Aku Ardi, karyawan swasta yang berkantor di Jakarta.
Pada pertengahan tahun 2017, bersama dua teman, aku berlibur di satu hotel besar di kawasan wisata pantai Anyer.
Sepintas, aku melihat bangunannya cukup megah dan besar, desainnya bergaya klasik eropa.
***
Sungguh tempat yang sangat pas untuk berlibur, menyenangkan dan menenangkan.
“Kok sepi ya Dan, padahal ini kan udah wiken.” Begitu tanyaku ke Wildan yang sedang duduk bersandar melepas lelah.
“Lah iya ya, pada ke mana orang-orang..” Wildan menjawab dengan pertanyaan.
Atau mungkin sudah terlalu malam? Ah mungkin itu jawabannya.
“Udah, yuk ke kamar dulu. Di lantai lima, tower Nakuli” Begitu jawab Vira.
Sepertinya tempat yang besar dan akan menyenangkan buat kami tinggal.
Gw dan Vira mengiyakan, setuju dengan usul Wildan.
“Kok sepi banget ya mas, apa biasanya emang begini? Kan ini wiken.” Begitu Tanyaku ke mas room boy yang masih dengan semangat menemani.
Nyaris di ujung lorong, hanya berjarak satu kamar dari ujung gedung.
Setelah pintu dibuka, kami dipersilakan masuk.
Nyaman, kamar hotel ini sangat nyaman.
Mas room boy lalu menjelaskan detail kamar ini, setelah itu dia pamit untuk pergi.
"Terima kasih mas" Ucapku sambil mengantar dia ke pintu.
Cukup lama kami berposisi seperti itu..
"Siapa sih berisik banget di depan kamar." Begitu gumamku dalam hati.
Tapi anehnya, ketika sedikit lagi sampai pintu, aku mendengar kalau langkah-langkah kaki itu pergi menjauh dari depan kamar.
Gak ada siapa-siapa, depan pintu kamar kosong.
Melongokkan kepala, lalu aku menoleh ke kiri. Sama juga, kosong, gak ada siapa-siapa, hanya terlihat dua pintu kamar lain yang dalam keadaan tertutup.
Awalnya gak menaruh perhatian, karena tempat aku berdiri sangat jauh dari lift,
Lift? ada apa dengan lift?
Iya, ada sesuatu di depan lift.
Dari tempatku melihatnya, dia berdiri menyamping, menghadap lift.
Sementara dia masih diam berdiri menghadap lift.
Gak lama, aku masuk ke kamar lagi dan menutup pintu.
Beberapa detik kemudian aku membuka pintu sekali lagi, lalu melongokkan kepala untuk melihat lift.
"Ah, mungkin dia sudah masuk lift," Gumamku dalam hati.
"Tadi ada anak kecil lari-larian depan kamar, berisik banget." Jawabku.
"Ah, gw gak denger apa-apa." Lanjut Wildan.
"Iya, udah masuk lift,"
Aku menutup percakapan.
***
Vira yang sudah selesai mandi dan kelihatan cantik mengajak kami untuk langsung menuju café di lantai bawah.
Sementara Wildan masih berada di toilet.
“Bener ya. Lo harus nyusul. Masa iya liburan lo malah tidur cepet, gak asik ah.” Begitu kata Vira sambil memainkan ujung rambutnya.
Mengikuti saranku tadi, akhirnya mereka berdua berangkat duluan ke café. Meninggalkan aku sendirian di dalam kamar yang besar ini.
***
Selesai mandi, aku berpakaian agar segera langsung bisa menyusul Vira dan Wildan.
Sekali lagi aku mendengar langkah kaki, suara langkah kaki yang pola dan hentakannya sama dengan yang aku dengar pertama kali tadi.
Ya sudah, sekalian keluar untuk ke lantai bawah, aku akan melihat dan menegur anak itu supaya jangan berlarian di lorong tengah malam begini, suaranya sangat mengganggu.
***
Entah ke mana anak itu berlari, hanya hitungan detik sudah gak kelihatan lagi.
Jujur aja, nyaliku agak sedikit berguncang melihat lorong panjang ini, disamping remang dan juga sepi, gak ada orang sama sekali.
Lantai lima ini benar-benar sepi, jangan-jangan hanya kami yang menginap, sementara kamar lainnya kosong, begitu tebakan dalam pikiranku.
Ternyata kosong, gak ada orang sama sekali.
“Ah mungkin suara dari dalam kamar.” Ucapku membesarkan hati.
Tapi tiba-tiba suara langkah kaki itu muncul lagi, suaranya sangat dekat, terdengar sepeti hanya beberapa langkah saja di belakang.
Reflek, aku langsung menoleh ke balakang..
***
Di titik ini aku mulai gak tenang, mulai berpikiran macam-macam.
Aku yakin kalau gak sedang berhalusinasi, aku mendengar dengan jelas suara langkah kaki itu, aku yakin.
Akhirnya lift sampai, kemudian pintunya terbuka.
Benar dugaanku, lift dalam keadaan kosong.
Lalu menekan tombol lantai dasar, kemudian pintu perlahan tertutup.
“Oh mungkin ada tamu di lantai atas yang juga pingin turun.” Aku menenangkan diri sendiri.
Benar, lift bergerak ke atas, menuju lantai atas.
Lift belum juga berhenti, bergerak pelan terus ke atas. Aku semakin gelisah, mau sampai lantai berapa ini kira-kira?
Akhirnya lift berhenti, di lantai 10.
Kemudian pintu terbuka perlahan.
Aku hanya diam menunggu sampai pintu benar-benar terbuka..
***
Aku buru-buru menekan tombol menutup pintu karena menurutku di luar gak ada orang sama sekali, kosong, sepi, dan gelap.
Sepi..
Ada suara langkah kaki lagi,
Sekali lagi aku melongokan kepala, lalu menoleh ke kanan.
Yang menakutkan, walaupun gak ada siapa-siapa, tapi langkah kaki itu masih terdengar, malah kedengarannya semakin mendekat, makin dekat ke lift!
Kira-kira seperti itu bunyinya..
Tapi sebelum tertutup penuh, aku masih mendengar suara langkah kaki itu, yang semakin dekat dan mendekat, sampai akhirnya langkahnya berhenti,
Sepertinya berhenti tepat di depan pintu lift.
Lift bergerak turun perlahan, sedikit lega aku melihat pergerakannya. Semoga kali ini akan berhenti di lantai yang benar, lantai dasar.
***
Iya, ada yang tertawa cekikikan dari dalam lift..
Ternyata aku gak sendirian..
***
Suara tawa cekikikan semakin jelas terdengar, sampai akhirnya aku yakin kalau ini adalah suara tawa dari seorang anak kecil.
Anak kecil ini sepertinya sedang berdiri persis di belakangku..
Dari pantulan pintu lift yang seperti cermin, aku melihat semuanya.
Aku yakin ini adalah anak perempuan yang sama.
Pandanganku seperti terpaku, terus menatap wajah pucatnya. Aku terus memandang matanya yang memiliki lingkar hitam di sekeliling. Sungguh sangat mengerikan..
Semakin lemas tubuhku terbelenggu kengerian.
Pintu terbuka perlahan.
Ketika sudah terbuka penuh, aku masih diam dalam ketakutan, nyaris menangis ketika melihat kalau di luar ternyata keadaanya gelap juga, sangat gelap malah.
Kemudian ia tersenyum dengan wajah pucatnya sambil melambaikan tangan..
Gak ada kendala, pintu akhirnya menutup perlahan.
Sementara dalam prosesnya, aku melihat anak itu masih berdiri tersenyum, tetap melambaikan tangannya.
Lalu lift bergerak ke atas, menuju lantai dasar.
***
Balik lagi ke gw ya, Brii.
Setelah baca cerita ini, tolong jangan langsung berniat untuk berlibur di tempat yang sama, jangan ya, tahan diri sampai pendemi Covid-19 ini benar-benar selesai.
Met bobo, semoga mimpi indah,
Salam
~Brii~