Bertha, seorang mahasiswi angkatan 2015 yang berkuliah di Universitas Sriwijaya Palembang, bersama dua temannya berencana untuk melakukan perjalanan darat menuju Jambi.
Ayah dari salah satu teman dekatnya, Dewi, meninggal dunia, mereka berniat untuk melayat ke rumah duka, di kota Jambi itulah tempatnya.
“Iya.” Jawab Rendy pendek dengan mata yang masih terus memperhatikan layar ponselnya.
“Iyaaaaa, aku dengar.”
Perjalanan dari Palembang menuju jambi kira-kira delapan jam, belum ada jalan tol yang menghubungkan, jadi memang harus melalui jalan lintas timur Sumatera.
***
Ayu masih menggendong tasnya ketika menanyakan perihal keberangkatan mereka kepada Bertha.
Panjang lebar Bertha menjelaskan, sambil menunggu Rendy datang ke tempat kost-nya, di daerah Indralaya.
Singkatnya, setelah semuanya siap kemudian mereka berangkat, malakukan perjalanan darat menuju Jambi, menyusuri Jalan lintas Timur Sumatera.
***
“Gak usahlah Ber, aku mau tidur juga ini nanti setelah makan nanti.” Jawab Ayu menolak.
Mereka makan di rumah makan itu, sambil Rendy beristirahat sebentar setelah sudah menempuh tiga jam perjalanan.
***
“Jambi Pak,” Jawab Rendy sambil tersenyum.
“Terima kasih Pak, kami akan terus jalan aja.” Ucap Rendy lagi.
“Ah sudahlah, jam satu kita akan sampai kok. Aku sudah sering kali lewat jalur ini, tenang ajaaa.” Jawab Rendy menenangkan.
“Yakin, sudah tenang aja.” Jawab Rendy tegas.
Setelah selesai makan, mereka segera meninggalkan rumah makan untuk melanjutkan perjalanan.
***
Sementara Bertha terus menatap ke jalan, sambil sesekali membantu Rendy memberi petunjuk navigasi.
Ayu dan Bertha hanya bisa pasrah mengikuti omongan Rendy, padahal mereka cukup cemas melihat sisa bensin pada indikatornya tinggal menyisakan satu bar saja.
***
Beberapa kali Rendy melirik kaca spion mengetahui kalau ternyata Ayu sudah lelap dalam tidurnya. Sedangkan Bertha masih coba bertahan menahan kantuk, dengan terus mengajak Rendy bicara, padahal Rendy tahu kalau Bertha sudah sangat ingin tidur.
“Yakin kamu Ren? Udah hampir dua jam sejak kamu bilang tadi, kita belum juga melihat ada pom bensin.” Kecemasan sudah terdengar di ucapan Bertha.
Sepi..
Cemas mulai melanda pikirannya.
***
Perlahan Rendy mengangkat kakinya dari pedal gas, dengan maksud mengurangi kecepatan. Dia melihat sesuatu di kejauhan, kira-kira 200 meter di depan.
Setelah jarak semakin dekat akhirnya Rendy tahu apakah gerangan yang ada di hadapan.
Rendy terus mendekat, coba memastikan lagi apa yang dia sedang lihat.
Benar, jalan ditutup, gak bisa lewat. Rendy menghentikan kendaraan, memperhatikan sekitar.
Beberapa menit lamanya Rendy berdiam diri di tempat itu, memikirkan sejenak apa yang seharusnya dilakukan.
Langsung menoleh ke sumber suara, Rendy mencari tahu siapa yang baru saja mengetuk kaca pintunya.
Ternyata ada seseorang yang berdiri di luar, berdiri diam memperhatikan..
“Lewat situ saja.” Bapak itu menjawab pelan, sambil tangannya menunjuk ke arah sebelah kanan jalan.
“Mungkin jalan ini yang dimaksud oleh Bapak di rumah makan tadi. Jalan kampung menghindar jalan yang ditutup ini.” Begitu pikir Rendy dalam hati.
Bapak bercaping itu gak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya.
“Terima kasih Pak.” Ucap Rendy, lalu menjalankan kendaraan berbelok ke jalan yang ada di sebelah kanan.
“Siapa sih Bapak itu, serem kali.” Gumam Rendy pelan.
***
Rasa cemas semakin membuncah, memperhatikan jalan yang gak ada tanda-tanda kehidupan apa lagi keramaian.
Semakin bertambah cemas ketika melihat lampu indikator bahan bakar sudah menyala berwarna merah, menandakan kalau bensin sudah benar-benar tiris.
Rasa cemas semakin menjadi-jadi ketika Rendy melihat layar ponselnya, ternyata gak ada sinyal sama sekali, blank spot!
***
Napas Rendy tertahan, detak jantung berhenti sejenak, ketika tiba-tiba lampu mobilnya meredup..
Tanda-tanda..
Yang sangat ditakutkan terjadi, mesin mobil mati total, kehabisan bahan bakar.
Akhirnya, tiga sahabat ini terdampar di tengah daerah seram yang entah apa namanya, entah di mana letak pastinya..
***
Gak ada yang bisa dilakukan, keluar dari kendaraan bukan pilihan, karena sama sekali gak tahu arah tujuan. Berdiam diri di dalam kendaraan menjadi opsi satu-satunya.
Di tengah-tengah kegelisahan, tiba-tiba Rendy menyadari sesuatu..
Rendy sadar kalau ada perubahan di sekitar..
Hening..
Mencekam..
***
Sampai akhirnya ada sesuatu..
Sesuatu itu bergerak perlahan mendekat..
Memicingkan mata, Rendy coba untuk menajamkan penglihatan, coba memastikan benda apakah itu.
Benda itu berwarna putih, bergerak meloncat-loncat perlahan mendekati kendaraan..
Semakin lama semakin dekat, sampai jaraknya menjadi cukup dekat bagi Rendy untuk melihat jelas di dalam gelap.
Tubur Rendy gemetar, bulu kuduknya merinding semua, Rendy ketakutan..
Sampai akhirnya pocong itu berhenti bergerak, lalu diam, berdiri hanya beberapa meter di depan mobil.
Beberapa belas detik lamanya pocong itu diam memperhatikan, seperti manatap tajam walau sama sekali gak terlihat wajah.
***
Suara Ayu sangat mengagetkan Rendy.
“Gak Bisa Yu, bensinnya habis. Aku kira kamu tidur.” Jawab Rendy.
“Aku sudah bangun sejak mesin mobil ini mati tadi.” Kata Ayu.
“Jadii, kamuu..”
“Coba nyalakan lagi Ren, siapa tau masih ada sisa bensin barang sedikit aja.” Kata Bertha di kegelapan.
Rendy baru tahu kalau ternyata Bertha dan Ayujuga melihat pemandangan seram yang baru saja terjadi.
Sampai akhirnya, beberapa saat kemudian ada sesuatu lagi yang terjadi..
***
Dimulai dengan Ayu yang berbisik pelan, “Ada yang sedang berdiri memperhatikan, di sebelah kanan.” Begitu kata Ayu sambil menangis.
Perlahan Rendy dan Ayu menoleh ke tempat yang Ayu maksud.
Sosok laki-laki mengenakan pakaian hitam-hitam dengan kedua tangan berada di belakang tubuhnya.
Sampai akhirnya, dalam ketakutan yang teramat sangat Bertha membisikkan sesuatu kepada Rendy,
Begitu Bertha bilang..
Benar kata Bertha, Laki-laki itu berdiri tanpa kepala..
Lalu perlahan Rendy mulai memutar kunci kontak.
Ajaib! Mesin mobil menyala, kemudian Rendy langsung menginjak pedal gas lalu meninggalkan tempat itu.
Mereka gak berani lagi melihat ke belakang..
***
Sampai kemudian entah bagaimana caranya, tiba-tiba mereka kembali menemukan jalan utama, jalan lintas Sumatera.
Sungguh pengalaman yang gak akan mereka lupakan selama hidup, di Jalan Lintas Sumatera.
***
Met bobo semoga mimpi indah,
Stay safe and healthy.
Salam,
~Brii~