik itu telah lama ditinggalkan.
Semakin kedalam joni melangkah rasa penasarannya semakin besar.
Lalu di lantai joni melihat kertas merek limun berserak dimana-mana. Diam mengambil satu
Tertulis "rasa sarsaparilla"

"ohh jadi limun itu minuman ini." batin joni yang sudah tak asing dengan merek itu karna pernah melihat atau bahkan meminumnya waktu kecil.
Tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang menepuk pundaknya.
"kamu ngapain jon" ucap wawan yang kini sudah berada di belakangnya.
Joni pun menoleh.
"ini bang." ucap joni sambil menunjukan kertas merek itu pada wawan.
Wawan pun melihat dan mengambilnya.
"hmm minuman kesukaan abang nian la ni waktu dulu. Ohh baru tau abang kalo pabrik ni yang mengolahnya. Kirain di kirim dari kota jambi" ucap wawan yang melihat kertas itu.
Kemudian dia mengusap-ngusap kertas itu.
"kertas ni seperti masih baru jon. Dimana kamu menemukannya"

"tu bang.. Banyak masih berserakan" ucap joni sambil menunjuk lantai.
Wawan pun melihat sekitaran lantai yang ternyata memang banyak berserakan.

"udah la jon. Ayo keluar.. Terasa pengab di dalam ini"
Ucap wawan.
Mereka pun keluar dan menuju tempat dimana mereka memancing tadi.

Tanpa terasa jam pun menunjukan pukul 5 sore.
Tiba-tiba lonceng stick pancing wawan pun berbunyi.
"ha di patuknya itu bang" ucap joni yang medengar itu.
Dengan sigap wawan pun menggulung roll sticknya.
"wayy.. Berat ni jon.. Kakap.. Kakap tu lah.." ucap wawan dengan semangat menggulung roll stick pancing layaknya pemancing mania di trans7.

Dan benar saja. Seekor ikan kakap yang ukurannya sebesar ember cat sudah mulai terlihat ke permukaan.
"jon.. Ambil gancu di dalam tas abang tu" ucap wawan yang mulai ngos-ngosan.
Dengan cepat joni pun mengambil gancu dan mulai turun berpijak antaran tiang-tiang penyanggah lapangan kayu tersebut.
Ikan pun berhasil di naikan.
Terlihat wajah wawan dan joni sangat senang.
"wuuuhuuu... Mantap.." teriak wawan yang sangat girang.

"makan enak.. Makan enak." tambah joni.

Tak lama joran dari joni pula yang kini loncengnya berbunyi.
Sama hal
Yang di lakukan wawan tadi joni dengan sigap menggulung rollnya.
Namun kini yang di dapat joni hanyalah ikan sembilang yang berukuran sepergelangkan tangan.
Namun begitu joni tetap merasa puas karna tarikan ikan yang ganas dan membuatnya lumayan ngos-ngosan.
Setelah ikan tadi di masukannya ke dalam jaring ikan yang biasa di gunakan.

Ketika melihat jam tangan yang di kenakan joni. Terlihat sudah jam 5:30.
"bang.. Udah jam setengah 6.
Kita gak pulang?" ucap joni mengatakan pada wawan.
"hmm.. Kagek la dulu jon.. Ikan disini mantap-mantap.. Air pun baru sudah pasang. Sayang kalo di lewatkan jon" ucap wawan yang masih sibuk melempar kail pancingnya.

"kalo orang kampung itu marah gimana bang?" ucap joni yang cemas. Karna motor dia berada di luar gerbang pabrik.
Wawan terdiam..
"sini kunci motormu jon" ucap wawan.
Joni pun memberikan kunci motornya
"lihatkan pancingan abang itu dulu. Biar abang urus motormu."
Ucap wawan dan langsung pergi menuju keluar pabrik.
Wawan pun telah sampai di gerbang. Dia memperhatikan sekitar.
Setelah di lihatnya tidak ada orang dia pun menghidupkan motor dan membawanya masuk ke dalam gerbang. Setelah itu motor tadi di letakannya di samping bekas-bekas mobil pick up tadi. Sehingga terlindung
Dari pandangan orang ketika melewati atau pun melihat sekitaran gerbang tersebut
Kemudian wawan pun kembali.
"udah.. Motor kau udah abang sembunyikan biar diliat orang kita udah pulang" ucap wawan sambil mengembalikan kunci motornya.
"oke.. Sampai subuh bang.. " ucap joni yang sama semangatnya dengan wawan.
Tikar minimalis yang ada di dalam tasnya pun di gelar. Dan mulai mengeluarkan perbekalan mereka.
Siapa sangka, dengan melanggar apa yang telah di tentukan. Mereka akan melewati malam yang tentunya akan menjadi penyesalan mereka. Namun karna rasa semangat tadi. Mereka tidak takut aturan dan melanggarnya.
Perkampungan itu terlihat sunyi ketika malam hari.
Yang tinggal di tempat itu seolah tidak mau tau apa yang terjadi ketika malam hari. Mereka lebih memilih untuk berada di dalam rumah.
Ketika magrib datang warga itu hanya melihat di gerbang. Jika tidak ada motor yang
Parkir, berarti tidak ada orang di dalam pabrik.
Hari pun sudah malam. Lampu serta senter cas sebagai penerangan wawan dan joni malam itu.
Langit terlihat gelap karna sedari sore tadi sudah mendung.
Malam itu mereka mancing semakin menjadi-jadi. Karna ikan sedari tadi terus mematuk umpan mereka.
Wawan terlihat puas akan hal itu.
Semakin malam suasana semakin mencekam
Kemudian seketika suasana menjadi sunyi.
Bahkan suara dari lonceng stick pancing mereka tidak lagi terdengar.
Tiba-tiba di belakang mereka ada seseorang mendekat.
"mas.. boleh minta ikannya satu"

Suara itu mengagetkan joni hingga membuatnya setengah berteriak.

"ehh iya mas boleh." ucap wawan sambil memperhatikan orang itu.
Dilihatnya kakinya masih menapaki tanah.
Wawan memandang joni lalu memegang kakinya sendiri sambil menggelengkan kepala.
Maksudnya itu kode kalo orang itu masih manusia karna kakinya masih menapaki tanah.
Namun wajahnya terlihat pucat dan tatapannya kosong.
Seingat wawan suara orang itu begitu parau.
"perut saya lapar mas. Dari siang gak makan." ucap orang tadi

"Kasian juga bang" ucap joni berbisik pada wawan.
"yaudah ni makan dulu"
Ucap wawan sambil memberikan
Sisa bekal mereka tadi.

"tapi saya mau ikan itu bang" ucap orang tadi sambil menunjuk jaring yang mereka gantung di tepian kayu jati itu.

"lahh tau dari mana ni orang" batin wawan.
Namun wawan tetap mengambilkan ikannya dan memberikannya dua.
"terimakasih ya mas." ucap orang tadi sambil tersenyum dengan tatapan kosongnya.
"ohh iya bisa pinjam koreknya mas. Ikannya mau saya bakar"
Tanpa mengatakan apa-apa wawan pun memberikan korek tersebut.

"saya ada di dalam itu kalo mas nanti kehujanan masuk aja kedalam" ucap
Orang itu sambil menunjuk pabrik limun yang tadi mereka masuki.
Wawan dan joni hanya mengangguk. Dia masih bingung dengan orang itu.
Dan benar saja orang tadi melangkah masuk ke dalam pabrik itu.
"gila tu orang berani aja gelap-gelap gitu masuk pabrik" ucap joni dengan menggelengkan kepalanya.

"orang yang begitu abang suka jon.. Dia tidak takut hantu. Dia satu pemikiran dengan abang jika hantu itu tidak ada" ucap wawan.
"huss.. Jangan ngomong sembarangan lah bang." tambah joni.

Tak lama, rintik hujan pun mulai turun.
"waduh gerimis nih jon" ucap wawan dengan sigap menggulung pancingnya.
"iya bang.. Gimana ini?" ucap joni yang juga mengikuti wawan menggulung pancingnya.
"Yaudah kita masuk pabrik itu aja. Orang tadi kan ada di dalam"

"yang benar bang.. Emang gak papa." ucap joni dengan wajah ketakutan.

"yaudah tinggal aja kau disini kalo mau basah. Abang gak mau." ucap wawan yang langsung memebereskan peralatan mancingnya
Kemudian mulai berlari karna hujan turun cukup lebat.
Dengan terpaksa joni mengikuti wawan.
Wawan pun mulai menyenter ke dalam gudang mencari dimana orang tadi.
Diikuti joni yang berada di belakang wawan.
"kemana orang tadi ya jon" ucap wawan yang masih menyenter kesana-sini.

"mana aku tau bang. Tadi kan dia masuk kedalam pabrik ini" ucap joni yang mulai khawatir.
Tanpa terasa mereka pun masuk lebih dalam hingga sampai dimana mereka menemukan kertas merek limun sewaktu tadi siang.

"lah.. Kok gak ada." ucap wawan.
Tiba-tiba di belakang joni berdiri berdiri sosok makhluk dengan perut yang robek lalu di mulutnya tampak mengunyah sesuatu dan di tangannya ada ikan yang di berikan wawan tadi dengan kondisi kepala ikan sudah tidak ada seperti bekas di gigit.
Melihat itu. Membuat mereka terkejut dan berteriak.
Kemudian teriakan itu seketika hilang di susul mereka berdua yang tak sadarkan diri.
Ketika mereka sadar,
Wawan dan joni sudah terbaring di lantai yang beralaskan tikar.
Sepertinya rumah itu salah satu rumah tetua kampung itu.
Tak lama, seseorang yang umurnya sudah tua menghampiri mereka dan memberikan mereka air minum.

"diminum dulu nak."
Wawan mengenali orang tua itu. Dia adalah orang tua yang waktu itu marah kepada mereka ketika joni menanyakan kenapa tidak boleh mancing di kawasan pabrik itu ketika malam hari.
Setelah wawan minum, dia melamun sejenak. Masih terpikir di benaknya makhluk mengerikan yang dia temui malam tadi.

"sekarang tau kan. Alasan kenapa tidak boleh kesana di malam hari" ucap orang tua tadi.
Wawan hanya terdiam
Begitu pula dengan joni.

"kalian saya temukan tergeletak di dalam pabrik ketika saya menyusuri pabrik itu. Keluarga Saya juru kunci dari tempat itu turun-temurun bahkan sebelum pabrik itu ada."

"haa maksud bapak?" ucap wawan yang masih tidak mengerti.
"di samping pabrik bukankah kamu melihat pohon ara yang begitu besar?" ucap bapak itu.
Wawan hanya menganguk.

"itu adalah rumah mereka" tambah bapak tadi.
Wawan masih diam mencoba mencerna ucapan bapak itu.

"sebelum pabrik itu berdiri, orang tua saya sudah beberapa kali melarang jika kawasan itu jangan di jadikan pabrik. Namun bos mereka tetap ingin mendirikannya karna tempatnya yang strategis berada di tepian sungai"
"mereka pun memohon bagaimana caranya agar pabrik tetap berdiri. Dan akhirnya di setujuin. Namun dengan catatan pabrik harus tutup ketika malam hari dan tidak ada yang boleh bekerja lembur." tambah bapak itu.
Kini wawan mulai mengerti dan percaya akan hal yang selama ini tidak dia percaya.
Jika alam lain itu benar adanya.

"jika tetap memaksa untuk berada di kawasan pabrik itu. Yah resikonya begitu. Mereka suka mengganggu namun tidak mencelakai. Saya dulu salah satu
Karyawan disana. Ketika masih muda. Setiap pagi itu pasti ada aja yang berserakan ketika datang ke pabrik itu. Yah itu tadi mereka mereka yang usil" tambah bapak itu.
Kini wawan dan joni mulai mengerti.
Jika datang sebagai tamu. Ada baiknya adab harus di jaga serta ikuti peraturan dari tuan rumah.

Semenjak kejadian itu. Wawan berhenti untuk memancing selama satu bulan.
Dan kemudian dia lanjutkan memancing di tempat biasa. Dan kini tidak lagi pernah sampai tengah malam.
Sementara joni menjadi jera ikut wawan mancing. Joni masih sering berkunjung kerumah wawan. Namun setiap wawan mengajaknya memancing. Joni menolaknya dengan alasan macam-macam.
Sekian terima kasih. ~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Kang_Cerita(H)

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!