Dari sebuah pengalaman nyata di tahun 1980an.
📃KIRIMAN UNTUK PAK GURU📃
A Thread
@bacahorror
#bacahorror
#threadhorror
"Nak Gani malam ini menginap di rumah saya saja. Besok Nak Gani bisa melihat Rumah Guru di ujung kampung sana" kata Pak Burhan. Hari memang sudah beranjak petang kala Gani datang. Badannya juga sangat lelah.
"Tak apa pak guru, semua orang yang baru datang ke sini mengagumi cantiknya Rara. Normal itu " kata Pak Burhan.
Langkah kaki Gani begitu ringan. Kampung itu terasa menyenangkan baginya.
"Iya pak. Terimakasih bantuannya. Sepertinya saya akan tinggal di sini saja" kata Gani.
"Belum pak" katanya lirih.
"Kalau mau belanja buat keperluan, ada warung di ujung kampung sana. Tapi maklum kalau agak mahal, maklum di kampung" kata Pak Burhan.
"Tanya apa?"
"Itu Rumah guru-nya tidak ada kamar mandi ya?"
"Bwahahaha, di sini tidak ada namanya kamar mandi. Kalau mandi, semua orang ke sungai. Di lanting".
"Wah, saya harus mandi pak. Tadi kotor karena beberes"
"Ya sudah, biar anak saya yang temani". Pak Burhan pun memanggil Jafar, anaknya.
"Abang dari Pontianak kah?" Tanya Jafar.
"Iya, kenapa?"
"Nanak kalau Jafar udah bosar, Jafar Mauk sekulah di Pontianak"
"Apa itu? Meteor kah?" Tanya Gani
Jafar mematung tak menjawab.
"Boh kita pulang copat" kata Jafar beberapa saat kemudian. Melihat Jafar panik, Gani segera menyelesaikan mandinya.
Sesampai di rumah pak Burhan, Gani menceritakan apa yang ia lihat.
"Itu namanya Pulong, santet, atau guna-guna. Di sini orang-orang masih sangat percaya mistis.Tapi jangan khawatir, kalau tidak bikin salah. Semua aman"
"Bawalah ini untuk di rumah" kata Pak Burhan menyerahlan lentera.
"Kalau Boleh, Jafar malam ini akaj tidur bersama Bapak. Supaya bapak tidak sendirian. Sekalian adaptasi dengan rumah baru" kata Pak Burhan. Gani menatap Jafar.
"Boleh pak, dengan senang hati kalau Jafar mau"
Jadi saya tidak ingin menulis cepat seperti kmrin2. Lelah banget. Jadi mencoba selow aja.
Sekolah itu terbuat dari kayu. Dindingnya sudah menua. Ada 3 kelas dengan masing-masing sekat di tengahnya. Anak-anak sudah berbaris di depan sekolah pagi itu.
"Bapak Pak Ridwan?"
"Benar"
"Syukurlah, saya pikir saya harus menghadapi anak2 ini sendirian"
"Loh guru lain?"
"Tidak ada. Hanya saya sendiri. Sekarang ditambah kamu. Hahaha". Gani cukup kaget. Dipikirnya setidaknya ada 6 guru untuk 6 kelas.
"Sudahlah, tak kenalkan dulu dengan murid-murid di sini"
Pak Ridwan sebanrnya guru Agama. Tapi karena tak ada guru, ia kini mengajar semua kelas, semua mata pelajaran.
"Tapi bukannya bapak lebih berpengalaman?" Tanya Gani.
"Kamu jelas lebih pintar dari saya. Ajarkan anak itu dengan baik". Pak Ridwan begitu rendah hati. Gani dibuat kagum olehnya.
"Saya dan keluarga di kampung sebelah. 10 km dari sini" kata Pak Ridwan.
Kampung sebelah sejauh itu? Gani kaget.
"Lalu bapak ke sini pakai apa?" Tanya Gani.
"Naik sepeda" katanya sambil menunjuk Sepeda ontel yang tersandar di sisi sekolah. "Atau numpang perahu warga sesekali" katanya
"Kalau untuk sementara sih tidak apa-apa. Tapi kalau untuk waktu lama, sebaiknya dipikir-pikir" kata Pak Ridwan. Ia menghisap rokoknya dalam.
Rara tak menyahut. Diambilnya lentera sambil berdiri.
"Maaf kalau saya mengganggu bapak" katanya sambil berjalan meniti kayu untuk meninggalkan Gani.
Kenapa Rara kembali?. Kali ini Gani tak buru-buru menyelesaikan prosesi buang hajatnya. Suara tangis itu kian lirih.
"Rara!" Seru Gani. Tapi tak ada siapa-siapa. Tak ada lentera. Yang tersisa hanya hening.
"Ada apa pak guru?" Tanya Bunga sambil senyum-senyum. Di sampingnya Ida memilin2 rambut.
"Kalian lihat Rara pagi ini?"
"Ah saya pikir Pak Guru mau bertanya soal kami, Rara rupanya" kata Bunga
"Kenapa tadi malam? Pak Guru dan Rara?"
"Sudahlah. Ketemu Rara tidak pagi ini?" Gani tak melanjutkan ceritanya.
"Ada pak Guru. Tadi ketemu di Sungai. Tapi sudah buru-buru pulang"
"Sukurlah"
"Apa pak guru mau titip salam ke Rara?" Tanya Ida menggoda.
"Tidak! Terimakasih" kata Gani. Hatinya lega, Rara baik-baik saja. Tapi kini ia bertanya, suara apa gerangan malam tadi. Suara tangis itu jelas didengarnya.
"Oh inilah rupanya Pak Guru Gani yang mengincar dara kampung kita. Sudahlah pak, di kota banyak. Jangan ambil jatah kami"
"Maaf bang, itu hanya gosip saja" kata Gani. Ia lalu beranjak pergi. Di saat yang sama, Rara datang hendak berbelanja. Mereka berselintasan. Rara dan Gani sama-sama menunduk tak saling melirik. Tapi Gani sungguh ingin menatap matanya.
"Siapa yang bilang begitu?"
"Urang dituk udah tau semua" orang di sini sudah tau semua, itu maksudnya.
"Haha, kamu masih kecil. Tidak perlu bahas soal perasaan" kata Gani.
Ucapan Jafar itu mengagetkan Gani.
Pukul 12 malam. Dinding rumah tiba-tiba diketuk keras. Gani terjaga dari tidurnya. "Ada apa?" Pikirnya. Buru-buru ia keluar dan membuka pintu depan. Betapa kaget Gani melihat pekuburan itu kini ada di depannya.
Kejadian itu disusul aroma busuk yang menyengat. Gani kembali ke pintu depan, lalu kuburan itu juga di sana.
"Wah Pak gani sudah bangun?" Kata Pak Ridwan.
"Kalau masih sakit istirahat saja dulu. Kami sedang menunggu bidan desa dari kampung sebelah" kata Pak Burhan.
"Apakah ada hal aneh yang nak Gani melihat sesuatu yang aneh di rumah itu?"
"Kemarin saya menemukan ini" kata Gani mengeluarkan botol yang ditemukan.
"Memangnya ini apa?"
"Pulongan, ini santet, guna-guna" kata Pak Burhan.
"Tidak semudah itu memusnahkan" kata Pak Burhan.
"Kalau begitu biar saya yang bawa, saya amankan" kata Pak Ridwan. Pak Ridwan memasukkan botol itu ke sakunya.
Oke kita lanjutkan KIRIMAN UNTUK PAK GURU Bagian kedua.
@bacahorror
#bacahorror
#threadhorror
"Ada apa?" Tanya Gani setengah berbisik.
"Ini" kata Jafar menyelipkan surat ke tangan Gani.
"Apa ini?" Tanga Gani heran.
Jantung Gani berdegub kencang. Disisipkannya surat itu ke saku celana. Ia tak dapat fokus menonton lagi.
Mohon maaf apabila Rara lancang mengirim surat kepada Bang Gani. Tetapi, kabar yang beredar di kampung ini sudah berlarut-larut. Ada baiknya kita membicarakannya. Bila abang berkenan, temui aku di lanting besok siang pukul dua.
Salam,
Rara
"Soal gosip itu. Apakah itu benar?" Rara balik bertanya.
Gani terdiam. Rara terlalu to the point. Ia tak menyangka kalimat seperti itu keluar dari mulut Rara, seorang gadis kampung.
"Kalau tidak. Ya abang harus tegas menjelaskan perasaan abang. Kalau iya, abang juga harus tegas melamar Rara bang". Saat itu waktu terasa berhenti. Jantung Gani berhenti berdegub. Ada jutaan kembang api pecah di dadanya.
"Malam itu, malam saat abang berjumpa Rara di sini. Rara sedih melepasnya. Tapi Rara terlanjur emosi saat berniat lepas darinya" kata Rara.
Maka terjawablah sudah siapa gerangan yang menangis malam itu.
"Jadi?"
"Iya. Karena abang tak kunjung mendekati Rara maka Rara memulai duluan. Abang satu-satunya laki-laki yang dia setujui"
"Ada apa ini?" Tanya Gani heran
"Sepertinya dia senang" kata Rara
Maka di sini kalian akan tahu hubungan antara Uju Idoy, Rara, Guru yang lama, dan peristiwa yang akan dihadapi Gani.
*lemesin jari
Itu juga karena Rara yang meminta kembarannya berhenti.
Suta Gila hingga Dinas memutuskan memindahkan Suta ke kota. Agar mendapat perawatan yang layak.
Rara! Rara! Rara! Pekiknya.
"Jangan biarkan dia lepas. Bahaya buat dia" kata Pak Burhan.
Rara Rara Rara panggilnya.
"Rara di sini Bang Gani. Rara di sini" katanya.
"Pak, saya menemukan ini" kata Warga itu.
Pak Burhan memegang botol itu.
"Ajak dua orang lagi pergi ke Hulu. Panggil Ai Karom"
"Boleh saya musnahkan pak?" Tanya Rara.
"Tidak boleh sembarangan"
"Saya bisa pak" kata Rara menyambar botol itu.
"Bantu aku memusnahkannya. Temukan siapa pengirimnya" kata Rara sambil menangis.
"Kubilang juga apa. Kau membutuhkanku Rara" kata sosok itu
Gani terjebak dalam halusinasinya. Apa yang ia alami hanya terjadi di kepalanya. Orang-orang jadi melihatnya seperti orang gila.
"Bahaya memang, kalau tak cepat ditangani dia bisa gila selamanya" kata Ai Karom.
"Bukan, ternyata serangan juga pernah dikirim ke nak Suta. Guru sebelumnya. Itu botol yang ditemukan Gani setelah Suta pergi" kata Pak Burhan.
"Saya musnahkan ai" kata Rara.
Ai Karom hanya manggut-manggut.
"Itu pantas untuknya" kata suadaranya yang kini mengambil bentuk seekor buaya itu.
⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️
Mohon like tweet ini buat yang selesai membaca agar saya tahu berapa banyak orang yang benar2 membaca sampai selesai.
Thread sebelumnya bisa dibaca di sini