My Authors
Read all threads
Hai,🙂

Gw punya teman yang kerja di salah satu hotel besar di kawasan Anyer, Banten.

Malam ini dia akan menceritakan dua dari banyak pengalaman seram yang pernah dialami selama bekerja di tempat itu.

Beliau sendiri yang akan cerita langsung di sini, di BriiStory.

***
Sekali lagi aku mendengarnya, suara troli pengangkut makanan yang sepertinya berjalan perlahan, menyusuri lorong kosong di antara pintu-pintu kamar.
Rodanya berputar bergesekan dengan lantai keramik kusam, menghasilkan suara khas yang gak terlalu keras namun tetap saja tedengar jelas.
Seperti kejadian-kejadian sebelumnya, aku hanya diam mematung gak berbuat apa-apa, menunggu di dalam salah satu kamar dengan pintunya yang terbuka lebar, membuatku dapat melihat dengan jelas lorong depan.
Kenapa aku hanya diam? Mematung ketakutan dan hanya terus memperhatikan lorong panjang remang itu?
Toh itu hanya troli makanan yang mungkin sedang didorong oleh salah satu rekan kerja, kenapa harus takut?
Ketakutanku beralasan..
Di tower ini, tower Nakuma, beberapa kali aku melihat troli makanan berjalan menyusuri lorong kamar, menjadi menakutkan karena ternyata troli itu berjalan sendiri tanpa ada orang yang mendorongnya!

Troli itu bergerak sendiri..
Sama dengan malam ini, sudah nyaris jam sepuluh, ketika aku sedang bertugas untuk membereskan kamar-kamar yang baru saja sore tadi ditinggalkan oleh penyewanya.
Seperti yang ku bilang tadi, dari dalam kamar aku hanya diam memperhatikan lorong, mendengar dengan seksama suara troli yang kedengarannya semakin lama semakin dekat ke pintu kamar, tempat di mana aku berada.
Rrrrrrr, rrr, rrrrrrrrr..

Kira-kira seperti itu suaranya,
Trolinya semakin dekat dan terus mendekat, membuat jantungku berdetak cepat.

Rrrrrrrr, rrrrrrrr,rrrrrr…
Sampai akhirnya troli itu muncul di depan pintu, tapi masih sebagian, aku baru dapat melihat bagian depannya saja, muncul dari arah kanan.

Pada detik itu aku belum bisa melihat apakah troli berjalan sendiri atau ada orang yang mendorongnya.

Rrrr..rrrrrrr..rrrrr.
Namun, ketika baru sebagian terlihat, tiba-tiba troli itu berhenti, berhenti tepat di depan pintu kamar.
“Man?” Aku memberanikan diri untuk memanggil Rahman, salah satu rekan kerja yang sama-sama bertugas malam itu, aku berharap dia yang sedang mendorong troli. Namun gak ada jawaban..
Beberapa belas detik berlalu, suasana sangat hening.

Aku menahan nafas, diam gak bersuara, karena sepertinya bukan Rahman yang sedang di depan kamar..
Sementara troli tetap diam di depan pintu.
Tiba-tiba, “Rrrrrrrrr, rrrrrrrr”

Troli berjalan kembali, perlahan bergerak ke arah kiri..

Beberapa detik kemudian barulah aku dapat melihat troli itu secara utuh.

Gak ada Rahman di belakangnya.
Benar dugaanku, troli memang berjalan sendiri tanpa ada yang mendorongnya, bergerak perlahan menyusuri lorong kamar.

Troli-nya berjalan sendiri, bergerak sendiri..

***
Perkenalkan, aku Tono, pemuda tampan kelahiran Semarang hehe, umurku 29 tahun, bekerja sebagai karyawan di salah satu hotel besar di daerah wisata Anyer.

Sudah lima tahun lebih aku bekerja di tempat ini.
Hotel yang cukup tua, berdiri di awal 1990-an.

Seperti yang aku bilang tadi, hotel tempatku bekerja ini memang termasuk hotel besar, memiliki empat tower yang berdiri kokoh di dalam satu wilayah, setiap tower memiliki puluhan kamar dan apartemen untuk disewakan.
Hotel juga memiliki fasilitas lengkap, ada kolam renang, fitness center, café and lounge, dan banyak lagi, pokoknya lengkap.

Berdiri persis di pinggir pantai landai berpasir putih, pantai nyaris tanpa karang.
Pokoknya kalau teman-teman sudah pernah tamasya ke Anyer, hampir pasti melewati hotel ini, karena gedungnya menjulang tinggi tepat di sisi jalan utama.

Tapi ya itu tadi, namanya juga hotel yang sudah tergolong tua, gedungnya ya sudah tua juga.
Seperti gedung-gedung tua pada umumnya, hotel ini juga banyak memunculkan cerita-cerita seram di dalamnya.

Kami sadar, banyak bagian hotel memang sudah harus direnovasi, salah satunya lampu-lampu banyak yang mati, menjadikan suasana menjadi remang gelap saat malam tiba.
Kami juga banyak membaca di internet, tentang testimoni dari orang-orang yang pernah menginap di sini, kalau testimoni positif biasanya gak akan terlalu kami perhatikan,
tapi kami akan sangat memperhatikan testimoni-testimoni negatif, coba mencari tahu pengalaman jelek apa yang didapatkan oleh tamu ketika menginap.

Tentu saja, yang paling menarik ketika membaca testimoni dari tamu yang pernah mengalami kejadian seram ketika menginap di sini.
Iya, kejadian seram.

Hotelku ini terkenal cukup horor, banyak cerita seram beredar di luar sana tentang keangkerannya.
Banyak orang memiliki pengalaman seram ketika menginap di sini, lalu mereka menceritakannya kepada teman dan handay tolan, menjadikan hotel ini semakin terkenal sebagai hotel angker.

Hmmmm, begitulah..
Tapi memang gak bisa dipungkiri kalau hotel ini memang benar seram, ditambah dengan struktur dan desain bangunannya yang sudah tua dan cukup creepy.
Aku yang sudah cukup lama bekerja di sini, bersama dengan banyak rekan kerja lainnya, juga sering menemukan dan merasakan kejadian aneh dan janggal, pastinya menyeramkan.

Beberapa dari banyak kejadian seram, akan aku ceritakan di sini, di Briistory.

***
“Ton, tolong periksa kamar 416 Sadewi ya, katanya di bathtub-nya ada darah, serem amat. Tolong segera ke sana ya Ton.”
Jam sebelas, pada suatu malam,

Ketika aku sedang bersantai, tiba-tiba terdengar suara Pak Dewo, supervisorku, di radio pendek yang sedang dalam genggaman, dia menyuruh untuk memeriksa salah satu kamar di tower Sadewi.
“Ok, Pak. Meluncur.” Jawabku menyanggupi.

Ada darah di bathtub? Apa lagi ini?, begitu pikirku dalam hati.
Ini masih di tengah pekan, tamu hotel sepi, hanya segelintir kamar yang terisi.

Aku bergegas menuju kamar yang dimaksud oleh Pak Dewo tadi, cukup jauh jauh perjalanan yang harus ditempuh karena tadi aku sedang berada di kolam renang yang letaknya jauh dari tower Sadewi.
Kamar di lantai empat, letaknya hampir di ujung, sepertinya satu-satunya kamar terisi di blok ini.

Sesampainya di depan pintu, aku mengetuknya.

Gak lama kemudian pintu terbuka, lalu muncul perempuan setengah baya berdiri dengan wajah ketakutan.
“Bathtub ada darahnya mas, coba tolong periksa.” Kata Ibu itu setelah mempersilakan aku masuk.

Kamar yang ibu ini tempati berbentuk seperti apartemen, terdiri dari satu kamar tidur, ruang tengah, kamar mandi besar, dapur, dan juga ada teras yang langsung menghadap laut.
Oh iya, di lingkungan hotel ini juga ada kamar yang berbentuk apartemen dengan bermacam ukuran.

Apartemen-apartemen ini ada yang merupakan kepemilikan pribadi/umum, tapi ada juga yang memang milik pihak hotel.
Nah, ibu ini menginap di salah satu kamar berbentuk apartemen seperti yang sudah aku ceritakan tadi.
“Coba saya periksa dulu ya Bu.” Aku bilang begitu, sementara si ibu duduk di sofa depan tv, gak ikut denganku ke kamar mandi.
Dari pintu utama, aku akan melewati ruang tengah (Utama), dapur, dan kamar tidur, baru kemudian sampai di kamar mandi.
Aku berjalan dengan mantap ke kamar mandi untuk memeriksanya.
Dalam prosesnya, ketika hanya tinggal beberapa langkah lagi sampai kamar mandi, persis di depan pintu kamar tidur, langkahku melambat.

Aku melihat sesuatu..
Dari sudut mata aku melihat ada sesuatu di dalam kamar, secara reflek aku lalu menoleh untuk melihat ada apa gerangan. Bisa melihat langsung ke dalam karena memang pintu dalam keadaan terbuka.
Ternyata, ada satu perempuan lagi sedang berada di dalam kamar, dia berdiri menghadap tv yang dalam keadaan mati.
Perempuan ini lebih muda dari ibu yang pertama aku temui tadi. Berpakaian terusan panjang berwarna gelap.
Badannya bergoyang perlahan ke kanan dan ke kiri, karena ada bayi dalam gendongannya.

Dia sepertinya sedang coba menidurkan bayi tersebut, bayi yang kelihatannya sudah tidur nyenyak karena gak bersuara sama sekali.
“Ah ternyata Ibu tadi gak sendirian.” Begitu pikirku dalam hati.

Kemudian aku melanjutkan langkah menuju kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, aku langsung memeriksanya.

Gak ada keanehan, lampu menyala terang, lantai bersih dan kering, handuk masih terlipat rapih di rak-nya, gak ada yang aneh.

Bathtub terisi air setengahnya, airnya bening dan bersih, sama sekali gak ada darah.
Aku gak menyerah, aku akan terus mencari darah yang ibu itu maksudkan.
Tapi beberapa menit kemudian akhirnya aku menyerah, karena gak menemukan darah sedikit pun.
Setelah selesai, aku bergegas keluar kamar mandi, menuju ruang tengah di mana ibu tadi berada.
Ketika lewat depan kamar tidur sekali lagi, dan melirik ke dalamnya, aku melihat ibu yang sedang menggendong bayi tadi sudah berganti posisi, kali ini dia duduk di pinggir tempat tidur, menghadap pintu kamar.
Beberapa saat lamanya kami bertatapan.

Bersikap sopan, aku menunduk dan tersenyum dengan maksud memberikan gestur permisi. Ibu itu membalas tersenyum.

Kemudian aku melanjutkan langkah..
“Sudah saya periksa bu, kamar mandi bersih, sama sekali gak ada darah di bathtub. Airnya bening dan bersih. Ibu silakan periksa lagi,” Kataku kepada perempuan pertama, ketika aku sudah sampai di ruang tengah.
“Mas, saya tadi mau mandi, bermaksud untuk mengisi bathtub sampai penuh. Tapi tiba-tiba airnya berubah menjadi merah darah, pekat dan berbau, seram. Masak saya bohong sih mas.” Begitu kata Ibu itu dengan suara sedikit meninggi.
“Iya bu, saya sudah memeriksa seluruh sudutnya, sama sekali gak ada darah. Silakan Ibu periksa sekali lagi.” Begitu ucapku lagi.

Lalu dia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, hendak memeriksa keadaannya.
Gak lama, dia kembali.
“Iya ya mas, kok bersih ya, kenapa bisa berubah? Kok aneh.” Dengan mimik keheranan dia menceritakan apa yang dilihatnya di kamar mandi.

“Ya sudah mas, terima kasih. Nanti saya hubungi lagi kalau masih ada masalah.” Begitu kata Ibu itu akhirnya, masih dengan mimik keheranan.
Lalu aku pamit meninggalkan kamar, kembali menuju ruangan tempat aku stand by.
Tapi, sesampainya di ruangan, ketika baru beberapa menit duduk hendak beristirahat, tiba-tiba melalui telpon pak Dewo menyuruh untuk kembali ke kamar yang tadi lagi.
“Ton, kamu yakin tadi meriksana bener?” Tanya Pak Dewo di ujung telpon.

“Bener Pak, gak ada darah sama sekali, kamar mandi bersih.”Jawabku.
“Ibu itu barusan komplen lagi, ada darah lagi di bathtub-nya. Kali ini dia minta pindah unit kamar aja katanya. Kamu ke sana lagi ya, kasih kamar baru aja di lantai tiga. Ambil kuncinya di resepsionis trus antar ibu itu ke kamar barunya.” Begitu kata Pak Dewo panjang lebar.
“Oke Pak, meluncur.” Jawabku mengiyakan.

Ada darah lagi? Aneh, padahal jelas-jelas tadi kamar mandinya bersih ketika aku memeriksanya. Tapi ya sudahlah, bagusnya ibu itu pindah kamar saja.
Singkatnya, setelah mengambil kunci kamar baru, aku lalu berjalan menuju kamar 406 di mana ibu itu berada, untuk memberikan kunci dan mengantarkannya ke unit kamar yang baru.
Sesampainya di kamar 406, sekali lagi aku meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dia alami.
“Ada darah lagi mas, mengucur dari keran ketika saya berendam, merah pekat dan berbau. Ini hotel gimana sih mas, kok bisa kayak gini?” Begitu kata Ibu itu dengan wajah yang nyaris menangis.
“Sekali lagi kami mohon maaf Bu. Mari saya antar ibu ke kamar yang baru.” Begitu jawabku tanpa memberi penjelasan.

Kemudian kami keluar kamar, menuju kamar yang baru di lantai tiga.
Ibu itu hanya berjalan sendirian, sementara aku di belakangnya membawa dua tas besar milik si Ibu.

Tapi, bukannya tadi ada satu perempuan lagi dan bayinya?, dalam hati aku bertanya-tanya.

Ah mungkin mereka sedang berada di luar kamar, begitu kesimpulanku.
Tapi karena rasa penasaran semakin menjadi-jadi, akhirnya aku bertanya.

“Bu, ibu yang satu lagi ke mana ya? Yang tadi di kamar sedang menggendong bayi?” Tanyaku ketika kami sudah berada di depan pintu lift.
“Mas jangan nakutin ya, jangan macem-macem mas. Saya di kamar sendirian sejak siang, suami saya sedang dinas di luar hotel. Tadi gak ada siapa-siapa di kamar selain saya.” Begitu jawaban ibu itu.
“Oh maaf bu, maaf. Mungkin saya salah kamar, karena sebelumnya saya memeriksa beberapa kamar juga.” Begitu jawabku, berbohong.
Berarti siapa yang aku lihat tadi di dalam kamar sedang menggendong bayi?
Lantai empat sudah sangat sepi, di depan lift hanya ada kami berdua.

Kami hanya berdiam diri menunggu pintu lift terbuka. Sangat hening..
Dalam proses menunggu itu, entah mengapa seperti ada yang mengarahkanku untuk memandang jauh ke ujung lorong sebelah kanan, tempat kamar 406 tadi berada.
Lorong remang cenderung gelap karena beberapa lampunya sudah dalam keadaan mati.
Ternyata, di ujung lorong aku melihat sesuatu,

Ada sosok kelihatan namun gak begitu jelas, berdiri diam sambil menggendong bayi.

Sosok yang sepertinya sama dengan yang aku lihat di dalam kamar 406 tadi.
Aku terus memandangnya, lalu dia semakin lama semakin menyeramkan karena tubuhnya mulai bergoyang pelan seperti layaknya ibu yang sedang menidurkan bayinya.
Sementara ibu yang sedang aku antar ini, tetap diam menatap pintu lift.

Pintu lift gak juga kunjung terbuka, membuatku semakin gelisah ketakutan..
Aku semakin ketakutan, ketika melihat sosok yang sedang menggendong bayi itu terlihat mulai bergerak dari tempatnya berdiri, di ujung lorong. Berjalan perlahan mendekati lift, tempat kami sedang berada.
Sosok itu semakin dekat dan semakin mendekat..
Semakin jelas aku melihat bentuk dan wajahnya di dalam remang cahaya lorong antara kamar.

Kemudian dia tersenyum, senyuman yang aku sudah mengenalnya beberapa saat yang lalu.

Sangat mengerikan..
Ting..!!,

Sukurlah, pintu lift akhirnya terbuka.

Buru-buru kami masuk ke dalamnya.
“Mas, antar saya ke lobby aja. Di situ saya akan menunggu suami saya pulang.” Ucap ibu itu di dalam lift.
“Loh, kenapa bu?” Tanyaku penasaran.

“Seram mas, saya gak berani di kamar sendirian. Tadi saya juga melihat perempuan itu, yang sedang berjalan di lorong sambil menggendong bayi. Itu bukan orang mas, itu setan.” Kata ibu itu lagi dengan suara gemetar.
Dalam perjalanan menuju lobby, kami diam tanpa perbincangan, sama-sama ketakutan..

***
Hai, balik lagi ke gw ya, Brii.🙂

Tenang, masih banyak kejadian seram di hotel itu yang akan diceritakan di sini, di Briistory.

Tapi sepertinya cukup sekian dulu untuk malam ini, sampai jumpa lain waktu.
Selamat menunaikan ibadah puasa di Bulan Ramadan yang penuh rahmat ini.

Tetap sehat, tetap jalankan social distancing.

Sekali lagi, selamat berpuasa semuanya.

Salam,
~Brii~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Brii #dirumahaja

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!