Semua orang hanya tau apa yang di hasilkannya
Namun tidak tau kisah apa yang ada di balik itu semua.
_based on true story_
@bacahorror #bacahorror
Akan saya mulai di 100 rt 😁 ahh dikit kok
Bahkan saya baru mengetahui pabrik ini ketika ada kasus remaja yang tenggelam di sungai pengabuan yang mana mayatnya itu di temukan di sekitaran pabrik itu.
Karna beliau lah akhirnya mayat itu di temukan. Beliau mengatakan jika para masyarakat harus sesekali berjalan kehulu karna pemandangnya disana sangat indah.
Dan benar saja disanalah mayat itu di temukan mengambang tersangkut pepohon nipah yang berdekatan dengan pabrik itu.
Sebuah pabrik yang tidak begitu besar dan tempatnya yang berdekatan dengan sungai menjadi salah satu spot memancing yang sangat strategis. Angin sepoi yang adem membuat para pemancing begitu betah ketika
Namun masyrakat yang tak jauh tinggal di pabrik itu melarang keras para pemancing ketika mancing di malam hari.
Bahkan ada tanda peringatan ketika memasuki gerbang pabrik itu.
Tapi bilo jam limo tu balek lah lagi. Jugo jangan ngusek punyo wong. Gek uwongnyo marah lajulah kamu sawanan." (Kalau cuman mau mancing silahkan. Tapi bila sudah jam 5 sore lebih baik pulang juga jangan mengganggu punya orang.
Begitulah ucapan salah satu warga yang tinggal di dekat pabrik itu.
Bahkan beliau pernah mengatakan jika malam hari suara dari mesin pabrik itu bisa terdengar.
Minggu lalu, saya bertemu dengan salah satu narasumber yang pernah mengalami kejadian aneh ketika beliau memancing di pabrik itu.
Kami bertemu ketika saya malam harinya selepas pulang kerja pergi memancing di jembatan wfc.
"kalau mau dapat banyak ikan. itu disana. Dekat pabrik limun. Tapi mancingnya dari pagi. Karna malam udah gak boleh." ucap abang itu.
"loh bang, kenapa? Emang ada alasan tertentu ya?" tanyaku waktu itu yang penasran.
"aku mengalaminya sendiri dan aku melihatnya.."
"hahh.."
"Semua berawal dari sore minggu waktu itu"
...
Terlihat seorang lelaki sekitar umur 30an sedang duduk di lantai.
Alat-alat pancing berserakan dimana-mana. Tali nilon yang terpotong-potong serta batu timah berserakan.
Sebut saja nama lelaki itu wawan. Seorang duda anak satu yang di tinggal istrinya.
"bang sibuk ya?" ucap pemuda tadi.
Wawan diam lalu menoleh kebelakang. Dia masih memandang pemuda tadi.
"ohh iya lupa..
Assalamualaikum bang"
"haa walaikumsallam jon.. Nahh ado la.. Kato ke batam."
Di mana ucapan itu di jadikan mereka hanya sebagai lelucon.
"wkwk iyo ni bang mampir la kerumah bang. Ado kolak batu tu oleh-oleh daei batam" jawab joni sambil tertawa.
Mereka berdua pun tertawa lepas.
Tanya joni lagi.
"iya jon.. Nanti siang sekitar jam 2 lah mungkin. Kau mau ikut?"
"ha boleh tu bang. Kepala aku pusing juga garap skipsi dak selesai-selesai ni bang."
Joni pun membantu wawan menyiapkan beberapa stick pancing yang dia punya
Juga mempersiapkan kail-kail kalo nanti tersangkut.
Ketika sudah jam 2 siang. Joni pun pergi kerumah wawan.
Terlihat wawan sudah duduk di depan teras. Dengan bekal yang memang biasa dia bawa ketika memancing.
Satu termos kopi serta makanan yang di buat di dalam rantang kecil.
"ha udah ya bang.?"
"udah jon.. Nih letakan di motor. Kita pergi ke pasar dulu beli umpan" ucap wawan sambil memberikan
Setibanya di pasar. Wawan pun membeli umpan di tempat biasa dia membelinya.
"mau mancing dimana bang?"
Ucap pedagang umpan tadi.
"di tempat biasa la bang. Di jembatan WFC tu."
Ucap wawan sambil menunjuk jembatan yang tak jauh dari pasar itu.
"haa kakap.. Hmm..
Pabrik limun itu dimana ya bang.?
Kau tau jon?" ucap wawan yang menoleh ke arah joni yang duduk di motor.
Joni hanya menggelengkan kepalanya.
"ohh disitu.. Baru tau pula aku kalo disitu ada pabrik. Okelah bang makasih ya infonya."
"oke sip.. Sama sama bang."
Ucap pedagang tadi sambil mengacungkan jempolnya.
"oke bang. Tau..
Gaasss"
Mereka pun melaju ke arah yang di tuju tadi.
"yakin dak ni bang.?"
Tanya joni yang sedikit ragu.
"yakin aja jon. Siapa tau bukan hanya kakap yang di dapat. Tapi juga ikan gerot." ucap wawan dengan semangat.
"hmm masalahnya motorku ini baru cuci loh bang."
"oke siap..
Gass..."
Mereka pun memasuki lorong itu. Cukup lama melewati jalan itu namun belum menemukan ada rumah orang atau pun kampung yang di katakan abang pedagang tadi.
Terlihat sebuah gerbang besi yang berkarat.
Dan kiri kanan jalan yang tadi semula hutan mulai kelihatan ada tersusun rumah yang jaraknya jarang-jarang.
Ketika sudah mau sampai ke pintu gerbang. Ada seseorang yang berdiri di pinggiran jalan.
Wawan pun turun dari motornya.
"permisi pak. Kalo boleh tau siapa ya yang punya pabrik itu. Saya mau numpang mancing disitu pak."
Ucao wawan dengan pundak yang sedikit di tundukannya karna
"ohh iya.. Boleh saja.. Tapi ingat mancingnya gak boleh sampe malam ya." ucap orang tua tadi.
"lohh.. Emangnya kenapa pak gak boleh sampe malam?"ucap joni menyela pembicaraan.
Kemudian wawan menatap joni dan
"IKUTI SAJA ATURAN YANG SUDAH ADA" ucap bapak tadi dan langsung pergi meningggalkan mereka.
Wawan pun turun. Di lihatnya sekeliling.
Lalu di samping gerbang telihat sebuah tanda bertuliskan cat warna merah.
"PERINGATAN!! Dilarang memancing ketika malam hari"
Sejenak wawan memperhatikan tanda itu.
Terlihat pagar besi yang menutup gerbang itu sudah sangat berkarat.
"kelihatannya pabrik ini sudah lama tutup jon" ucap wawan yang masih memperhatikan sekitar.
"iya bang. Aku aja baru tau kalo disini ada pabrik" jawab joni
Tanpa aba-aba lagi mereka pun masuk ke dalam pabrik itu.
Terlihat di pinggiran jalan ketika memasuki gerbang bekas-bekas mobil pick up yang sudah lama di tinggalkan.
Mereka pun menyusuri tapak demi tapak pabrik itu.
Terlihat sebuah bangunan tua yang sangat besar. Tiang tiang pasak yang terbuat daei kayu jati yang masih terlihat bagus dengan papan yang mulai lapuk.
Lalu pintu besi pabrik terlihat terbuka karna telah rusak.
Terlihat di dalam pabrik cukup gelap
Lalu di hadapan pabrik terlihat sebuah lapangan papan dari kayu jati yang mana di tepiannya langsung menghadap sungai.
Namun di samping pabrik terlihat sangat jelas sebuah pohon ara
Yang sangat besar
Terlihat wawan dan joni pun langsung mengambil posisi yang nyaman baginya dan mulai melempar umpan.
...
Satu hingga dua jam. Ikan yang didapat dari tdi hanyalah ikan buntal dan tidak mendapat ikan yang mereka cari.
"mau kemana jon?" ucap wawan sambil mengulung-gulung pelan stick pancingnya.
"mau keliling bentar bang. Liat-liat sekitaran pabrik." ucap joni yang mulai melangkah.
Wawan hanya diam.
Joni pun mulai melihat sekitar.
Lalu mendekat ke pabrik itu.
Angin pun menghembus sedikit kuat karna memang lokasi yang berada di tepian sungai jadi joni tidak merasa janggal akan hal itu.
Terlihat sangat lembab namun alat-alat untuk membuat limun masih terlihat sangat jelas meski kurang penerangan.
Entah kenapa, joni makin penasaran lalu melangkah masuk ke dalam pabrik.
Didalam pabrik, joni bisa melihat jelas botol-botol pecah berserakan dan alat-alat pabrik yang berkarat.
Lantainya terlihat sangat kotor dan sedikit becek.
Semakin kedalam joni melangkah rasa penasarannya semakin besar.
Lalu di lantai joni melihat kertas merek limun berserak dimana-mana. Diam mengambil satu
"ohh jadi limun itu minuman ini." batin joni yang sudah tak asing dengan merek itu karna pernah melihat atau bahkan meminumnya waktu kecil.
"kamu ngapain jon" ucap wawan yang kini sudah berada di belakangnya.
Joni pun menoleh.
"ini bang." ucap joni sambil menunjukan kertas merek itu pada wawan.
"hmm minuman kesukaan abang nian la ni waktu dulu. Ohh baru tau abang kalo pabrik ni yang mengolahnya. Kirain di kirim dari kota jambi" ucap wawan yang melihat kertas itu.
Kemudian dia mengusap-ngusap kertas itu.
"tu bang.. Banyak masih berserakan" ucap joni sambil menunjuk lantai.
Wawan pun melihat sekitaran lantai yang ternyata memang banyak berserakan.
"udah la jon. Ayo keluar.. Terasa pengab di dalam ini"
Mereka pun keluar dan menuju tempat dimana mereka memancing tadi.
Tanpa terasa jam pun menunjukan pukul 5 sore.
Tiba-tiba lonceng stick pancing wawan pun berbunyi.
"ha di patuknya itu bang" ucap joni yang medengar itu.
Dengan sigap wawan pun menggulung roll sticknya.
Dan benar saja. Seekor ikan kakap yang ukurannya sebesar ember cat sudah mulai terlihat ke permukaan.
Dengan cepat joni pun mengambil gancu dan mulai turun berpijak antaran tiang-tiang penyanggah lapangan kayu tersebut.
Ikan pun berhasil di naikan.
"wuuuhuuu... Mantap.." teriak wawan yang sangat girang.
"makan enak.. Makan enak." tambah joni.
Tak lama joran dari joni pula yang kini loncengnya berbunyi.
Sama hal
Namun kini yang di dapat joni hanyalah ikan sembilang yang berukuran sepergelangkan tangan.
Namun begitu joni tetap merasa puas karna tarikan ikan yang ganas dan membuatnya lumayan ngos-ngosan.
Ketika melihat jam tangan yang di kenakan joni. Terlihat sudah jam 5:30.
"bang.. Udah jam setengah 6.
Kita gak pulang?" ucap joni mengatakan pada wawan.
"kalo orang kampung itu marah gimana bang?" ucap joni yang cemas. Karna motor dia berada di luar gerbang pabrik.
"sini kunci motormu jon" ucap wawan.
Joni pun memberikan kunci motornya
"lihatkan pancingan abang itu dulu. Biar abang urus motormu."
Ucap wawan dan langsung pergi menuju keluar pabrik.
Setelah di lihatnya tidak ada orang dia pun menghidupkan motor dan membawanya masuk ke dalam gerbang. Setelah itu motor tadi di letakannya di samping bekas-bekas mobil pick up tadi. Sehingga terlindung
Kemudian wawan pun kembali.
"udah.. Motor kau udah abang sembunyikan biar diliat orang kita udah pulang" ucap wawan sambil mengembalikan kunci motornya.
Tikar minimalis yang ada di dalam tasnya pun di gelar. Dan mulai mengeluarkan perbekalan mereka.
Yang tinggal di tempat itu seolah tidak mau tau apa yang terjadi ketika malam hari. Mereka lebih memilih untuk berada di dalam rumah.
Ketika magrib datang warga itu hanya melihat di gerbang. Jika tidak ada motor yang
Hari pun sudah malam. Lampu serta senter cas sebagai penerangan wawan dan joni malam itu.
Langit terlihat gelap karna sedari sore tadi sudah mendung.
Wawan terlihat puas akan hal itu.
Semakin malam suasana semakin mencekam
Bahkan suara dari lonceng stick pancing mereka tidak lagi terdengar.
Tiba-tiba di belakang mereka ada seseorang mendekat.
Suara itu mengagetkan joni hingga membuatnya setengah berteriak.
"ehh iya mas boleh." ucap wawan sambil memperhatikan orang itu.
Dilihatnya kakinya masih menapaki tanah.
Maksudnya itu kode kalo orang itu masih manusia karna kakinya masih menapaki tanah.
Seingat wawan suara orang itu begitu parau.
"perut saya lapar mas. Dari siang gak makan." ucap orang tadi
"Kasian juga bang" ucap joni berbisik pada wawan.
"yaudah ni makan dulu"
Ucap wawan sambil memberikan
"tapi saya mau ikan itu bang" ucap orang tadi sambil menunjuk jaring yang mereka gantung di tepian kayu jati itu.
"lahh tau dari mana ni orang" batin wawan.
Namun wawan tetap mengambilkan ikannya dan memberikannya dua.
"ohh iya bisa pinjam koreknya mas. Ikannya mau saya bakar"
Tanpa mengatakan apa-apa wawan pun memberikan korek tersebut.
"saya ada di dalam itu kalo mas nanti kehujanan masuk aja kedalam" ucap
Wawan dan joni hanya mengangguk. Dia masih bingung dengan orang itu.
Dan benar saja orang tadi melangkah masuk ke dalam pabrik itu.
"orang yang begitu abang suka jon.. Dia tidak takut hantu. Dia satu pemikiran dengan abang jika hantu itu tidak ada" ucap wawan.
Tak lama, rintik hujan pun mulai turun.
"waduh gerimis nih jon" ucap wawan dengan sigap menggulung pancingnya.
"iya bang.. Gimana ini?" ucap joni yang juga mengikuti wawan menggulung pancingnya.
"yang benar bang.. Emang gak papa." ucap joni dengan wajah ketakutan.
"yaudah tinggal aja kau disini kalo mau basah. Abang gak mau." ucap wawan yang langsung memebereskan peralatan mancingnya
Dengan terpaksa joni mengikuti wawan.
Wawan pun mulai menyenter ke dalam gudang mencari dimana orang tadi.
Diikuti joni yang berada di belakang wawan.
"mana aku tau bang. Tadi kan dia masuk kedalam pabrik ini" ucap joni yang mulai khawatir.
"lah.. Kok gak ada." ucap wawan.
Kemudian teriakan itu seketika hilang di susul mereka berdua yang tak sadarkan diri.
Wawan dan joni sudah terbaring di lantai yang beralaskan tikar.
Sepertinya rumah itu salah satu rumah tetua kampung itu.
Tak lama, seseorang yang umurnya sudah tua menghampiri mereka dan memberikan mereka air minum.
"diminum dulu nak."
"sekarang tau kan. Alasan kenapa tidak boleh kesana di malam hari" ucap orang tua tadi.
Wawan hanya terdiam
"kalian saya temukan tergeletak di dalam pabrik ketika saya menyusuri pabrik itu. Keluarga Saya juru kunci dari tempat itu turun-temurun bahkan sebelum pabrik itu ada."
"haa maksud bapak?" ucap wawan yang masih tidak mengerti.
Wawan hanya menganguk.
"itu adalah rumah mereka" tambah bapak tadi.
"sebelum pabrik itu berdiri, orang tua saya sudah beberapa kali melarang jika kawasan itu jangan di jadikan pabrik. Namun bos mereka tetap ingin mendirikannya karna tempatnya yang strategis berada di tepian sungai"
Jika alam lain itu benar adanya.
"jika tetap memaksa untuk berada di kawasan pabrik itu. Yah resikonya begitu. Mereka suka mengganggu namun tidak mencelakai. Saya dulu salah satu
Jika datang sebagai tamu. Ada baiknya adab harus di jaga serta ikuti peraturan dari tuan rumah.
Semenjak kejadian itu. Wawan berhenti untuk memancing selama satu bulan.
Sementara joni menjadi jera ikut wawan mancing. Joni masih sering berkunjung kerumah wawan. Namun setiap wawan mengajaknya memancing. Joni menolaknya dengan alasan macam-macam.