Tapi belakangan, bangun malam jadi hal yang membuatku paranoid, apa lagi ketika terpaksa harus ke luar kamar.
Aku takut, takut dengan hal ganjil dan menyeramkan yang belakangan selalu terjadi ketika melintasi ruang tengah.
Kebiasaan kami sejak dulu, lampu ruang tengah dan ruang tamu sengaja dimatikan kalau malam hari.
***
Setelah kamar sudah terang benderang, perlahan tanganku meraih gagang pintu, lalu memutarnya.
Banyak alasan untuk merasakan keparnoan ini, alasan yang menjadikan aku jadi merasa takut di rumah sendiri.
Ruang tengah mulai terlihat. Sofa kulit besar berseberangan dengan lemari tv kelihatan pertama kali, di depan sofa ada meja marmer.
Satu langkah,
Dua langkah,
Tiga langkah,
Gak terjadi apa-apa..
Tapi akhirnya aku mempercepat langkah-langkah berikutnya, supaya lekas sampai toilet.
Langkah pertama,
Langkah kedua..
Ketiga..
“Hmmmm, mmmm, mmm..”
“Hmmmm, mmmm, mmm..”
Seperti suara orang bersenandung, suara perempuan yang sedang bersenandung..
Sambil menatap ruang tamu yang dalam keadaan gelap, aku memanggil mama, berharap yang sedang bersenandung di ruang tamu adalah mama.
Tapi gak ada jawaban. Lagi pula, ngapain juga mama sendirian di ruang tamu tengah malam? Bersenandung pula.
Dari sela-sela lemari kaca, akhirnya samar aku dapat melihat kalau ternyata ada sesuatu di ruang tamu.
Setelah sudah di dalam kamar, aku langsung mengunci pintu.
Aku terus terjaga sampai pagi menjelang, karena terus terdengar suara senandung sosok perempuan itu dari luar kamar, sesekali diselingi tawa cekikikan ringkih tertahan.
***
Salah satunya ya rumah yang kami tinggali ini.
Kami tinggal bertujuh, mama, papa, aku, Jo (adikku), dan nenek (Ibu dari papa), ditambah dengan satu orang asisten rumah tangga dan satu perawat yang mengurus nenekku.
Sampai akhirnya, sejak pertengahan tahun 2017, kami mulai merasakan banyak keanehan, kejanggalan, sampai menyeramkan.
***
Papa gak bisa berbuat banyak, dia harus menuruti apa yang nenek mau.
Guci yang menjadi awal dari banyak kejadian janggal, kejadian aneh, kejadian yang menyeramkan.
***
Pada suatu hari berikutnya, setelah kejadian itu, aku dan Jo bertemu di coffee shop dekat rumah.
Aku sengaja meminta Jo bertemu denganku di tempat itu, supaya bisa berbincang leluasa.
“Lagian lo ngapain sih keluar kamar segala?”
“Gw kebelet Jo, gak tahan.”
“Emang kenapa? Kenapa lo gak berani keluar kamar malam-malam?” Tanyaku.
“Gila, sejak ada guci sialan itu, beberapa kali gw liat setan di rumah. Sama kayak lo gitu kak, nenek-nenek.”
“Belum ada kesempatan aja untuk cerita. Belakangan gw lebih sering nginep di rumah Tony kan.” Begitu kata Jo. Tony adalah teman dekatnya.
***
Menurut Jo, waktu itu sore menjelang malam, sekitar jam setengah enam.
Posisi kamar Jo tepat di sebelah kanan kamarku, kamar kami bersebelahan, berseberangan dengan kamar mama papa dan kamar nenek.
Dia melihat pintu depan gak tertutup rapat seperti biasanya, sedikit terbuka. Melihat hal itu Jo penasaran.
"Itu kenapa pintu kebuka?" Dalam hati Jo bertanya.
Nah, ketika sedang berjalan di ruang tengah inilah Jo melihat ada orang yang sedang duduk di ruang tamu.
Seorang perempuan tua, rambut putihnya diikat membentuk sanggul, berpakaian gelap, dia duduk manis menghadap ruang tengah, menghadap Jo.
"Mau ke mana dia?" Tanya Jo dalam hati.
Ke mana perempuan itu?
Dari situ, Jo dapat melihat taman belakang melalui jendela. Di sana, mbak Wati sedang bermain dengan kucing-kucing peliharaan kami.
"Iya mas" Jawab Mba Wati.
“Mbak, tadi ada tamu di ruang tamu, siapa ya? Tamunya papa? Atau temannya nenek?” Tanya Jo penasaran.
Banyak pertanyaan berkecamuk di benak Jo, halusinasikah? Ah sepertinya gak mungkin, karna jelas-jelas Jo bertatapan dan saling melempar senyum dengan perempuan itu tadi.
Aneh..
***
Masih di tempat dan waktu yang sama, Jo melanjutkan ceritanya, kali ini mimik yang semakin serius.
Aku semakin penasaran, benang merah antara ceritaku dan cerita Jo semakin jelas kelihatan.
Lalu dia mulai bercerita..
***
Sekitar jam 12 tengah malam dia sampai di rumah.
Dapur dan ruang tengah sudah dalam keadaan gelap, hanya sedikit cahaya dari luar yang menyelusup masuk memberikan serpihan sinar redup.
Tapi ketika sudah berada di ruang tengah, Jo berubah pikiran, dia berniat untuk ke toilet dulu, mau sedikit membersihkan badan dan buang air kecil.
Iya, akhirnya Jo berbelok arah menuju toilet.
“Siapa yang ada di toilet?” tanya Jo dalam hati.
Jo memanggilku, dia pikir aku yang sedang berada di dalam toilet. Tapi gak ada jawaban.
Papa dan mama punya toilet sendiri di dalam kamarnya, mereka hampir gak mungkin menggunakan toilet ini.
Jadi, Jo mengambil kesimpulan kalau yang sedang ada di dalam toilet adalah aku.
Kemudian, kata Jo, suasana menjadi sangat hening, yang tadinya terdengar suara gemericik air, tiba-tiba menghilang.
Sangat sepi.
Masih belum merasakan keanehan, Jo akhirnya membuka pintu toilet..
***
Jo pikir, sepertinya aku yang baru menggunakan toilet. Ya sudah, dia langsung menyelesaikan niatnya, bebersih dan buang air kecil.
Tapi di depan kamar mandi, Jo kembali terdiam, ada sesuatu.
Jo mencium wangi minyak kayu putih..
“Siapa yang make minyak kayu putih malam-malam gini?” Jo bertanya-tanya, tapi setelahnya dia lanjut melangkah menuju kamar.
Karna dia mendengar sesuatu..
Terdengar pelan, tapi Jo yakin kalau suara itu berasal dari ruang tamu, di sebelah kirinya.
“Trak, trak, trak..”
Entah apa yang ada di pikiran Jo saat itu, rasa penasaran mengalahkan segalanya, lalu dia melangkah menuju ruang tamu, mencari tahu suara apakah itu gerangan.
Suaranya terus terdengar konstan, mengiringi Jo yang melangkah perlahan.
Akhirnya dia sampai di antara ruang tengah dan ruang tamu, berdiri di samping lemari kaca yang menjadi batas dua ruangan besar itu.
Mata Jo langsung tertuju ke guci yang letaknya di sudut ruangan, di depan lemari kaca, karena dia yakin kalau suaranya berasal dari situ, dan ada pergerakan juga.
Pergerakan? Iya pergerakan.
Tutupnya yang menyerupai topi, bergerak naik turun, terbuka tertutup, sehingga menghasilkan suara “Trak, trak, trak..”, suara yang Jo dengar sejak tadi.
Ini belum selesai, Jo harus menerima kalau peristiwa ini belum usai.
Seketika suara guci berhenti, karena memang gucinya juga sudah diam, gak bergerak lagi.
Tapi Jo belum bisa bernapas lega, karena tiba-tiba muncul suara lain..
Ada suara orang bersenandung, ada perempuan yang sedang bersenandung, pelan tapi jelas terdengar.
Jo yakin kalau senandung itu berasal dari ruang tamu juga.
Sosok perempuan tua, rambut putihnya tergerai panjang menjuntai nyaris menutupi seluruh tubuhnya.
Ternyata benar dia yang bersenandung, bersenandung sambil terus tersenyum, kepalanya juga bergoyang pelan ke kanan dan ke kiri.
Sungguh pemandangan yang sangat menyeramkan..
***
Balik lagi ke gw ya, Brii.
Apa hubungannya kejadian seram yang dialami oleh Jessica dan Jo dengan guci yang dibawa oleh sang nenek? Jawabannya minggu depan ya.
Sekian cerita malam ini. Stay safe dan tetap sehat, supaya bisa terus merinding bareng.
Salam
~Brii~