My Authors
Read all threads
Selamat Malam,

Rumah seharusnya menjadi tempat teraman, bebas dari rasa takut dan cemas, tapi ternyata gak selalu demikian.

Seperti yang dialami oleh Jessica dan keluarga.
Rumah mereka menjadi sumber teror menakutkan.

Jessica yang akan bercerita sendiri di sini, di Briistory.
Sekali lagi terjaga, jam setengah dua malam, penuhnya kandung kemih, memaksaku tersadar dari tidur. Kebelet banget, gak tahan, mau gak mau harus pergi ke toilet.

Tapi belakangan, bangun malam jadi hal yang membuatku paranoid, apa lagi ketika terpaksa harus ke luar kamar.
Sama seperti malam ini, tiba-tiba terbangun pingin pipis. Padahal sudah berusaha maksimal untuk menahan dan kembali tidur, tapi gak bisa, sudah di ujung.

Aku takut, takut dengan hal ganjil dan menyeramkan yang belakangan selalu terjadi ketika melintasi ruang tengah.
Kebetulan toilet letaknya di depan kamar Papa Mama, bersebrangan dengan kamarku. Jadi kalau mau ke toilet, harus menyeberang melewati ruang tengah.
Kami tinggal di rumah yang cukup besar, besar banget malah, jadi ruang tengahnya juga besar. Dari kamarku membutuhkan sekitar 15 langkah untuk sampai toilet, kebayang kan besarnya?
Akhirnya gak tahan lagi, harus ke toilet. Pertama yang aku lakukan adalah menyalakan lampu kamar, supaya gak gelap-gelap amat, supaya nanti ruang tengah juga jadi gak terlalu gelap karna ada sedikit cahaya dari dalam kamar.
Kalau ingin menyalakan lampu ruang tengah, akan membuat perjalanan ke toilet semakin jauh, karna tombol lampu ada di ujung ruangan, dekat ruang tamu.

Kebiasaan kami sejak dulu, lampu ruang tengah dan ruang tamu sengaja dimatikan kalau malam hari.
Gak adanya penerangan menjadikan ruang tengah dan ruang tamu yang bersebelahan itu menjadi gelap, hanya mengandalkan sedikit cahaya dari luar yang masuk dari sela jendela.
Ruang tamu luasnya sedikit lebih kecil dari ruang tengah, namun masih cukup besar. Dua ruangan itu hanya dibatasi oleh satu lemari besar berbahan kaca, isinya hiasan koleksi papa dan mama. Jadi, sekat pemisahnya hanya lemari itu.
Walaupun gak terlalu jelas, dari ruang tengah kami dapat melihat keadaan di ruang tamu, begitu juga sebaliknya.

***
Gak tahan lagi, aku harus keluar kamar.

Setelah kamar sudah terang benderang, perlahan tanganku meraih gagang pintu, lalu memutarnya.

Banyak alasan untuk merasakan keparnoan ini, alasan yang menjadikan aku jadi merasa takut di rumah sendiri.
Pintu mulai terbuka, ada celah yang semakin lama semakin lebar setelah perlahan kutarik gagangnya.

Ruang tengah mulai terlihat. Sofa kulit besar berseberangan dengan lemari tv kelihatan pertama kali, di depan sofa ada meja marmer.
Sofa itu, dan kursi kulit di sekelilingnya merupakan tempat kami sekeluarga biasa berkumpul dan bercengkrama.
Beberapa detik lamanya aku berdiri di pintu, mengumpulkan nyali untuk melangkahkan kaki, sambil melihat keadaan dan situasi.
Dan tentu saja, dari tempatku berdiri aku juga bisa melihat ruang tamu melalui celah lemari kaca, walaupun gak terlalu jelas tapi masih kelihatan benda-benda yang ada di dalam lemari kaca itu, dalam bentuk siluet.
Sangat hening, sangat-sangat hening, gak ada suara sama sekali, ketika akhirnya aku melangkah.

Satu langkah,

Dua langkah,

Tiga langkah,

Gak terjadi apa-apa..

Tapi akhirnya aku mempercepat langkah-langkah berikutnya, supaya lekas sampai toilet.
Sukurlah, akhirnya sampai juga di toilet.
Singkatnya, setelah selesai buang air kecil, tentu saja aku harus kembali lagi ke kamar. Melawati rute yang sama, melalui ruang tengah dan ruang tamu di sebelahnya.
Lampu toilet aku biarkan tetap menyala, pintunya kubiarkan agak terbuka sedikit, dengan begitu ruang tengah jadi gak terlalu gelap nantinya.
Kembali aku melangkah, kali ini untuk kembali menuju kamar. Masih sama seperti pertama tadi, ruang tengah masih sangat-sangat hening, hanya suara langkah kakiku saja yang terdengar menginjak ubin lantai.

Langkah pertama,

Langkah kedua..

Ketiga..
Entah pada langkah keberapa, akhirnya aku berhenti berjalan, ada yang menarik perhatian..

“Hmmmm, mmmm, mmm..”
Sayup-sayup aku mendengar suara, suara yang sepertinya berasal dari sebelah kiriku, dari ruang tamu.

“Hmmmm, mmmm, mmm..”

Seperti suara orang bersenandung, suara perempuan yang sedang bersenandung..
“Ma..?”

Sambil menatap ruang tamu yang dalam keadaan gelap, aku memanggil mama, berharap yang sedang bersenandung di ruang tamu adalah mama.

Tapi gak ada jawaban. Lagi pula, ngapain juga mama sendirian di ruang tamu tengah malam? Bersenandung pula.
Bersamaan dengan itu, aku juga mencium wangi khas, bau wangi minyak kayu putih. Baunya samar, tapi indera penciumanku gak mungkin salah, ini bau minyak kayu putih.
Lalu, aku mulai memicingkan mata memperjelas penglihatan.

Dari sela-sela lemari kaca, akhirnya samar aku dapat melihat kalau ternyata ada sesuatu di ruang tamu.
Beberapa detik berlalu, penglihatanku semakin jelas menangkap sesuatu itu.
Ternyata, ada seseorang yang sedang duduk di ruang tamu, duduk di kursi yang letaknya berada persis di sebelah pintu utama, kursi yang menghadap ruang tengah, menghadap aku.
Masih diam terpaku, ketika penglihatan semakin lama semakin jelas menangkap bentuk sosok di ruang tamu itu.
Di bantu sedikit serpihan cahaya dari luar, aku melihat yang sedang duduk itu adalah sosok perempuan dengan rambut terurai panjang. Rambutnya berwarna putih semua, seperti uban.
Aku semakin merinding ketakutan, ketika tersadar kalau ternyata suara senandung yang sejak tadi terdengar sepertinya memang berasal dari sosok perempuan itu.
Seperti tersentak, aku tersadar, lalu cepat-cepat lari masuk kamar.

Setelah sudah di dalam kamar, aku langsung mengunci pintu.
Bisakah tidur setelah itu? Gak bisa.

Aku terus terjaga sampai pagi menjelang, karena terus terdengar suara senandung sosok perempuan itu dari luar kamar, sesekali diselingi tawa cekikikan ringkih tertahan.

***
Aku Jessica, perempuan berusia 25 tahun, karyawan swasta yang berkantor di Jakarta barat. Masih tinggal bersama orang tua, Rumah kami di daerah Petukangan, Jakarta Selatan.
Papaku seorang pengusaha sukses, bisnisnya cukup besar, oleh karena itu dia mampu memiliki beberapa rumah yang tergolong besar dan mewah.

Salah satunya ya rumah yang kami tinggali ini.
Walaupun gak bertingkat, tapi rumah ini sangat besar dan luas.

Kami tinggal bertujuh, mama, papa, aku, Jo (adikku), dan nenek (Ibu dari papa), ditambah dengan satu orang asisten rumah tangga dan satu perawat yang mengurus nenekku.
Selama bertahun-tahun tinggal di rumah ini kami belum pernah mengalami hal-hal aneh yang menyeramkan, semuanya berjalan normal dan baik-baik aja.

Sampai akhirnya, sejak pertengahan tahun 2017, kami mulai merasakan banyak keanehan, kejanggalan, sampai menyeramkan.
Awalnya ketika pada suatu hari, nenek pulang ke rumah dengan membawa sesuatu. Dia membawa Guci.

***
Guci yang nenekku bawa pulang ini setinggi kira-kira setengah meter dengan diameter 40cm, nyaris bulat bentuknya, ada tutup di lubang atasnya, tutup yang bentuknya menyerupai topi.
Nenekku ini, waktu itu umurnya sudah 86 tahun, sudah sakit-sakitan, tapi masih kuat berjalan walau harus menggunakan tongkat, ke mana-mana perawatnya akan terus mendampingi, Mbak Ida kami memanggilnya.
“Mama dari mana? Itu Guci dapat dari mana?” Begitu tanya papa ketika pada suatu sore melihat Nenek pulang membawa guci.
“Dari rumah Bu Suci, itu Guci pemberian dia. Bagus kan?. Mama taruh di ruang tamu ya.” Begitu jawab Nenek.

Papa gak bisa berbuat banyak, dia harus menuruti apa yang nenek mau.
Begitulah, akhirnya guci itu diletakkan di ruang tamu, tepat di samping sofa kulit panjang, di depan lemari kaca.
Jadi, menurut cerita dari mbak Ida, sore itu mereka baru saja berkunjung ke rumah teman lama nenek, Ibu Suci namanya, kami mengenal orangnya, kenal juga dengan keluarganya.
Mereka berdua sudah berteman puluhan tahun lamanya, Ibu Suci tinggal di rumah anaknya, rumah mereka kebetulan gak terlalu jauh dari rumah kami.
Guci ini berwarna biru muda, bercorak lukisan tiongkok, menurut nenek umurnya sudah puluhan tahun. Mungkin saja omongan nenek benar, karena cat dan lukisannya sudah kusam, sudah gak mengkilat lagi.
Guci yang menjadi hiasan baru di ruang tamu.

Guci yang menjadi awal dari banyak kejadian janggal, kejadian aneh, kejadian yang menyeramkan.

***
“Mau cerita apa lo kak?” Tanya Jo dengan mimik penasaran.

Pada suatu hari berikutnya, setelah kejadian itu, aku dan Jo bertemu di coffee shop dekat rumah.

Aku sengaja meminta Jo bertemu denganku di tempat itu, supaya bisa berbincang leluasa.
“Beberapa malam yang lalu gw melihat sesuatu Jo. Ada sosok seperti nenek-nenek yang sedang duduk di ruang tamu, bersenandung pula, ngeri banget Joooo..” Begitu ucapku membuka perbincangan.

“Lagian lo ngapain sih keluar kamar segala?”

“Gw kebelet Jo, gak tahan.”
“Ah kalo gw sih, gw tahan sampe pagi, bodo amat.” Sungut Jo.

“Emang kenapa? Kenapa lo gak berani keluar kamar malam-malam?” Tanyaku.

“Gila, sejak ada guci sialan itu, beberapa kali gw liat setan di rumah. Sama kayak lo gitu kak, nenek-nenek.”
“Knapa lo baru cerita sekarang?” Tanyaku.

“Belum ada kesempatan aja untuk cerita. Belakangan gw lebih sering nginep di rumah Tony kan.” Begitu kata Jo. Tony adalah teman dekatnya.
Aku sengaja mengajak Jo untuk berbincang di luar rumah agak lebih leluasa bicara, membahas hal aneh yang belakangan makin sering terjadi di rumah kami.
Benar saja, perbincangan jadi semakin seru, akhirnya Jo cerita semuanya, cerita tentang banyak kejadian seram yang belakangan sering menimpanya.

***
Pernah pada suatu hari, ketika Jo baru saja pulang kuliah, dia mengalami kejanggalan di rumah. Peristiwa ini terjadi hanya beberapa hari setelah nenek membawa pulang guci.

Menurut Jo, waktu itu sore menjelang malam, sekitar jam setengah enam.
Seperti biasa, setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Jo masuk rumah lewat pintu samping yang menuju langsung ke dapur, gak lewat pintu depan.

Posisi kamar Jo tepat di sebelah kanan kamarku, kamar kami bersebelahan, berseberangan dengan kamar mama papa dan kamar nenek.
Dapur letaknya di belakang, dekat taman belakang, dari sinilah biasanya kami masuk, jarang banget kami masuk lewat pintu depan.
Oh iya, sebelum masuk tadi, ketika masih di dalam mobil, sebenarnya ada yang membuat Jo bertanya-tanya.

Dia melihat pintu depan gak tertutup rapat seperti biasanya, sedikit terbuka. Melihat hal itu Jo penasaran.

"Itu kenapa pintu kebuka?" Dalam hati Jo bertanya.
Tapi gak terlalu ambil pusing, Jo tetap masuk lewat pintu samping.
Setelah sudah di dalam, dari dapur Jo harus melewati ruang tengah untuk sampai di kamarnya.

Nah, ketika sedang berjalan di ruang tengah inilah Jo melihat ada orang yang sedang duduk di ruang tamu.
Waktu itu ruang tamu masiih gelap, mbak Wati ART kami, belum menyalakan lampunya, tapi walaupun begitu Jo masih bisa melihat ruang tamu dengan jelas.
Sedikit memperlambat langkah, Jo memperhatikan sosok yang sedang duduk di ruang tamu.

Seorang perempuan tua, rambut putihnya diikat membentuk sanggul, berpakaian gelap, dia duduk manis menghadap ruang tengah, menghadap Jo.
Lalu, beberapa detik mereka berpandangan, saling bertatap muka, perempuan tua itu tersenyum ketika Jo tersenyum duluan.
"Tamunya Nenek kali," Begitu pikir Jo dalam hati, lalu meneruskan langkah menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Jo merebahkan tubuh di atas tempat tidur, pintu kamar masih dalam keadaan terbuka, memang sengaja dibiarkan seperti itu.
Gak lama kemudian, sambil rebahan Jo mengernyitkan dahi, dia melihat sesuatu di ruang tengah, Karna pintu kamar dalam keadaan terbuka.
Jo melihat kalau perempuan tua yang tadi duduk di ruang tamu, sedang berjalan di ruang tengah, berjalan perlahan menuju dapur, menuju bagian belakang rumah.

"Mau ke mana dia?" Tanya Jo dalam hati.
Penasaran, Jo bangkit dari tidurnya, lalu mengintip ke ruang tengah. Gak ada siapa-siapa, ruang tengah kosong.
Kemudian dia berjalan sedikit, beberapa langkah, untuk melihat ruang tamu. Ternyata ruang tamu juga kosong, gak ada siapa-siapa, perempuan tua itu juga udah gak ada lagi, pintu depan sudah dalam keadaan tertutup rapat.

Ke mana perempuan itu?
Semakin penasaran, Jo berjalan menuju dapur.
Sesampainya di Dapur, Jo gak melihat gak ada siapa-siapa, gak ada perempuan tua itu juga.

Dari situ, Jo dapat melihat taman belakang melalui jendela. Di sana, mbak Wati sedang bermain dengan kucing-kucing peliharaan kami.
"Mbak, itu lampu-lampu dinyalain semua dong, udah gelap semua nih." Jo memanggil mba Wati.

"Iya mas" Jawab Mba Wati.
Di ruang tengah, Jo dan mbak Wati berpapasan.

“Mbak, tadi ada tamu di ruang tamu, siapa ya? Tamunya papa? Atau temannya nenek?” Tanya Jo penasaran.
“Siapa ya Mas? Dari jam dua tadi saya sendirian di rumah, nenek sama mbak Ida sedang ke rumah sakit bareng Ibu. Dari tadi gak ada tamu, saya sendirian aja sampai mas Jo pulang tadi.” Jawab mbak Wati dengan mimik wajah keheranan.
Gak ada orang? Gak ada tamu? Lalu siapa perempuan tua yang Jo lihat tadi?

Banyak pertanyaan berkecamuk di benak Jo, halusinasikah? Ah sepertinya gak mungkin, karna jelas-jelas Jo bertatapan dan saling melempar senyum dengan perempuan itu tadi.

Aneh..

***
“Trus ada lagi kak. Dua minggu atau tiga minggu kemudian, gw lupa pastinya, ada kejadian yang sangat menyeramkan.”

Masih di tempat dan waktu yang sama, Jo melanjutkan ceritanya, kali ini mimik yang semakin serius.
“Kejadian apa deh? Ayok cerita semuanya.”

Aku semakin penasaran, benang merah antara ceritaku dan cerita Jo semakin jelas kelihatan.

Lalu dia mulai bercerita..

***
Di hari itu, Jo pulang malam, seharian dia bergelut dengan kegiatan perkuliahan, setelah itu nongkrong bersama teman-temannya sampai larut.

Sekitar jam 12 tengah malam dia sampai di rumah.
Seperti biasa, Jo masuk lewat pintu samping, melalui dapur lalu ke ruang tengah, baru kemudian sampai kamarnya.

Dapur dan ruang tengah sudah dalam keadaan gelap, hanya sedikit cahaya dari luar yang menyelusup masuk memberikan serpihan sinar redup.
Sudah sangat lelah, Jo berniat untuk langsung masuk kamar dan tidur.

Tapi ketika sudah berada di ruang tengah, Jo berubah pikiran, dia berniat untuk ke toilet dulu, mau sedikit membersihkan badan dan buang air kecil.
Seperti yang sudah aku cerita di awal tadi, letak toilet berada di antara kamar papa mama dan kamar nenek.

Iya, akhirnya Jo berbelok arah menuju toilet.
Kebiasaan kami, lampu toilet selalu dalam keadaan mati bila sedang gak digunakan. Tapi malam itu ada yang berbeda, Jo melihat kalau lampu toilet menyala, kelihatan dari lubang angin di atas pintu.
Ditambah, Jo juga tiba-tiba mendengar suara gemericik air jatuh ke lantai, seperti keran air yang dalam keadaan terbuka, tapi hanya sebentar, kemudian suaranya hilang.

“Siapa yang ada di toilet?” tanya Jo dalam hati.
“Kak?”

Jo memanggilku, dia pikir aku yang sedang berada di dalam toilet. Tapi gak ada jawaban.

Papa dan mama punya toilet sendiri di dalam kamarnya, mereka hampir gak mungkin menggunakan toilet ini.
Kebetulan juga, waktu itu nenek dan mbak Ida sedang menginap di rumah Om Fendy, adiknya papa, sudah beberapa hari nenek menginap di sana.

Jadi, Jo mengambil kesimpulan kalau yang sedang ada di dalam toilet adalah aku.
Tapi ya itu tadi, gak ada jawaban ketika Jo coba memanggil.

Kemudian, kata Jo, suasana menjadi sangat hening, yang tadinya terdengar suara gemericik air, tiba-tiba menghilang.

Sangat sepi.

Masih belum merasakan keanehan, Jo akhirnya membuka pintu toilet..

***
Toilet kosong, gak ada orang, tapi lantainya basah seperti baru saja ada yang menggunakan.

Jo pikir, sepertinya aku yang baru menggunakan toilet. Ya sudah, dia langsung menyelesaikan niatnya, bebersih dan buang air kecil.
Setelah selesai, Jo keluar kamar mandi, lalu hendak menuju kamarnya.

Tapi di depan kamar mandi, Jo kembali terdiam, ada sesuatu.
Indera penciumannya menangkap bau khas, wangi minyak yang sangat khas.

Jo mencium wangi minyak kayu putih..
Baunya masih samar, tapi dia sangat yakin kalau ini benar bau minyak kayu putih.

“Siapa yang make minyak kayu putih malam-malam gini?” Jo bertanya-tanya, tapi setelahnya dia lanjut melangkah menuju kamar.
Belum juga sampai kamar, Langkah Jo kembali terhenti tepat di ruang tengah.

Karna dia mendengar sesuatu..
“Trak, trak, trak..” Kira-kira seperti itu bunyinya.

Terdengar pelan, tapi Jo yakin kalau suara itu berasal dari ruang tamu, di sebelah kirinya.

“Trak, trak, trak..”
Bersamaan dengan suara, wangi minyak kayu putih terus tercium, dan semakin menyengat.

Entah apa yang ada di pikiran Jo saat itu, rasa penasaran mengalahkan segalanya, lalu dia melangkah menuju ruang tamu, mencari tahu suara apakah itu gerangan.
“Trak, trak, trak..”

Suaranya terus terdengar konstan, mengiringi Jo yang melangkah perlahan.
Semakin dekat ke ruang tamu, semakin kuat suara itu terdengar, semakin menyengat juga bau minyak kayu putihnya.
Ruang tamu dalam keadaan gelap, tapi Jo masih bisa melihat dengan jelas, dibantu sedikit cahaya dari lampu halaman.

Akhirnya dia sampai di antara ruang tengah dan ruang tamu, berdiri di samping lemari kaca yang menjadi batas dua ruangan besar itu.
“Trak, trak, trak..”

Mata Jo langsung tertuju ke guci yang letaknya di sudut ruangan, di depan lemari kaca, karena dia yakin kalau suaranya berasal dari situ, dan ada pergerakan juga.

Pergerakan? Iya pergerakan.
Dalam diam, Jo terpana, seperti terhipnotis ketika melihat pergerakan itu.
Mata Jo terus menatap guci yang bergerak dengan sendirinya, ternyata guci itu bergerak sendiri!

Tutupnya yang menyerupai topi, bergerak naik turun, terbuka tertutup, sehingga menghasilkan suara “Trak, trak, trak..”, suara yang Jo dengar sejak tadi.
Ketakutan mulai menyeruak dalam pikiran, tapi tetap saja masih belum bisa menyeret tubuh untuk meninggalkan ruang tamu, Jo hanya diam berdiri sampai ada sesuatu lagi yang terjadi.

Ini belum selesai, Jo harus menerima kalau peristiwa ini belum usai.
Wangi minyak kayu putih sangat menyengat, Jo berkesimpulan kalau bau wangi ini bersumber dari ruang tamu juga.

Seketika suara guci berhenti, karena memang gucinya juga sudah diam, gak bergerak lagi.

Tapi Jo belum bisa bernapas lega, karena tiba-tiba muncul suara lain..
“Hmmmm, mmmm, mmm..”

Ada suara orang bersenandung, ada perempuan yang sedang bersenandung, pelan tapi jelas terdengar.

Jo yakin kalau senandung itu berasal dari ruang tamu juga.
Terus diiringi dengan wangi minyak kayu putih, pandangan Jo menyapu semua sudut ruang tamu.
Beberapa detik kemudian, Jo baru sadar, kalau sejak tadi dia gak sendirian, ternyata ada yang sedang duduk di kursi dekat pintu.
Jo dapat melihatnya dengan jelas, karena sosok itu tersiram cahaya lampu teras yang menembus tirai jendela.

Sosok perempuan tua, rambut putihnya tergerai panjang menjuntai nyaris menutupi seluruh tubuhnya.
Gak bisa menjerit, sesak untuk bernapas, Jo gemetar memandang wajah pucat perempuan itu.

Ternyata benar dia yang bersenandung, bersenandung sambil terus tersenyum, kepalanya juga bergoyang pelan ke kanan dan ke kiri.

Sungguh pemandangan yang sangat menyeramkan..
Cukup lama Jo diam memperhatikan semuanya, sampai akhirnya dia seperti tersadar, lalu perlahan bisa menggerakkan kaki untuk melangkah mundur, meninggalkan ruang tamu, lalu berlari masuk ke kamarnya.
Di dalam kamar, Jo menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya.
Selesai? Belum..
Sepanjang malam sama sekali gak bisa tidur, dari dalam kamar dia terus-terusan mendengar suara senandung perempuan itu, dengan bau wangi minyak kayu putih yang samar masih tercium. Sepertinya dia berjalan bolak-balik di depan pintu, berarti di depan pintu kamarku juga.
Jo baru bisa terlelap ketika pagi mulai menjelang..

***
Hai..

Balik lagi ke gw ya, Brii.

Apa hubungannya kejadian seram yang dialami oleh Jessica dan Jo dengan guci yang dibawa oleh sang nenek? Jawabannya minggu depan ya.

Sekian cerita malam ini. Stay safe dan tetap sehat, supaya bisa terus merinding bareng.

Salam
~Brii~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Brii

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!