My Authors
Read all threads
Tahun 2008..

Terlihat dua orang laki-laki dan wanita tengah bertengkar hebat di toko roti.
Toko roti ini milik seorang lelaki dengan wajah yang cukup tampan meski dengan umur yang sudah 40an.
"kau harus tanggung jawab hen" ucap wanita itu yang tiba-tiba marah dan melabrak
Laki-laki itu di tokonya.
Bukanya menenangkan hendro malaj sebaliknya marah.
"dasar wanita sial.. Bukankah sudah ku bilang di gugurkan saja anakmu itu."

"apa kau sudah gila bajingan.. Usia kandungan sudah 4 bulan begini"
Ucap anggun yang berteriak.
Kemudian hendro mencekik mulut anggun.
"aku tidak mau tau. Kau harus menggugurkan kandunganmu itu" ucap hendro.

"seharusnya kau pikirkan sebelum melakukan itu bangsat." teriak anggun sambil memaki.
Lantas hendro kembali mencekik anggun namun di bagian leher.
"Ini tidak akan terjadi jika bukan karna kau yang menggodaku wanita jalang." ucap hendro.
Kemudian anggun berontak dengan sumpah serapah dari mulutnya.
Dengan berontaknya anggun lantas hendro refleks memukul anggun dan mengenai bagian perut.
Lantas.. Darah pun berceceran keluar dari bawah. Seketika anggun pun tak sadarkan diri.
Dengan panik, hendro menelepon temannya dan menyuruhnya untuk datang ke tokonya membawa mobil.
"cepat kesini. Bawa mobil. Kita harus kerumah sakit."
"Memangnya ada apa aku baru bangun tidur"
Lantas membuat hendro marah.
"tolong jangan main-main.. Cepat kesini". Ucap hendro yang langsung mematikan telepon.

...
Ketika anggun tersadar, anggun sudah terbaring di rumah sakit dengan kondisi lemah.
Lalu dari luar kamar hendro masuk menemui anggun.
"kamu keguguran." ucap hendro dengan kepala menunduk mengatakan kepada anggun.
Sambil menangis mengusap perutnya anggun menyalahkan kejadian ini akibat hendro.
"Ingat.. Jangan pernah ganggu aku dan keluargaku lagi" ucap hendro yang langsung meninggalkan anggun.
Anggun masih menangis. Tangisnya terisak-isak. Di dalam hatinya dia menanamkan dendam. Namun rasa untuk memiliki hendro masih saja ada di hatinya.

"AKU AKAN MEMBUNUH ISTRIMU. Agar kita bisa hidup berdua"
*tok.. Tok.. Tok...*
Suara ketokan pintu terdengar dari luar. Lalu seorang anak berusia 7 tahun membukakan pintunya.
"ayah udah pulang.." ucap seorang anak itu yang langsung memeluk hendro.
"emm jagoan ayah udah pulang sekolah. Gimana sekolahnya tadi. Ada yang gangguin" ucap
Hendro.
"hehe gak ada kok yah. Aman aman aja" ucap anaknya.
Hendro pun masuk kedalam rumah
Dilihatnya istrinya sedang memasak.
Ketika melihat hendro datang, istrinya langsung berhenti masak dan menyalami tangan hendro.
"hehe gak usah di tinggalin masakannya nya bun.. Nanti gosong" ucap hendro kepada rini.
Rini hanya tersenyum.
Sikap rini yang sangat patuh dan menghargai suami membuat hendro sangat tidak mungkin untuk meninggalkannya.
"mandi dulu yah.. Nanti bunda siapin makan di meja." ucap
Rini.
Kumudian hendro pun langsung ke kamar mandi.. Rambut gondong yang di ikatnya rapi di lepasnya. Kemudian setelah hendro mandi, hendro sempatkan untuk bersisir.
"hmm.. Kok rontok sih ni rambut. Brarti udah gak cocok pake sampo itu." ucap hendro sendirian yang melihat rambut
Rambutnya rontok dan sebagian melekat di sisir.
Hendro pun keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada. Dilihatnya rini telah menyiapkan makanan di meja makan. Setelah mengganti pakaian hendro pun menuju meja makan.
Mereka makan layaknya kelurga pada umumnya yang terdiri ayah, ibu dan anak. Di tengah-tengah kumpul makan. Yudi anak mereka kerap kali meminta adik untuk menemaninya namun hendro dan rini hanya tersenyum ketika yudi mengatakan itu.
Di sisi lain.
Anggun yang sudah merasa pulih dari sakitnya pun pulang kerumah. Dia hanya tinggal bersama ibunya yang tak lain adalah tantenya hedro. kecintaanya terhadap hendro membuatnya tidak ingin menikah dengan laki-laki lain. Namun rasa itu dia pendam sendiri yang bahkan
Ibunya sendiri tidak mengetahui.
Sudah banyak laki-laki datang melamar anggun. Namun tak jarang di tolak mentah-mentah oleh anggun. Meski dengan umur 35tahun tubuh anggun dan wajahnya masih terbilang muda Dengan body yang sintal. Apa lagi jika berpergian anggun sering
Menggunakan pakain yang terbilang cukup seksi.
Ibunya sering memarahinya dengan cara berpakaian anggun yang seperti itu. Namun semenjak kematian sang ayah. Anggun sudah tidak mau mendengarkan ucapan ibunya. Di dalam diri anggun tertanam jika kematian ayahnya di sebabkan ibunya
Sendiri.
Sore harinya anggun berniat ingin menemui sang dukun yang dia temui 10 tahun yang lalu.
Dia berniat ingin menghabisi rini istrinya hendro agar dia bisa menikah dengan hendro. Tentunya dia akan membutuhkan uang yang cukup banyak.
Anggun sempat termenung memikirkan dimana dia bisa mendapatkan uang yang lumayan banyak itu. Seketika dia teringat dengan tabungan ibunya yang setiap hari dia lihat untuk berangkat haji.
"apa aku ambil saja ya tabungan ibuk" gumamnya di dalam hati.
Disisi lain anggun merasa berdosa jika dia mengambil tabungan ibunya. Namun apa daya, nafsu lebih kuat menguasainya.

Ketika sang ibu pergi kepasar membeli perlengkapan rumah. Anggun secar diam diam masuk ke dalam kamar ibunya lantas menggeledah isi lemari ibunya.
Di cari-carinya di sudut dalam lemari. Dan dia menemukan kotak kayu yang berbentuk seperti celengan dengan lubang kecil dan ada gembok yang mengunci kotak itu. Anggun yakin jika itulah celengannya lantas dia pun langsung membawanya kekamarnya.
Gembok kotak itu di pukulnya menggunakan palu dan seketika kotak itu pun terbuka. Anggun tertawa melihat isinya yang begitu banyak dengan uang 100rban.

"HAHAHA.. Hendro.. Tnggu aku sebentar lagi sayang."
Terlihat sepeda motor matic melaju sore itu.
Anggun yang sudah membawa sejumlah uang yang dia dapat dari tabungan ibunya dengan menggunakan helm dan jaket levis. Anggun terus melaju karna jarak tempuh untuk kerumah mbah pancaka sangat jauh.
Malam pun tiba. Anggun pun sampai di persimpangan rumah mbah pancaka. Untuk menuju kerumahnya harus berjalam sekitar satu KM karna kendaraan apapun tidak bisa masuk sebab banyak ranting pohon besar yang menghalangi jalan.

Anggun mengetuk pintu.
*tok.. Tok.. Tok..*
Terdengar suara lirih dari dalam.
"mau cari apa"
"saya mencari mbah pancaka"
"Masuk"

Anggun pun melangkah masuk. Ruangan itu kini terlihat sangat minim cahaya. Berbeda ketika dia pergi 10 tahun lalu ketika dia pergi sore hari.
Lalu anggun pun masuk ke ruangan mbah pancaka yang biasa di gunakan untuk ritual.
Anggun pun duduk tepat di hadapan mbah pancaka.
"mau apa lagi kamu" ucap mbah pancaka sambil menyirami kerisnya dengan darah segar.
"saya ingin membunuh istri hendro mbah" ucap anggun dengan mata
Melirik ke arah mbah pancaka.
"saya sudah pernah mengatakan jangan pernah lagi berhubungan dengan hendro nak"

"tapi saya bisa membayar mbah.. Berapapun itu saya akan bayar" ucap anggun sambil mengeluarkan sejumlah uang di tasnya.
Mbah pancaka terdiam sejenak lalu mengusap ngusap janggutnya yang gimbal.
"dengan siapa istrinya hidup sekarang. Apakah ayah ibunya masih hidup?" ucap mbah pancaka.
"ayah ibunya masih hidup namun mereka tidak tinggal satu rumah, sanak saudaranya dan hanya anaknya yang bersamanya"
Lalu mbah pancaka merapalkan mantra. Kemenyan pun mulai dia bakar. Mata mbah pancaka terpejam.
Lama matanya terpejam dan setelah matanya terbuka dia mengatakan sesuatu.
"jin itu minta usus babi sebagai makanannya. Dan dia akan menghabisi satu darah keturunan istri hendro"
*deg* batin anggun terasa bergetar.
"satu keturuan darah mbah?.. Jadi anaknya juga?" ucap anggun.
Dan hanya di balas anggukan oleh mbah pancaka.
Anggun pun berpikir sejenak. Dia merasa tidak tega jika keponakanya ikut serta dalam perbuatananya ini.

"jika kau tidak mau tak apa
Tinggalkan tempat ini" pungkas mbah pancaka.
Lantas anggun pun mengiyakan syaratnya itu.
"lalu berapa yang harus saya bayar mbah" ucap anggun
Mbah pancaka hanya tersenyum namun senyumnya sedkit menyeringai.
"kau tidak perlu membayar.. Mendapatkan nyawa satu keluarga saja aku sudah senang.
Namun tugas mu kali ini. Bawakan aku bagian dari tubuh istri hendro tersebut. Entah itu, kuku rambut, air liur atau apapun itu. Dan juga aku butuh foto dari istrinya tersebut . Akan aku tunggu
Dua hari lagi" ucap mbah pancaka.

Anggun pun menyanggupinya dan akan kembali dalam dua hari Dia pun pulang malam itu juga.
dirumah,
Ibu anggun telah menunggu kedatangannya. Sang ibu terus mondar-mandir tidak karuan karena uang yang dia tabung selama ini hilang dan dia yakin jika anaknya yang mengambil uang itu.
Hingga jam menunjukan pukul 12 malam anggun tak kunjung juga pulang.
Lalu tak lama terdengar suara pintu terbuka yang ternyata itu adalah anggun.
Belum sempat anggun masuk sang ibu langsung marah-marah dan menunduh anggun.
"ibuk ini kenapa sih.. Tiba-tiba nuduh saya kek gtu." bentak anggun kepada ibunya.
"kembalikan nak.. Kembalikan uang tabungan
Ibuk.." ucap sang ibu dengan tangis yang tersedu-sedu.
Namun anggun bukannya kasian ia justru mendorong ibunya hingga terjatuh ke lantai. Lalu meninggalkannya dan langsung masuk ke kamar.
Keesokan harinya, anggun bertamu kerumah hendro.
Dia datang lebih pagi dan mengintai dari kejauhan untuk melihat apakah hendro sudah pergi ke toko rotinya atau belum.
Tak lama hendro pun keluar dari rumah terlihat rini dan anaknya kiki menciumi tangan hendro.
Setelah dirasanya hendro sudah cukup jauh, Barulah anggun mendekat.
Di ketuknya pintu.
*tok.. Tok. Tok..*
Tak lama, kiki pun keluar membukakan pintu.
"ante anggun.." ucap kiki tersenyum.
Anggun pun langsung mencium kiki Dan menanyakan kabarnya.
Terlihat rini di balik pintu dan bersalaman dengan anggun. Rini pun mempersilahkan anggun masuk.
Mereka berbincang layaknya sanak keluarga yang sudah lama tidak bertemu.
Tak lama anggun pun berpura-pura sakit perut dan ingin buang air kecil.
Rini pun menunjukan kamar mandinya.

Di dalam kamar mandi, anggun berusaha mencari apa yang dia butuhkan. Di periksanya segala sudut kamar mandi namun tidak menemukan apa-apa. Sampai satu ketika dia menemukan helai rambut yang rontok di sisir.
Rambut itu terlihat tidak begitu panjang dan panjangnya hanya sekitar sebahu.
Anggun meyakini itu rambut rini. Meskipun anggun tidak pernah melihat rambut rini karena rini selalu menggunakan jilbab.
Setelah di rasanya cukup mendapatkan barang yang ia cari, anggun pun keluar dari kamar mandi.
Kini dia menuju dapur melihat rini memasak. Dengan kiki yang membantunya memotong sayuran. Meski kiki anak laki-laki namun dia sangat rajin membantu ibunya.
Di dalam hati anggun melihat keluarga kecil hendro ini begitu iri. Dan dia pun begitu menyayangkan jika kiki keponakanya itu harus ikut mati jika dia benar ingin menghabisi rini.
Tak lama, anggun pun pamit pulang.
"emm rini.. Aku pamit pulang dulu ya. Kasian ibuk aku tinggal
Sendirian di rumah" ucap anggun beralasan. Meskipun pada kenyataannya dia tidak menghiraukan ibunya.

"yah.. Ante gak ikut makan disini ya. Kiki sama bunda masak masakan yang enak kesukaan ayah nih" ucap kiki merayu agar anggun tidak cepat pulang.
Anggun berjongkok lalu memegang kepala kiki.
"hehe lain kali saja ya nak." ucap anggun sambil menciumnya.
Mata anggun pun berkaca-kaca seperti ingin menangis melihat anak itu.
Kemudian dia berdiri lalu pamit dengan rini dengan wajah tersenyum.
Rini pun membalas dengan senyuman dan mengatakan agar anggun hati-hati di jalan.

Anggun pun melangkah meninggalkan rumah hendro.
Dia pun menghidupkan motor dan berjalan pelan.
Tak jauh sebelum anggun keluar dari gang yang memasuki rumah hendro, dia berpapasan jalan dengan
Hendo.
Hendro pun tiba-tiba stop dan menyilangkan motornya menghentikan anggun.
Wajah hendro memerah meredam amarah.
Ketika turun dari motor, hedro langsung menarik rambut anggun yang terurai panjang itu.
"aku sudah pernah bilang. Jangan lagi ganggu keluargaku.. Dasar wanita jalang." ucap hendro sambil berteriak.
Tidak ada satu orang pun di sekitar yang melihat mereka.
Anggun hanya merintih kesakitan menahan sakit karena rambutnya yang di tarik hendro itu.
"aku hanya ingin melihat sekali lagi keluarga kecilmu itu.. Aku tidak bermaksud apa-apa bajingan.." ucap anggun dengan masih menahan sakit.

Hendro terdiam. Dia memperhatikan tubuh anggun yang hanya menggunakan tengtop dan celana levis pendek ketat itu.
"Lihat.. Lihatlah dirimu.. Dengan menggunakan pakain begini. Kenapa kau tidak mencari laki-laki lain. Kenapa kau masih saja mengurusi hidupku." ucap hendro berbisik ketelinganya.
Tangannya yang lain mengelus paha anggun sesekali memainkannya.
Anggun hanya diam karena rambutnya
Yang masih di tarik hendro.
Lantas.. Hendro pun menarik lebih keras yang membuat kepala anggun terdongak ke atas dengan cepat hendro mencium bibirnya melumatnya dengan buas. Meski merasa sakit anggun sempat menikmati hingga hendro seketika melepasnya dan menamparnya.
"Sudah.. Kuharap ini yang terakhir.. Dan jangan pernah ganggu aku lagi" ucapnya yang langsung melepas cengkraman tangannya itu.
Anggun hanya menangis. Hendro pun pergi meninggalkannya.
"bajingan.. Bajingann.. Bajingan..." teriak anggun dengan keras di sertai isak tangisnya.
Keesokan harinya anggun pun pergi melaju menggunakan sepeda motornya.
Perlengkapan yang di minta mbah pancaka hanya beberapa helai rambut yang dia dapat.

"cuma ini." ucap mbah pancaka.

"hanya itu yang bisa saya dapat mbah."
"yasudah kalo begitu akan saya mulai."
Terlihat usus babi yang bermandikan darah hitam berada di mangkuk. Kepala monyet yang masih segar serta tulang kaki kerbau yang masih berlumuran darah.
Mbah pancaka pun mulai merapal mantra.
Dengan mulut yang masih berkomat-kamit, Usus babi di lilitkannya ke tulang kerbau tersebut.
Dan kemudian beberapa helai rambut tadi dia lilitkan ke boneka jerami beserta foto rini sewaktu menikah dengan hendro dan anggun yang ikut berfoto dengannya bersama keluarga.
Lalu dia rendam semua barang tadi dengan darah segar dalam satu wadah. Tak lama darah tersebut berubah hitam dan mengeluarkan bau yang sangat menusuk hidung. Anggun pun sampai menutup hidung karna tidak tahan.
Kemudian barang-barang tadi di masukannya kedalam sebuah peti kayu
Dengan darah yang masih menetes.
Mbah pancaka pun selesai merapal mantra Dia terdiam sejenak.
"mereka sangat senang dengan apa yang aku berikan." ucap mbah pancaka sambil tersenyum menyeringai.
"mereka?" tanya anggun yang belum mengerti.
Mbah pancaka hanya mengangguk.
Anggun pun mengerti yang maksud dari mereka adalah mahkluk yang di undang mbah pancaka tersebut.
"sekarang kamu boleh pulang nak. Semua darah keturunan rini. Akan habis sebelum bulan purnama besok." ucap mbah pancaka.
Anggun pun pulang. Sebelum pulang anggun sempat memberikan uang sedikit. Meskipun mbah pancaka sudah mengatakan tidak perlu. Namun anggun tetap memberikannya sebagai ucapan terimakasih.

Anggun pun melangkah dari rumah mbah pancaka menuju sepeda motor. Entah kenapa,
Anggun merasa di ikuti, sesekali dia memengang lehernya karna bulu kuduknya terasa berdiri.
Sesampainya di motor. Anggun pun langsung melaju menuju rumahnya.
Terlihat ibunya ada duduk di ruang tamu namun dengan tatapan berbeda tidak seperti biasanya. Anggun sudah biasa
Tidak menghiraukan orang tuanya itu. Dia pun langsung menuju kamar dan berbaring. Tanpa sadar, dia pun tertidur.

Didalam mimpi dia bertemu dengan seseorang yang berlumuran darah dan orang itu sangat ia kenali. Orang itu adalah ayahnya sendiri. Anggun pun mendekat.
"ayahhh.. Ayah.. " ucap anggun sambil berlari mendekat.
Semakin dekat anggun melihat ayahnya seperti sedang memegang sesuatu.
Ayahnya memegang rambut yang terurai panjang dengan warna sedikit keputihan. Terlihat ibunya anggun tengah terkapar dengan rambut yang di tarik ayahnya
Sendiri.
Anggun pun melihat itu.
Ketika anggun memanggil ayahnya,
Ayahnya pun menoleh masih dengan wajah yang berlumuran darah.
"selama ini penyebab kematian ayah bukanlah ibumu nak. Itu karena kesalahan ayah sendiri yang di bunuh seorang laki-laki karna telah selingkuh dengan
Istrinya" ucap ayahnya sambil menangis.
Anggun terkejut mendengar itu. Namun tiba-tiba ayah anggun berteriak dengan suara yang berubah terdengar sangat berat.
"wahahaha ini kan yang kau mau" ucapnya sambil menarik rambut ibunya kemudian membantingnya kuat-kuat.
Anggun pun berteriak.
"hentikannn....."
*degg..*
Seketika anggun terbangun dari mimpinya.
Wajah dan tubuhnya penuh keringat sehingga sprei tidurnya pun basah.
Dilihatnya jam 6 sore dan akan memasuki magrib.
Dia pun keluar kamar.
Terlihat tv pun masih hidup bekas ibunya nonton.
"heduhh.. Kebiasaan nih orang tua kalo habis nonton gak di matiin" ucap anggun yang mengomel sambil mematikan tv.
Dilihatnya kamar ibunya sedang tertutup.
Anggun pun kekamar mandi bermaksud ingin membersihkan diri.
Karna dia sudah terbiasa cuek terhadap ibunya lantas
Dia pun tidak begitu menghiraukan mimpinya tersebut.
Dia berfikir jika ibunya sedang tidur dengan kondisi kamar yang tertutup itu.
Sesampainya di kamar mandi, terdengar percikan air shower.
Dengan mengucek-ngucek mata, anggun pun berteriak pelan.
"aduhh bukk.. Cepetan mandinya lama bener dah.." bentak anggun.
Seketika suara shower air tersebut berhenti.
Anggun terdiam.. Cukup lama matanya melihat-lihat ke arah dalam kamar mandi dengan pintu yang terbuat cari kaca buram tersebut. Terlihat seperti memang ada bayangan orang
Di dalam kamar mandi.
Buk.. Buk.." ucap anggun memangil sambil mendekat pintu kamar mandi tersebut.
Ketika di dorongnya pintu tersebut. Tidak ada sesiapapun di dalam.

"anehh" batin anggun.
Anggun pun mencoba menepis semua hal aneh yang telah terjadi.
Dia menghidupkan keran lalu membasuh muka secara perlahan.
Dia pun mandi dan tidak ada hal aneh apapun terjadi. namun ketika dia sedang keramas, terdengar suara bayi menangis.
"ooeekkk.. Ooeekk.."
Sangat pelan namun terdengar jelas di telinga anggun. Bulu kuduknya pun mulai berdiri. Anggun pun berusaha mencari-cari sumber suara dengan mendekatkan telinganya di setiap sudut ruangan. Dan suara itu terdengar jelas di dalam klosed duduk.
Tangannya mulai gemetar. Dia pun memberanikan diri membuka tutup klosed duduknya tersebut.
Ketika dia buka betapa terkejutnya dia melihat segumpalan daging bermandikan darah yang berbentuk seperti bayi yang belum sempurna.
Anggun pun terperanjat respon langsung berteriak.
Dia pun beringsut mundur menjauhi kamar mandi menutup pintu dan langsung lari kekamarnya.

"sialan.. Apa-apaan ini.. kenapa ini terjadi.. Apa ada kaitannya denganku." batin anggun yang merasa janggal dengan apa yang dia alami.
Dia pun memutuskan besok akan menemui mbah pancaka menanyakan perihal ini.

...
Malam itu hendro pulang agak telat seperti biasa karena dia mampir ke tempat temannya hanya untuk sekedar melepas lelah dengan meminum bir.
Tepat jam 10 malam sepeda motor hendro pun melaju di jalanan
Yang terlihat sangat sepi. Dia pun melewati gang yang biasanya menembus gang rumahnya. Bisa di bilang jalan tercepat menuju rumahnya.
Ketika dia memasuki gang tersebut terlihat seorang wanita tengah duduk dengan posisi membelakangi jalan. Dia mengenali wanita itu,
"anggun..? Apa yang di lakukan wanita itu malam-malam begini" batinnya.
Dia pun berhenti.
"apa yang kau lakukan disini?" tanya hendro sambil mendekatinya.
Namun anggun yang di lihat itu tidak menjawab apapun. Dia bahkan tidak menoleh dan masih tetap saja membelakangi hendro
Dengan kepala tertunduk.
Tangisan kecil mulai terdengar ditelinga hendro.

"heyy.. Kamu. Kenapa...?"
Ucap hendro sambil memegang pundak anggun.
Ketika anggun menoleh betapa terkejutnya hendro melihat wajah anggun yang hancur serta penuh dengan bercak darah.
"aaaa". Teriak hendro sambil membuangkan mukanya dan menutupi dengan tangan.
Ketika dia kembali melihat anggun sudah tidak ada.

"apa mungkin hanya halusinasi ku saja." batin hendro.
Lama dia terdiam kemudian dia pun kembali menuju sepeda motor dan langsung pulang kerumahnya.
Malam itu suasana rumah terasa begitu lain bagi hendro.
Entah hanya perasaannya atau memang mungkin karena jam sudah terlalu larut.

Hendro pun memarkirkan motornya di tempat biasa.
Bajunya terlihat basah karena berkeringat. Masih teringat di benaknya bagaimana wajah anggun
Yang dilihatnya waktu itu yang hancur dan sangat mengerikan.

"kok panas ya. Atau aku mandi dulu lah sebelum tidur" ucapnya sendirian.
Dia pun melangkah kekamar mandi. Dengan tubuh telanjang dada.
Rambutnya yang gondrong pun di lepaskan ikatannya.
Ketika hendro membasahi rambutnya dengan guyuran air. Rambutnya pun terasa sangat gatal. Di ambilnya sabun lalu di gosokannya. Rasa gatal itu pun berkurang namun perlahan rambutnya mulai rontok.
"ahhh kenapa ini" ucap hendro yang masih menggaruk kepalanya.
Terlihat rambutnya
Yang tebal pun menjadi menipis sehingga kulit kepala kelihatan meski masih panjang.
Dia pun menyudahi mandinya.
Ketika dia keluar melangkah dari kamar mandi.
Dia melihat anaknya kiki sedang tertawa sendirian.
Layaknya seperti anak-anak bermain kiki tertawa.
"nak.. Kamu kenapa.? Udah malam ini. Ayo cepetan tidur"
Ucap hendro yang menghampiri kiki.
"kiki lagi main pa. Sama dedek kecil." ucap kiki yang masih asik bermain.

Hendro pun merasa aneh.
" nihh kenalin papanya kiki..
Apa.. Itu papa kamu juga. Iya iya kalo begitu kita saudara
Ya." ucap kiki berbicara sendirian.

Tak tahan mendengarnya, hendro pun menarik paksa kiki masuk ke kamar.
"ayo cepatt" bentak hendro yang tiba-tiba marah.
Kiki pun menangis.
Mendengar tangisan kiki rini pun terbangun dari tidurnya.
Dilihatnya hendro dan kiki tengah berada
Di depan pintu kamar.
"ada apa mas.?
Loh kiki.. Kmu kenapa nak?"
Ucap rini yang terkejut.

"ini.. Anak kamu udah gila. Bisa bicara sendirian" ucap hendro yang masih marah.
Kiki yang masih menangis lantas berontak melepaskan genggaman tangan hendro dan langsung mendekat ke rini.
Rini pun memeluknya.

"ada apa nak kamu kenapa keluar kamar" tanya rini kepada kiki.

Sambil sesenggukan menangis kiki mengatakan.
"tadi ada dedek kecik ngajakin kiki main. Terus.."
Belum sempat kiki mengatakan. Raut wajah hendro sudah berubah. Dan seketika tangannya ingin
Menampar kiki namun di tahan oleh rini.
"mass.. Sudah cukupp.." ucap rini dengan tegas.
Rini pun langsung membawa kiki kekamarnya dan meninggalkan hendro sendirian di kamar.
Tanpa sepatah kata keluar dari mulut rini dia pun langsung melangkah keluar.
Rini yang biasanya sangat menghormati suaminya kini berubah melihat perlakuan hendro yang tidak biasanya bisa bermain kasar dengan anaknya itu.

Malam itu hendro tidur sendirian di kamar.
Tidurnya malam itu terasa sangat tidak nyaman. Beberapa kali dia sering terbangun dan
Merasakan seperti ada sesuatu yang mengawasinya.

Di kamar kiki.
Rini kembali menanyakan perihal kenapa dia bisa keluar kamarnya.
Kiki pun menjelaskan kepada rini.
Namun ketika kiki mengatakan jika dedek kecil yang di maksud kiki tersebut mengajaknya pergi rini terkejut. Lantas
Langsung memeluk kiki.
Rini tau jika itu adalah makhluk lain yang berusaha membawa anaknya.

"aku harus membawa kiki kerumah pakde" batin rini.
Rini pun kembali menidurkan anaknya itu.
Pagi harinya rini terbangun kesiangan,
dilihatnya kiki masih ada di dekapannya. Rini pun melangkah keluar kamar kiki.
Pintu kamar hendro pun terbuka ketika dia melihat kedalam hendro sudah tidak ada di kamar.
"hmm mas hendro pasti marah. Sampai-sampai dia tidak membangunkanku."
Ucap rini.
Dilihatnya jam sudah hampir jam 9.
Rini pun membangunkan kiki untuk mengajaknya segera mamasak dan mengantarkan makanan ke toko roti hendro.

Sikap kiki terlihat tidak biasa. Sering kali kiki tatapannya seperti kosong dan tidak bersemangat.
Rini pun mempercepat masaknya dia berfikir harus segera membawa anaknya itu kerumah pak de nya.

Hingga ketika rini sudah hampir selesai memasak kuah kaldu hanya tinggal menunggu air kaldunya mendidih rini pun meninggalkan dapur sebentar untuk kekamar mandi.
Dia meninggalkan kiki sendirian di dapur.
Tak lama rini pun kembali lagi kedapur. Betapa terkejutnya melihat kiki yang berlajan tertatih mendekati kaldu itu.
Rini pun berteriak..
Dengan cepat rini berlari ingin menangkap kiki.
Baru saja tangan kiki ingin meraih kaldu itu
Langsung di tahan oleh rini dan langsung mengendong kiki menjauh dari kompor tempat kaldu itu di masak.
"heyy.. Kamu kenapa nak" ucap rini yang cemas.
"itu ma. Dedek kecil ngajakin main" ucap kiki dengan tatapan kosong.

Rini pun bergegas mematikan kompor tadi. Dan langsung
Mengganti pakaiannya.
"ayo nak kita harus kerumah mbah de kamu." ucap rini yang buru-buru.
Dia begitu takut jika kiki kenapa-kenapa jika tidak di tangani sekarang.
Makanan yang seharusnya dia bawa untuk hendro tidak lagi dia hiraukan. Dia begitu memikirkan anaknya itu.
Rini pun berjalan melewati gang. Hingga sampai di tepi jalan dia menunggu taksi atau angkot yang lewat.
Taksi pun melaju ke arah yang telah di tentukan oleh rini.

Sesampainya di rumah pakde nya rini,
*tokk tok tokk*
Bunyi suara ketukan pintu.
Terlihat seorang wanita paruh baya
Membukakan pintu.
"eh ada nak rini. Sama kiki." ucap wanita itu
Rini pun langsung menyalami tangan wanita itu. Dan di persilahkan masuk olehnya.

"pakde kemana ya bukde?
"pakde mu lagi ada urusan.. Malam mungkin baru pulang. Ada apa nak" ucap bukde.
"ini loh bukde.. Kiki di ganguin jin" ucap rini.
Bukde pun terkejut.

"hmm kok bisa nak.? Pantesan bukde liat dari tadi kiki tidak seperti biasanya. "
" ya gak tau juga bukde." ucap rini.

"ya sudah.. Disini saja. Tungguin bentar pakdemu"
Motor melaju sekencang-kencangnya.
Anggun sudah tidak tahan dengan macam-macam gangguan yang di alaminya.
Dia pun melaju kerumah mbah pancaka.
Dengan menggunakan helm kaca gelap yang biasa dia pakai.
ketika anggun melaju di depan terlihat dua mobil truk yang sedang berlainan arah tengah melaju.

Tanpa sadar, anggun yang melaju tidak menyadarinya.
Sampai terdengar suara teriakan..

*aaaaaa*..
...

Hari pun mulai petang pakde rini tak kunjung juga datang. Tingkah kiki mulai aneh. Tubuhnya sesekali terlihat kejang-kejang dengan mata melotot.
Rini menangis melihat kondisi anaknya yang seperti itu.

"bukde.. Tolong.. Lihat kondisi kiki" ucap rini sambil menangis
Bukde sigap menyuruh membawa kiki ke kamar.
Kemudian bukde membawa 4 kain selimut.
"ikat kedua kaki dan tangannya."
Ucap bukde.

Rini terdiam..

"cepat nak rini.."
"saya tidak tega bukde" ucap rini yang masih menangis.
"hanya sampai menunggu pakdemu pulang" ucap bukde sambil mengikat kiki.
Dengan berderai air mata rini pun mengikat kiki.

Kiki pun telah di ikat. Dia mulai brontak namun kaki dan tangannya telah terikat.
Tak lama mulut kiki mengeluarkan darah akibat lidah yng sengaja di gigitnya
Melihat itu rini pun memeluk kiki untuk kiki berhenti mengigit lidahnya sendiri.
Tangis rini dari tadi pecah.
Hingga malam tiba,

"assalamualaikum"

Terdengar suara dari luar pintu.
Bukde pun langsung berlari dan membukakan pintu.
"pak.. Cepetan pak.. Kiki pak.. Kiki." ucap bukde dengan gelagat tak karuan.

Pakde seolah mengerti dan langsung berlari menuju kamar.
Terlihat rini yang masih saja menangis dan memeluk kiki.

"pakde.. Tolong.. Tolong anak saya."
Pakde hanya diam kemudian pakde memegang kepala
Kiki.
Diam memejamkan mata. Dengan raut wajah yang berubah seperti marah pakde seperti menyentak sesuatu dari rambut kiki dan seketika kiki tak sadarkan diri.

Terlihat pakde pun berkeringat.
Dia mengatur napasnya.
"suamimu dimana?"
Itulah yang pertama kali pakde tanyakan kepada rini.

"dari pagi dia pergi kerja pakde. Saya bahkan belum ketemu dia."

"semua yang punya sangkutan darah dengan suamimu dalam bahaya terutama suamimu. Aku harus segera pergi. Tolong jaga anakmu selagi aku pegi"
Ucap pakde.
Kemudian pakde pun pergi dengan membawa tongkat yang panjangnya setengah meter.

Malam itu pakde pun pergi entah kemana menggunakan sepeda motornya.

Ketika di perjalanan yang cukup lumayan jauh pakde melihat orang ramai dengan dua mobil truk di tepian jalan.
Terlilhat salah satu ban mobil truk itu bersimbah darah dan di sisi pinggir jalan lainnya terlihat motor matic terbelah dua.
Pakde tidak mengenali motor itu karna kondisi motor yang sudah hancur.
Dia pun kembali melaju. Hingga di bagian pelosok.
Tak lama dia pun berhenti
Di tepian jalan yang sangat gelap yang di tepinya adalah semak belukar.
Dengan membawa tongkat dan tanpa penerangan. Pakde pun memejamkan mata.
*deg.*
Sikap pakde seketika berubah seperti lebih berwibawa dengan memegang tongkat seperti yang di lakukan petinggi negara
Ketika menghadiri upacara penting.
Pakde pun memasuki hutan. Melangkah dengan jalan yang penuh wibawa.
Tak jauh terlihat di depan ada pohon beringin yang sangat besar. Pakde terhenti.
Entah berkomunikasi dengan siapa dia menundukan kepala seperti memberi hormat.
"mohon maaf jika mengganggu pestanya.. Boleh saya meminta sedikit makanannya"
Suara terdengar dari mulut pakde dengan sangat berat namun tidak tau dia berkomunikasi dengan siapa.

"hmm begitu.. Jika saya tidak boleh meminta. Kalo begitu tolong. Saya meminta satu nyawa saja."
Beberapa kali pakde mengangguk. Kemudian pakde melangkah mendekat ke pohon beringin itu. Lalu di bawah pohon beringin terlihat ada sebuah peti kayu pakde pun mengambilnya.

"terimakasih.. Sebelumnya saya,mohon maaf telah mengganggu."

Setelah itu pakde pun melangkah lagi keluar
Hutan. Hingga sampai di motor yang di parkirkannya tadi. Dia kembali sadar.
Wajahnya berubah pucat dengan keringat di keningnya.
Kemudian pakde pun kembali pulang dengan membawa peti itu kerumahnya.

Dengan cepat pakde masuk kerumah dan langsung menuju kebelakang rumah.
Bukde yang melihat itu pun langsung mengikutinya.
"peti apa itu pak" ucap bukde.

"sudah.. Skrng cepat kamu nyalakan api."

Pakde pun membuka peti tadi. Terlihat sebuah tulang kaki kerbau yang diikat dengan usus. Baunya sangat busuk hingga pakde hampir tidak tahan.
Di bukanya perlahan usus itu lilitannya lalu di lilitan itu ada sebuah boneka jerami yang terikat bersama foto pernikahan rini dan hendro bersama keluarga hendro.
Lalu terselip seperti rambut yang terlilit bersama usus itu. Perlahan semuanya pakde pisahkan dan di bakarnya
Satu persatu kecuali fotonya.
Setelah semua sudah selesai pakde dan bukde pun kembali kekamar.

"gimana pak.. Sudah selesai.? Tanya rini . Terlihat matanya sudah bengkak akibat terus menangis.
"nyawa kiki selamat.. Tapi.."

"Tapi kenapa pak.?"

Pakde de seperti sangat berat
Ingin mengatakannya.

"suami kamu sudah meninggal"

*degg.*
Bagai disambar peti rini sangat shock mendengarnya. Dia kembali menangis sejadi-jadinya.
"entah siapa yang melakukan suami telah terkena santet yang menghabiskan semua keturunan darah suamimu dengan rambut dari
Suami pun sebagai sampelnya. Sangat mengerikan tidak tanggung-tanggung penyantet itu memberikan satu keturunan darah kepada kerajaan yang sangat kuat sampai datuk pun tidak sanggup untuk melawan. Untungnya nyawa anakmu bisa di negosiasi dengan cara baik-baik"
Rini bingung harus sedih atau senang. Namun dia tetap masih saja menangis.

Ternyata waktu itu rambut yang di ambil anggun saat dia masuk kekamar mandi rumah rini itu adalah rambut hendro yang sering rontok dan tertinggal di sisir.
Hingga keesokan harinya.
Pakde, bukde dan rini
Pun pulang kerumah rini.
Terlihat polisi sudah berada di depan rumahnya sambil mengetuk-ngetuk pintu rumahnya.

"maaf pak. Mau cari siapa ya?" ucap rini yang menghampiri polisi itu.

"Maaf apa benar ini rumahnya bapak hendro.?"

"ya benar.. Saya istrinya." ucap rini.
"saya ingin memberitahukan jika salah satu keluarga pak hendro mengalami kecelakaan. Setelah mengumpulkan beberapa barang di TKP. Korban kecelakaan itu bernama anggun yang beralamat di jalan *****. Beberapa kali kami mengetuk pintunya tidak terdengar ada orang. Dengan kondisi
Pintu sedang tidak terkunci. Kami memeriksa dan menemukan mayat wanita paruh baya tergantung di kamar."

Lagi-lagi rini menangis. Bukde pun memeluknya untuk menenangkan.

"dan sekarang kami mau bertanya dimana keberadaan bapak hendro karna beberapa hari lalu ada saksi mata
Mengatakan saudari anggun sempat bertengkar dengan pak hendro."

Sambil menangis rini mengatakan tidak mengetahui keberadaan suaminya sekarang. Dia hanya mengatakan pagi itu ketika dia bangun hendro sudah tidak ada dikamar dan kemungkin pergi ke toko roti miliknya.
Polisi pun bergerak menuju toko roti tersebut. Diikuti rini dan yang lainnya.
Dengan pintu yang tidak terkunci polisi masuk dan melihat hendro sudah tidak bernyawa dengan kepala yang masuk ke pemanggang roti wajahnya mengelupas akibat terpanggang.
Semua merasa bingung dengan kejadian ini. Kemudian polisi membawa rini ke kantor untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Tamat....
Itulah sisi gelap dari kejamnya sebuah santet. Dapat merugikan beberapa pihak.
Janganlah sesekali menghalalkan segala cara hanya karena nafsu ingin memiliki yang memang sudah,bukan takdir..

Sekian.. Selamat malam..
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Kang_Cerita(H)

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!