My Authors
Read all threads
Ada apa dengan Guci ini?
Kenapa banyak kejadian seram setalah ada guci?
Gimana sejarahnya?

Semakin seram, semakin menakutkan, peristiwa yang terjadi di rumah keluarga Jessica.

Jessica akan lanjut bercerita di sini, di Briistory.

***
Begitulah, banyak kejadian janggal yang terjadi sejak kehadiran guci itu di rumah. Kejadian janggal dan kadang menyeramkan, yang secara langsung maupun gak langsung mempengaruhi kehidupan kami juga.
Setelah banyak kejadian, aku menjadi selalu was-was kalau harus di rumah sendirian walaupun itu siang hari. Lalu, sebisa mungkin menahan diri untuk gak ke kamar mandi tengah malam, aku akan menahan pipis sampai pagi.
Jo jadi semakin jarang tidur di rumah, lebih sering bermalam di rumah teman atau di rumah Om Fendy. Dia bilang, gak tahan dengan penampakan-penampakan seram yang dia lihat gak satu dua kali, tapi sering.
Selama kira-kira enam bulan pertama, aku baru bisa terbuka membahas masalah ini hanya kepada Jo, kami sudah paham dan mengerti keparnoan masing-masing, karena memang sama-sama sering mengalami kejadian seram di rumah.
Sedangkan kepada Papa dan Mama, kami belum bisa membahasnya secara terbuka, bukannya gak mau, beberapa kali kami sudah coba mengajak untuk membicarakan hal ini,
tapi mereka (terutama Papa) cuma bilang, "Ah kalian ini, gak ada setan apa lagi hantu di rumah ini. Kalian mimpi aja itu." Begitu papa bilang, ngeselin kan? padahal dua anaknya sudah beberapa kali nyaris pingsan atau pipis di celana.

***
Oh iya, ada kejanggalan yang seharusnya membuat kami gembira, tapi malah kami bertanya-tanya, karena memang janggal.
Ini mengenai Nenek.

Di usianya yang sudah senja, 86 tahun, Nenekku ini kondisinya sudah sakit-sakitan, seharusnya sudah menggunakan kursi roda ke sana ke mari, tapi dia bersikeras untuk tetap berusaha berjalan di atas kakinya, walaupun sangat tertatih dan menggunakan tongkat.
Beberapa tahun belakangan, ingatannya juga mulai berkurang, sudah sering lupa akan banyak hal. Kami hanya bisa membantu dengan terus mengajaknya berbincang, kata dokter itu membantu kerja otaknya, supaya terus aktif.
Tapi, beberapa tahun belakangan juga, nenek lebih sering murung, berdiam diri di kamarnya atau di ruang tamu. Kalau kami atau mba Ida mengajak berbincang, nenek lebih banyak diam dengan tatapan kosong, walau kadang menjawab sesekali.
Nah, tapi ada yang aneh, sejak kehadiran guci di ruang tamu, perilaku nenek berubah drastis. Wajahnya berangsur gak murung lagi, hampir selalu tersenyum ceria, kalau diajak ngobrol nyambung,
Aneh kan? menurut kami aneh, karena perubahannya sangat drastis. Intinya, nenek jadi lebih "hidup".

Tapi ya gak apa, kami tetap senang melihat perkembangan itu.

Walaupun ada beberapa cerita nenek yang gak kami mengerti.
Oh iya, sejak kehadiran guci itu juga, nenek sering menceritakan lagi kisah hidupnya waktu muda dulu, cerita yang sebenarnya sudah kami ketahui. Tapi belakangan, nenek menceritakannya lebih detail lagi, lebih dalam, detail yang belum pernah kami dengar sebelumnya.
Kami sudah tahu sejak lama, kalau nenek punya dua sahabat kental sejak muda, namanya bu Suci dan bu Yoana. Yang kami tahu, mereka bertiga sudah bersahabat sejak masih gadis, berarti sudah berpuluh tahun.
Bu Suci masih hidup, tinggal gak jauh dari rumah kami, beliaulah yang memberikan guci di ruang tamu itu kepada nenek. Sedangkan Bu Yoana sudah meninggal sekitar tahun 2010, aku lupa pastinya.

Intinya, mereka bertiga bersahabat erat hingga masa tua.
Begitulah, perilaku nenek berubah setelah kehadiran guci itu, jadi lebih ceria, ditambah dengan informasi-informasi baru yang kami dapatkan mengenai kehidupan Nenek dan dua sahabatnya itu.

***
Pada akhir 2017, ada kabar yang gak mengenakkan, mba Ida minta berhenti jadi suster nenek, alasannya pingin pulang dan bekerja di kampungnya. Papa dan mama gak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginannya.
Tapi aku agak curiga dengan alasan resign mba Ida, gak percaya, yang aku tahu dia sangat betah di rumah, senang juga mengurus nenek, yang sudah dia jalani selama lima tahun lebih.

Aku gak percaya dengan alasannya.
Makanya, setelah sudah beberapa hari mba Ida pergi meninggalkan rumah, aku menelponnya, mencari tahu alasan sebenarnya kenapa dia pergi.
Akhirnya pada suatu malam aku menghubunginya via telpon, kemudian panjang lebar kami berbincang.

Pada akhirnya terungkap semua alasan sebenarnya.
Ternyata, mba Ida sudah gak tahan dengan perubahan perilaku nenek setelah kehadiran guci.

Perubahan yang menurutnya sangat Aneh, selain perubahan yang sudah aku sebutkan di atas tadi. Perubahan yang membuat mba Ida bertanya-tanya, karena gak seperti biasanya.
Pernah beberapa kali Nenek tiba-tiba lupa siapa mba Ida, "Siapa kamu? ngapain kamu ada di rumah ini?" nenek bertanya seperti itu. Tapi beberapa menit kemudian nenek kembali ingat dan balik normal lagi.
Yang lebih aneh lagi, sering nenek bicara sendirian, entah itu di kamar, di ruang tamu, atau di teras, nenek seperti sedang ngobrol dengan seseorang, padahal di situ cuma ada Nenek dan mba Ida.

“Perbincangan” nenek sering kali diselingi dengan tawa, kadang ada tangis juga.
“Nenek ngobrol sama siapa sih nek?” Beberapa kali mba Ida bertanya seperti itu, setelahnya jawaban nenek sedikit mengagetkan.

“Kamu gak usah ganggu, ini saya lagi ngobrol sama teman lama, Yoana, kamu kan sudah kenal. Sana bikinin minum buat Bu Yoana.” Begitu jawab nenek.
Tentu saja mba Ida kaget mendengarnya, karena saat itu hanya ada mereka berdua, hanya ada nenek dan mba Ida, gak ada siapa-siapa lagi. Dan juga, yang mba Ida tahu, Ibu Yoana kan sudah lama meninggal.

Nenek selalu bicara seperti itu, dia bilang sedang berbincang dengan Ibu Yoana.
Kejadian itu sering terjadi, lama kelamaan mba Ida menjadi terbiasa dan perlahan mulai bisa menganggapnya gak aneh lagi.

Tapi lama kelamaan juga, mba Ida merasa kalau keanehan ini semakin menjadi, membuatnya mulai merasa sedikit ketakutan.

Ada kejadian yang benar-benar aneh..
Pada suatu hari, ketika di rumah hanya ada mba Ida, Nenek, dan Mba Wati.

Mba Wati berada di kamarnya, nenek di ruang tengah sedang duduk di atas kursi goyang kesayangan sambil menonton tv, sedangkan mba Ida sedang membereskan kamar nenek.
Lalu dari dalam kamar, beberapa saat kemudian, tiba-tiba sayup mba Ida mendengar suara nenek ngomong sendirian, pelan tapi tetap terdengar.
Gak aneh, hal ini sudah biasa terjadi belakangan, nenek bicara sendirian, seperti sedang berbincang dengan seseorang tapi gak ada lawan bicaranya. Gak memusingkan akan hal itu, mba Ida memutuskan untuk lanjut membereskan kamar.
Nenek terus bicara sendirian di ruang tengah berlangsung agak lama, cukup lama, sampai akhirnya ada yang membuat mba Ida harus menghentikan kegiatannya, karena merasakan sesuatu. Eh, bukan merasakan, tapi mendengar.
Sayup-sayup, mba Ida mendengar suara perempuan yang sepertinya jadi lawan bicara nenek.

Lawan bicara nenek? Bukannya nenek sedang sendiran? Nah itu anehnya.

“Ah gak mungkin, kan nenek sedang sendirian di ruang tengah.” Begitu pikir mba Ida.

Tapi suara itu jelas kedengaran.
“Mungkin itu mba Wati?” Lagi-lagi mba Ida bertanya dalam hati. Tapi bukan, suara mba Wati bukan seperti itu, dia yakin.

Walaupun begitu, mba Ida belum juga berniat untuk melihat ke ruang tengah untuk memastikan, karena belum selesai membereskan kamar.
Hingga akhirnya, mba Ida benar-benar harus menghentikan kegiatannya, lalu memutuskan untuk mengintip ke ruang tengah. Penasaran, karena nenek dan sang lawan bicara semakin keras bicaranya, diselingi dengan tawa terkekeh.
Perasaan semakin gak karuan ketika belakangan mba Ida mampu menangkap beberapa baris kalimat percakapan mereka.
“Yoana, kamu tahu gak, sejak kamu sering main ke sini aku jadi ada teman ngobrol, gak sepi lagi.” Begitu kata nenek.

“Iya Yes, aku juga senang bisa ngobrol sama kamu lagi.” Begitu balas lawan bicara nenek. Yessi adalah nama nenek.
Ketakutan dan rasa cemas mba Ida semakin membuncah, karena nenek menyebut Yoana sebagai lawan bicaranya. Ibu Yoana yang sudah lama meninggal..
Perlahan Mba Ida melangkah ke pintu kamar, berniat mengintip dan melihat keadaan nenek di ruang tengah. Pintu sudah dalam keadaan terbuka sejak tadi, mba Ida cukup hanya menjulurkan kepalanya saja untuk melihat nenek.
Beberapa saat kemudian akhirnya mba Ida dapat melihat keadaan ruang tengah, melihat nenek yang sedang duduk di kursi goyangnya. Nenek menghadap tv yang letaknya di depan kamar yang sedang dibereskan oleh mba Ida,
jadi nenek juga menghadap pintu di mana mba Ida sedang mengintip. Nenek yang seharusnya sedang sendirian..
Mba Ida terpaku, dia ketakutan, jantungnya seperti berhenti berdetak, karena melihat kalau ternyata nenek gak sendirian, di sampingnya duduk satu orang perempuan lagi, perempuan tua yang sepertinya seumuran dengan nenek.
Perempuan itu duduk di atas sofa ruang tengah, rambut putihnya terurai panjang, mengenakan pakaian terusan berwarna gelap, wajah keriputnya kelihatan pucat.
“Ida, sini, saya kenalkan dengan Yoana. Sahabat saya yang sering saya ceritain itu loh, sini Da.” Begitu kata nenek, menyebut nama Yoana sembari memperkenalkan “teman” bicaranya di ruang tengah.
Sontak mba Ida langsung menarik wajahnya, masuk lagi ke dalam kamar, duduk di atas tempat tidur. Dia ketakutan, karena nenek memperkenalkan Ibu Yoana sebagai lawan bicaranya, Ibu Yoana yang sudah lama meninggal..
Ibu Yoana sedang duduk di ruang tengah, sedang berbincang dengan nenek.

Peristiwa yang sungguh sangat menakutkan,
Tapi bukan itu yang membuat mba Ida memutuskan untuk berhenti kerja, tapi ada peristiwa yang lebih menyeramkan lagi.

Begini ceritanya..
Pada suatu malam, mba Ida kaget, karena melihat nenek gak ada di atas tempat tidurnya. Sontak dia langsung panik dan mulai mencari di mana keberadaan nenek. Keluar kamar, memeriksa ruang tengah terlebih dahulu.
“Nek..” Dengan suara pelan, mba Ida memanggil nenek di ruang tengah, suara pelan karena gak mau membangunkan seisi rumah.

Gak ada jawaban, gelapnya ruang tengah masih kelihatan kalau di situ kosong, gak ada nenek.
Mba Ida lalu lanjut melangkah menuju ruang tamu, tempat di mana Nenek biasa duduk juga.

Ketika semakin mendekat ruang tamu, mba Ida memperlambat langkah. Dari sela-sela lemari kaca. Mba Ida melihat sesuatu di ruang tamu.

Mba Ida melihat ada seseorang di ruang tamu..
“Nek..” Sekali lagi mba Ida memanggil nenek. Namun tetap gak ada jawaban.

Tapi walaupun rasa takut sudah mulai meraja, mba Ida tetap harus terus melangkah ke ruang tamu, dia yakin kalau itu nenek yang sedang duduk di situ.
Sampai akhirnya, mba Ida benar-benar sampai ruang tamu. Dan benar, ada nenek di situ.

Tapi nenek gak sendirian, dia ditemani seseorang. Seorang perempuan tua yang mba Ida sudah pernah lihat sebelumnya, perempuan tua yang nenek sebut sebagai ibu Yoana.
Mereka berdua hanya duduk diam, saling memandang dalam senyap. Mereka juga sepertinya gak menyadari akan kehadiran mba Ida yang masih saja berdiri terpaku, hanya memandang keanehan itu.
Entah muncul keberanian dari mana, akhirnya mba Ida bersuara.

“Nek, ayo ke kamar lagi nek, ini masih malam.” Begitu kata mba Ida.

“Gak mau, saya masih mau ngobrol dengan Yoana.” Begitu jawab nenek, tanpa memandang mba Ida.
Tapi ada yang sangat menyeramkan, tiba-tiba Ibu Yoana mulai mengarahkan pandangannya ke mba Ida, Ibu Yoana memandang mba Ida.
Dalam remang cahaya, mba Ida masih dapat melihat wajah ibu Yoana. Wajahnya pucat, lingkar matanya berwarna gelap.

Yang paling menakutkan, di wajah keriputnya Ibu Yoana tersenyum tipis dengan ekspresi datar. Sangat menyeramkan..
Sambil mulai menangis ketakutan, akhirnya mba Ida perlahan mendekat ke nenek, memapahnya untuk berdiri lalu berjalan kembali ke dalam kamar.

Dalam prosesnya, Ibu Yoana yang masih saja duduk di hadapan, terus memandang mba Ida dengan senyum seramnya.
“Yoana, saya tidur dulu ya.” Begitu kata nenek.
Air mata ketakutan terus menetes membasahi pipi mba Ida, ketika dia terus memapah nenek dalam perjalanan meuju kamar. Ssayup-sayup mba Ida mendengar suara Ibu Yoana bersenandung dari ruang tamu, senandung yang menyeramkan.
Sesampainya di kamar, nenek lansung tertidur pulas, sementara mba Ida terus terjaga sepanjang malam mendengarkan senandung Ibu Yoana, sampai pagi menjelang.
Peristiwa itulah yang akhirnya membuat mba Ida memutuskan untuk berhenti kerja, dia gak tahan lagi.

Mendengar ceritanya, aku bisa mengerti.

***
Setelah kepergian mba Ida, aku hitung sudah tiga kali kami sudah mendatangkan suster pangganti.

Tapi ketiganya hanya sebentar, yang paling lama bertahan hanya dua minggu, yang lainnya hanya hitungan hari. Mereka berhenti dengan alasannya masing-masing,
Aku dan Jo sih bisa menebak kenapa mereka gak ada yang bertahan lama.
Sampai akhirnya, kami memutuskan untuk bergantian menjaga nenek selama belum ada yang menggantikan posisi mba Ida.
Tapi Tuhan berkehendak lain, pertengahan tahun 2018 nenek meninggal dunia. 😢
Tiga bulan sebelum meninggal, penyakit yang diderita sejak lama kambuh lagi dan berangsur parah. Waktu itu kami hanya bisa pasrah berserah, berharap yang terbaik untuk nenek, tapi ya itu, kehendak Tuhan membuat nenek harus kembali ke pangkuanNya.

***
Rumah jadi semakin kosong semenjak kepergian nenek. Sepi rasanya..
Ditambah lagi, beberapa bulan setelahnya, mba Wati bilang kalau dia mau berhenti kerja.

Sama seperti mba Ida dulu, dia bilang mau pulang kampung.

Tapi papa mama sedikit memelas kepada mba Wati agar jangan berhenti, karena akan sangat susah mencari penggantinya.
Tapi sukurlah, mba Wati akhirnya mau melanjutkan kerja, tapi ada syaratnya. Dia gak mau menginap di rumah, dia mau tinggal di rumah saudaranya, jadi mba Wati akan datang pagi dan pulang sore. Papa mama setuju.

Sukurlah..

***
Pada suatu hari, beberapa bulan setelah meninggalnya nenek, papa menelpon ketika aku sedang di kantor.

“Jess, nanti pulang kerja kita makan bareng ya, sama mama dan Jo juga.” Begitu kata Papa.

“Makan di mana Pa?”

“Tempat biasa aja lah ya,” Jawab Papa.
Aku gak berpikir macam-macam, karena kami memang sering kali makan malam bersama di luar.

Iya, malam itu kami berempat bertemu di satu restoran di Selatan Jakarta.

***
Jo datang paling belakangan, ketika aku papa dan mama sudah kumpul sejak jam tujuh tadi.

Awalnya kami ngobrol santai, perbincangan topik ringan, seperti sebelum-sebelumyna.

Tapi suasana berubah ketika Papa akhirnya mengangkat satu tema.
“Jess, Jo, ada apa ya dengan guci itu?” Begitu tanya Papa.

Langsung saja aku dan Jo kompak bilang, “Ada setannya Pa. Sejak ada guci, rumah jadi seram, banyak kejadian aneh.”

“Kok Papa baru sadar sekarang?” Tanyaku.
“Sebenarnya bukan kalian doang, papa mama juga beberapa kali merasakan kejadian aneh di rumah, sebelum nenek meninggal juga. Papa sering mengelak, karena gak mau membuat kalian ketakutan juga.” Begitu jawab papa.
Berikutnya Papa dan Mama cerita semuanya, cerita tentang kejadian seram yang mereka alami di rumah, kejadian-kejadian yang sungguh membuat mereka berdua jadi amat sangat ketakutan.
Puncaknya, ada kejadian yang membuat papa akhirnya mau mengajak aku dan Jo berdiskusi mengenai hal ini.

Beberapa hari sebelumnya, di tengah malam buta, papa dan mama terbangun dari tidurnya. Terbangun karena mereka mendengar sesuatu di ruang tengah.
Ada suara tawa cekikikan, tawa cekikikan yang sepertinya bersumber dari dua orang.

Di dalam kamar, mereka sangat ketakutan, sampai akhirnya papa mendengar suara nenek, suara nenek memanggil namanya dari ruang tengah.
“Tony, ke sini Ton, mami ada perlu.” Begitu kata Nenek, nenek yang sebenarnya sudah meninggal beberapa bulan sebelumnya.
Rasa penasaran yang akhirnya membuat papa memberanikan diri untuk membuka pintu kamar, lalu melihat ruang tengah.
Di ruang tengah, ternyata Papa melihat ada nenek yang sedang duduk di kursi goyang, ditemani dengan sahabatnya, Ibu Yoana, yang duduk di sebelahnya.

Dua orang sahabat yang sudah meninggal semuanya, mereka duduk berbincang di ruang tengah.
Peristiwa itulah yang akhirnya membuat Papa dan Mama mau membahas akan hal ini.
“Coba kamu tolong tanya ke keluarga Ibu Suci, ada apa dengan guci itu. Kan nenek bilang dia dapat guci itu dari Ibu Suci.”

Papa menyuruh aku dan Jo untuk datang ke rumah Ibu Suci, dan mencari informasi tentang guci itu.

***
Gak lama-lama, keesokan harinya aku dan Jo langsung datang ke rumah Ibu Suci.

Di rumahnya kami disambut dengan anak Ibu Suci, Bu Dewi namanya. Kebetulan waktu itu Ibu Suci sedang gak ada di rumah, dia sedang tinggal di rumah anaknya yang lain, di luar kota.
Tapi dari bu Dewi ini, kami mendapatkan banyak informasi yang mengejutkan.
“Jadi benar, tahun lalu, saya lupa tepatnya, Ibu Yessy datang berkunjung ke sini, silaturahmi dengan mama saya.” Begitu bu Dewi bilang.

Singkatnya, pertemuan mereka selesai, diakhiri dengan nenek yang pulang membawa guci.
Bu Dewi bilang juga, kalau sejak ada guci itu di rumahnya, ibu Suci jadi berperilaku aneh, sering bicara sendirian.
Nah, pada akhir perbincangan nenek dengan Bu Suci, Bu dewi sempat mendengar kalau nenek bilang begini:

“Kalau begitu, saya pinjam gucinya ya, saya juga kangen dengan Yoana.” Begitu nenek bilang.

“Ya sudah, bawa aja gucinya Yes.” Jawab Bu Suci.
Akhirnya nenek membawa pulang guci itu ke rumah, begitulah awalnya.

Lalu, dari mana Bu Suci mendapatkan guci itu?
Menurut bu Dewi, ternyata guci itu didapat atas pemberian dari keluarga Ibu Yoana. Ibu Suci sendiri yang memintanya ketika datang berkunjung ke rumah keluarga Ibu Yoana.

Jadi, ternyata dulunya ternyata guci itu adalah tempat abu sisa pembakaran jenazah Ibu Yoana.
Cukup lama abu jenazah berada di dalam guci, sampai akhirnya beberapa tahun setelah kematian Ibu Yoana, keluarga menemukan surat wasiat yang ditulis almarhum Ibu Yoana.

Dalam suat wasiatnya, almarhum meminta kalau abu jenazahnya dibuang ke laut saja, jangan disimpan.
Tentu saja keluarga harus melaksanakan permintaan ini, lalu mereka membuang abu jenazah Ibu Yoana di laut kepulauan seribu.

Salahnya, guci gak ikut dibuang, malah dibawa pulang.
Jadi begitulah sejarah guci itu, guci yang dulunya jadi tempat penyimpanan abu Jenazah sahabat almarhum nenek, Ibu Yoana.

***
Hai,

Balik ke gw ya, Brii.

Begitulah kisah tentang Guci yang ada di rumah keluarga Jessica.

Cukup sekian cerita malam ini, sampai jumpa minggu depan di cerita gw lainnya.

Met bobo, semoga gak mendengar suara senandung dari ruang tamu.

Salam,
~Brii~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Brii

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!