-Short Thread- [based on true story]
@bacahorror #bacahorror
Siska ialah salah satu mahasiswi perguruan tinggi swasta yg terkemuka di Malang, dia sendiri saat itu tercatat sebagai mahasiswi semester tingkat akhir. Jadi perihal untuk pulang pergi ke rumah semakin sering.
Sewaktu dirumah, Siska kegiatannya bersantai ria. ia hanya rebahan dikamar menikmati suasana nyaman dirumah dan istirahat melepas kepenatan dikampus.
"Dreeeettt...dreeettt" Getaran HP Siska dan lampu kelap kelip yang terus menerus tak mau berhenti.
"Sis...mene pak Antok onok nang kampus, aku arep melu bimbingan skripsi mene isuk. awakmu melok opo gak mene isuk?"
Waktu hari Rabu siang kemarin mereka memang sama-sama pulang bersama.
"Teros awakmu kapan balek nang Malang Ben" (Terus kamu kapan balik ke Malang Ben?) Jawab Siska melalui SMS
"Sak iki sis" (Sekarang, Sis)
"Bahno, timbangane mene isuk telat. mendingan sak iki budale, aku dewe ora sudi dadi mahasiswa abadi Sis"
(Biarin, dari pada besok pagi telat.
"Masalae aku gak enek seng ngeterno Ben, nek balik sak iki" (Masalahnya aku gak ada yang nganter Ben, kalau balik sekarang!)
"Sialan, dasar jomblo karatan"
"Rewel ae" (Bawel)
"Ten ngajeng buk ,wonten Beni" (Kedepan bu, itu ada Beni)
"Kongkon melbu wae nduk, dungaren bengi-bengi mampir mrene" (Suruh masuk saja nduk, tumben malam-malam mampir kesini).
Siska berjalan dengan cemberut hingga tak sadar pintu demi pintu ia buka.
Klak...klak...suara kunci gerbang yang dibuka Siska.
"Eh lah dalah Sis, kaet ketemu wes nggondok maneh!!! ya wes aku langsung cabut neng Malang iki" (eh lah dalah Sis baru ketemu udah ngambek, ya sudah aku langsung cabut kemalang ini)
Mereka yang sudah dewasa menyadari akan watak masing - masing, sebab mereka juga berteman sejak SMA juga. dan sering pulang pergi bersama waktu kuliah di Malang.
"Ayo nduk, ojo sui-sui. Sakno Beni ngenteni nag ngarep." (Ayo nduk, jangan lama-lama. kasian Beni nunggu didepan!" ucap sang ibu, sambil membelai rambut hitam panjang anaknya
Siska yang sudah ganti baju dan memegang tas ransel, berganti bersalaman untuk pamitan dengan ibunya.
"hoaaaohhh"
"Ayo ben, sido opo ora". (ayo ben, jadi apa tidak?"
"Iya...ayuk"
"Sek Sis, leren nang kene disek ya. kesel nemen rasane gegerku" (Sebentar Sis, istirahat sini dulu yah. Capek banget rasanya punggungku). Ucap Beni
"Duduk Ben, duduk masalah iku. Koyok enek seng bedo ae bengi iki, rosone gak enak ae"
"Ya mesti gak enak Sis, awakmu dikarepi kaet mbiyen ora tau ngerti" (Ya mesti tidak enak sis, kamu yang ku inginkan dari dulu tidak pernah mengerti).
"Hahaha...konangan! wes sis ojok terusno, isin aku" (hahaha, ketahuan sudah sis malu aku). Jawab Beni dengan menutup mulutnya saat tertawa
Begitu juga Pandangan mata Beni mulai tajam kembali, rasa kantuk juga berkurang. Dirasa sudah fit, Beni mengajak Siska untuk melanjutan perjalanan.
"Ayok, ancen wes lewat jam rolas geblek. Gak bengi kate piye" (ayok, memang sudah lewat jam dua belas geblek. tidak malam mau gimana) gerutu siska yang ikut bangkit untuk berdiri.
Semakin jauh mereka berjalan, ternyata malam itu tetap hanya mereka berdua yang naik motor diatas jalanan yang sepi dan gelap.
Semakin lama, semakin terasa udara pegunungan bercampur kabut yang turun. Udara yang semakin terasa dingin karena tabrakan angin bercampur embun kabut dengan tubuh mereka.
"Sis, neng dalanan daerah kene saktemene nggone angker (Sis, dijalanan daerah sini sebenarnya tempatnya angker) Goda Beni, agak pikiran Siska tidak kosong.
"Ya elah, temenan iki Sis. Salah sijine enek panggonan air terjun neng Deso iki tepate neng pinggir dalan, uapik nggone sis nek awan. Isek alami"
FYI. ditahun 2010 coban kethak belum dibuka, dan masih berupa air terjun alami yang menyatu dengan hutan.
"Mosok???, awakmu kok ngerti" (Masak???, kamu kok tau?)
"Serius Ben, aku sak munu suene liwat dalan daerah kene gak eruh nek neng kene enek air terjun"
"Iyo memang, mek warga kampung sekitar tok seng ngerti Sis. Soale ndek air terjun iki jek akeh kethek'e ambek kewan-kewan liar.
"Piye nek engko mandek sediluk, tak duduhno nggone" (Gimana kalau nanti berhenti sebentar, tak tunjukin lokasinya)
"Yo gak popo Ben,
Tiba - tiba dari belakang ada lampu mobil yang menerangi mereka dan lama kelamaan semakin mendekat,
"Yo oralah, kan enek raimu Ben" (Ya enggaklah, kan ada kamu Ben"
"Asem awakmu ki Sis. rungokno disek sis - neng air terjun iku mbiyen enek kidange sis.
"temenan sis, iku biyen akeh saksine,pas digendong kidange urip maneh terus ngomong "culno aku nek gak koen mati". iku arek-arek kuweden kabeh, ngejer terus kidange ditibakno ngunu ae. maringunu arek-arek langsung mlayu semburat dewe-dewe Sis.
"Ojok medeni koen Ben" (jangan menakuti kamu ben)
"Temenan Sis, aku ora goroh. Iki lo neng ngarepan nggone" (beneran Sis, aku tidak bohong. Ini lo didepan jalan tempatnya). Jawab Beni sambil menunjuk kedepan.
“Yo wel ,rewel” (Iya wel bawel). Sahut Beni dari depan, dengan suara kesal.
"Getun aku mau nduduhi awakmu sis"
Genggaman tangan kanan Beni seketika menurunkan gasnya secara perlahan, putaran rantai akhirnya berpengaruhi memperlambat motor Beni, perlahan roda motornya juga ikut melambat.
“Koen gendeng ben, bengi ngene iki yo gak ketok blok” (kamu gila ben, malam begini ya tidak terlihat bodoh).
“Yo paling gak kan awakmu ngerti ancer-ancere nggone sis, penting aku ogak mbujuk’i awakmu ”
“Yo..yo ben, aku percoyo” (iya..ya ben, aku percaya). Jawab sinis Siska
Mereka terus berjalan memasuki tikungan terakhir jalanan dimana coban itu berada.
Pocong itu berwajah hitam, mengeluarkan aroma yang busuk.
Mengetahui ada hal yang ganjil Siska memalingkan mukanya ke kanan.
Siska hanya diam, mulutnya kelu tak berucap hingga dalam hati. Yang ada dalam pikirnya hanya rasa panik dan mulai takut saja.
Wanita yang memakai baju merah berjalan dengan cepat, ia keluar dari dalam rerimbunan coban kethak.
Semakin dekat semakin terlihat sosok wanita ini dengan jelas.
"Awasssss... Awasssss...Awasssss mbak"
Sedangkan dari dalam mobil sedan itu sendiri terdengar suara teriakan yang keras.
Setelah menabrak sosok wanita itu, mobil didepan Siska mulai goyang kekanan dan kekiri meliuk-liuk kehilangan kendali.
“Ya. allah..Astagfirullahhal adzim...” Ucap mereka berdua dengan spontan
Siska sendiri saat itu sedang beradu pandang dengan sosok wanita ini dari jarak yang cukup dekat. Kira-kira wajahnya Siska dan wanita ini berjarak sekitar satu meter.
"Ben koen delok wong wedok iku mau? Iku koyok’e duduk wong wedok temenan." (Ben kamu lihat wanita itu tadi? itu kelihatannya bukan seorang perempuan beneran) " Kata Siska dengan nada keras dari belakang.
"Cepetan ben, banterno sepeda motore. Aku wedi temenan iki" Teriak Siska yang tetap bersembunyi dibalik punggung Beni.
“Dalane koyok ngene opo yo iso banter ndol, iso-iso melbu jurang bongko aku Sis” (Jalannya kayak begini apa ya bisa cepat ndol! Bisa-bisa masuk jurang mati aku Sis). Bantah Beni dengan cepat
Beni pun mempercepat laju motornya, tapi kecepatan yang nambah pun tak seberapa karena jalanan yang Beni hadapi sedang menanjak dan mau menikung kekanan.
Kali ini mobil sedan tadi lagi - lagi menabarak sosok wanita ini, tapi saat ditabrak mobil sedan itu.
Teror sosok wanita ini Seakan wanita ini tak mau melepaskan mereka malam itu…
“Hus menengo Sis, aku yo wedi ngejer pisan iki gak awakmu tok. Tapi awakmu ojok nangis ngene”
Keadaan ini terus mereka jalani, roda motor tetap berjalan meski ketakutan. Ditiap perjalanan yang ditempuh sekitar 400 – 500 meter,
Begitu juga Jantung mereka berduapun ikut betabuh genderang kencang dan tak karuan, hanya rasa takut…takut…dan takut yang ada dipikiran mereka.
“Keno opo awakmu dek”(Kena apa kamu dek)
“Huuuu…huuu…huuu”Siska masih terus menangis kencang, dia masih belum bisa menjawab
“Iyo enek opo Sis!!!(ada apa Sis) istigfar..istigfar..istigfar tenang disek”. Kata Samsul dengan cepat dan ikut panik
“Innailahi wa inailaihi rajiun, tapi sampean gak popo to?” (Innailahi wa inailaihi rajiun, tapi kamu nggak papa kan?)
Yo wes ndang minggir sek. Patenono hpmu, nek wes oleh nggon seng padang telpon mas maneh yo” (Ya sudah lekas minggir dulu.
“Iyo mas” (Iya mas)
Siska pun menutup telponnya, dan berbicara disamping daun telinganya Beni “Minggiro cepet Ben aku wes gak kuat. Ndasku wes abot rasane” (Menepilah cepat Ben aku sudah tak kuat.
“Halo mas, aku wes leren iki…huuu..huuu..huuu” (Halo mas, aku sudah berhenti istirahat ini…huuu..huuu..huu)
“Tulungi aku sek mas…iki aku nyampe pujon karo Beni. aku wes gak wani mlaku maneh.
Sementara itu sosok wanita berbaju merah itu,
“Koncomu lanang iku gak wani ta?” (temanmu laki-laki itu tidak berani ta?)
“Gowo mas, aku bawa botol air.” (bawa mas, aku bawa botol air)
“Wes sak iki bukak’en tutupe botol banyune disek!” (sudah sekarang bukalah tutup botol airnya dulu)
“Iyo mas.” (Iya mas) Jawab Siska
Mereka berdua bangkit dari ketakutan dan segera mengikuti arahan mas samsul, dengan suara yg dikeraskan dari hp Siska. ritual malam itu dengan cepat diselesaikan.
“Wes sak iki ombeen banyune karo kancamu” (sudah sekarang minum airnya sama temanmu).
Dengan cekatan Siska meminum Air dari botolnya terlebih dahulu, Teguk demi teguk mereka minum air dari botol itu secara bergantian.
“Alhamdulilah, lego rasane atiku. Rasane sodok tenang mas! Aku karo koncoku wajahe yo wes gak pucet ambi ngejer maneh mas.
(Alhamdulilah, lega rasa hatiku. Rasanya agak tenang mas! Aku sama temanku wajahnya ya sudah tidak pucat lagi sama gemetaran lagi mas.
“Wes aman, terusno perjalananmu. Engko nek jek onok opo-opo hubungono aku maneh dek” (sudah aman, teruskan perjalannmu. Nanti kalau masih ada apa-apa hubungi aku lagi dek)
Saat itu, sosok wanita yang berganti-ganti tempat didepan siska tiba-tiba sudah lenyap. Begitu juga dengan bau khasnya sudah tak tercium lagi.
Selesai Siska berbicara panjang lebar lewat sambungan telpon,
Rumah Samsul.
Malam itu kakak sepupunya berada dirumah sehabis membantu Siska, ia sedang tiduran dikamar sendirian menghadap pintu.
“krekkkk…kretek…kretekkk…”Pintunya mulai bergerak berayun sendiri secara perlahan.
Setelah pintu ditarik, Samsul melihat melihat sosok kuntilanak merah sedang berjalan merayap ditembok menuju tempat samsul berdiri ditengah pintu kamarnya.
“Iku adekku, koen iku wes bedo alam karo adekku. wes maringene ojo ganggu maneh!!!”
“Heeeemmm,,,geeerrrrrrrhhhhhhhhh” suara geraman kuntilanak yang semakin marah.
“astagafirulallah, allah huakbar.” Ucap samsul yang spontan
“Aku bedo karo adekku, nek koen jek pancet ganggu uwong maneh termasuk adekku. Titenono nek aku jek krungu awakmu ganggu nang kono koen tak parani langsung, Koen bakale tak pateni!”
-TamaT-