Ini bukan pertama kalinya saya mendapat kiriman konten semacam ini. Kabarnya, Rusia mewajibkan pria memiliki dua orang istri atau lebih, dan bagi siapa pun yang melakukan itu akan diberikan tunjangan. Alasannya? Karena populasi perempuan di Rusia melebihi populasi pria. 🤦🏻♂️ 
Kabar itu bahkan mengklaim 10 juta perempuan Rusia berstatus lajang, alias “jomblo”.
Maaf, kalau ini mengecewakan, tapi kabar itu 100 persen TIDAK BENAR. Ya, itu murni “fake news”.
Konten-konten semacam ini selalu “digoreng” (sesensasional mungkin) dan seolah-olah menunjukkan bahwa yang ada di otak laki-laki itu ya … memang (hanya) perempuan.
Mari kita ulas. Pertama, bagaimana bisa muncul kabar semacam itu? Sebetulnya, ini adalah isu lama yang diputar-putar. Ini semua berawal pada 2006 (ya, 14 tahun lalu).
Vladimir Zhirinovsky, seorang politikus ultranasionalis dan pemimpin Partai Liberal Demokrat Rusia (saat itu wakil ketua Majelis Rendah Parlemen Rusia [Duma], semacam DPR RI) MENDUKUNG keputusan Pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadyrov untuk memperbolehkan poligami di Chechnya.
Ada sumbernya? Ada, tetapi dalam bahasa Rusia. rbc.ru/society/13/01/…
Sebagai informasi, Chechnya adalah salah satu subjek federal (semacam provinsi di Indonesia) berstatus “republik”. Mayoritas warga Chechnya adalah muslim. Seperti di Indonesia, setiap subjek federal memiliki hukumnya masing-masing.
Kalau di Indonesia, Aceh, misalnya, boleh menerapkan hukum Islam, tapi tidak berarti itu menjadi hukum nasional, 'kan?
Pernyataan Kadyrov, DISAMBUT oleh Zhirinovsky, dan ia mengatakan bahwa ide itu (poligami) seharusnya diterapkan di seluruh Rusia karena ada 10 JUTA perempuan lajang di negara itu.
Sekarang, kita tahu dari mana sumber “10 juta perempuan Rusia lajang” yang tersebar di Indonesia. Ya, dari pernyataan Zhirinovsky. Dari mana sumbernya? Tidak jelas. Hanya Zhirinovsky dan Tuhan yang tahu.
Lagi pula, itu pernyataan tahun 2006. Kalau kita percaya, berarti kita sudah jadi “korban”. rbc.ru/society/13/01/…
Namun, kalau ditarik ke belakang, kenapa pemimpin Chechnya memperbolehkan poligami? Menurut Kadyrov, karena pernah terjadi perang besar di Chechnya, jumlah pria di daerah itu (berdasarkan statistik) jauh lebih sedikit dibandingkan perempuan.
Sampai sini, kita tahu latar belakang masalahnya. Jadi, sekali lagi, itu berita 2006 — 14 tahun lalu — dan kita mendapat isu dari 2006 yang dicetuskan oleh seorang anggota parlemen.
“Komentar” satu orang anggota parlemen tentu saja tidak bisa dikatakan sebagai “posisi” resmi suatu negara. Artinya, Rusia sama sekali TIDAK pernah mendukung gagasan itu.
Kemudian pada 2010, Zhirinovsky kembali membahas kemungkinan dibolehkannya poligami (di seluruh Rusia). Pada suatu kesempatan, dia membahas dengan Presiden Medvedev.
Di situlah Zhirinovsky mencetuskan ide soal pemberian insentif atau bonus, baik untuk keluarga yang melahirkan anak pertama, anak kedua, dan bagi perempuan mana pun yang tidak melakukan aborsi.
Zhirinovsky juga mengusulkan untuk pembangunan bank sperma. Tak lupa, dia pun kembali menekankan supaya pria di Rusia diperbolehkan untuk menikahi lebih dari satu orang perempuan. mk.ru/politics/artic…
Pada 2015, Zhirinovsky kembali membahas isu poligami di Rusia. Menurutnya, partainya sangat mendukung supaya poligami dapat diterapkan di Rusia. life.ru/t/звук/824149
Sebagai catatan, hingga kini, baik poligami maupun poliandri dilarang di Rusia.
Jika orang asing yang sebelumnya sudah pernah menikah dan hendak menikah di Rusia, mereka harus membuktikan kelajangannya dengan satu dokumen lain — sertifikat perceraian atau sertifikat kematian pasangannya.
Jadi, sekali lagi, kabar yang mungkin sering kita temukan semacam ini adalah kabar bohong. Kabar itu berasal dari 2006, dan bukan dicetuskan oleh pemerintah Rusia, melainkan seorang anggota parlemen dan sekaligus seorang pemimpin partai.
Kalau dikatakan: “Rusia MEWAJIBKAN …,” tentu ini tidak benar. Ini semua soal logika. Akal sehat.
Lagi-lagi, saya harap supaya rakyat Indonesia juga bisa lebih kritis dan tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu yang bahkan tidak jelas dari mana sumbernya. Saya sendiri selalu memberikan sumber yang jelas, seperti di atas.
Sebetulnya, saya percaya bahwa kebanyakan kabar atau isu semacam ini diterjemahkan dari media berbahasa Inggris yang kemungkinan kredibilitasnya dipertanyakan atau memang media sensasional (yellow journalism).
Namun, karena menyebarkan berita seharusnya ada rasa tanggung jawab terhadap publik, saya harap orang-orang yang menyebarkan informasi pun mengerti bahwa apa yang mereka lakukan bukan pekerjaan main-main. Jika mereka menyebarkan berita bohong, mereka telah membohongi publik.
Semoga siapa pun bisa lebih cermat dalam membuat dan menyebarkan pemberitaan (yang tidak jelas sumbernya) semacam ini. 🤦🏻♂️
