Nah, ketika lulus SMU, aku dan Kiara terpaksa berpisah, karena kami diterima di dua universitas yang berbeda, aku di UI sementara Kiara di UGM.
Benar juga, kami masih akan sering bertemu kok walau pasti gak akan se-intens masa SMU.
Seiring berjalannya waktu, benar adanya, beberapa kali aku datang mengunjungi Kiara di Jogja kalau ada libur beberapa hari, sekalian datang ke rumah Mbah juga.
Kejadian yang masih sangat aku ingat detailnya sampai sekarang.
Begini ceritanya..
***
Memang berniat untuk liburan ke Jogja, alasan pertama karena memang ada libur kuliah agak lama, satu minggu lamanya. Alasan kedua, pada tanggal 15 Maret Kiara berulang tahun, sekalianlah pikirku.
Jadilah aku berlibur di Jogja.
Berangkat dari Jakarta hari kamis tanggal 14 Maret, menggunakan kereta pagi. Rencananya aku akan memberikan surprise ultah kepada Kiara pada tengah malamnya.
Sore itu cuaca hari sangat cerah, di stasiun Tugu aku turun dari kereta. Suasana Jogja yang sangat aku rindukan, senyumku selalu sumringah setiap kali menginjakkan kaki di kota ini.
Daerah yang gak terlalu jauh dari stasuin Tugu, hanya sekitar 20 menit menggunakan transportasi online.
“Alhamdulillah. Gak usah beli apa-apa Ta, kamu ke sini aja langsung.” Jawab Kiara.
Ya sudah, aku langsung meluncur ke tempat kost-nya.
***
Senang rasanya bisa bertemu lagi dengan sahabat yang selalu ceria ini. Setelah sudah nyaris satu tahun lamanya sejak pertemuan terakhir.
“Ini aku baru aja pulang, seharian ini jadwal lumayan padat sih.” Jawab Kiara.
Sebelah kamar Kiara ada satu kamar, sementara dua kamar lain berada di depannya, terpisahkan oleh ruang tengah.
Di ruang tengah inilah kami berbincang seru pada sore itu.
Kiara bilang, waktu itu rumah kost sedang gak seluruhnya terisi, hanya lima kamar yang berpenghuni, sedangkan empat sisanya kosong, karena baru saja ditinggal penghuninya.
***
Seluruh penghuni masuk ke kamar masing-masing untuk sholat, begitu juga dengan kami.
Selesai maghrib, Kiara pamit untuk ke luar sebentar, mau beli makan katanya.
“Siap bos, santaaaaayy. Kamu jangan lama-lama tapi ya hehe.” Jawabku.
Setelah itu Kiara berangkat pergi.
“Sini Ta, nonton tv di sini, ngapain di kamar sendirian.” Ucap Dewi ramah ketika melihatku muncul dari dalam kamar.
Dewi bilang, kamar dia di lantai atas, bersama dengan dua penghuni lainnya. Lantai dasar hanya ada Kiara dan satu penghuni lagi yang belum aku kenal, Selvi namanya.
Kejutan ultah? Waaahh ini pasti seru, begitu pikirku dalam hati.
Setelah Dewi pergi, tinggal aku sendirian di ruang tengah.
Dalam kesendirian, jari tanganku sesekali menekan tombol remot tv, mencari saluran yang nyaman di hati.
Iya, nyaris, karena akhirnya rasa kantuk mendadak hilang karena aku dikagetkan oleh suara pintu terbuka.
Pintu kamar sebelah kamar Kiara, yang letaknya persis berada di depanku, tiba-tiba terbuka.
Masih muda dan cantik, sepertinya mahasiswi yang masih satu angkatan denganku.
"Maaf lama ya Ta, tadi aku ketemu temen kampus, jadinya ngobrol deh hehehe" Begitu kata Kiara sambil cengengesan.
Berempat kami berbincang senda gurau di rumah besar ini.
Kiara nurut, dia ikut ajakanku masuk kamar.
Setelah di dalam kamar, pintu sengaja aku tutup supaya pergerakan Dewi dan Selvi gak terlihat.
Entah Kiara sadar atau nggak dengan adanya pergerakan Dewi dkk di luar kamar.
Saat heboh dan ramai di dalam gelap itulah aku melihat ada hal yang aneh..
Baru teringat lagi dengannya, karena aku melihat dia tengah berdiri di depan pintu kamarnya. Dia hanya berdiri diam..
Baru saja aku berniat hendak mengajaknya bergabung, tiba-tiba ruang tengah kembali terang benderang, Dewi atau Selvi yang menyalakan lampunya.
“Terima kasih lho Ta kejutannya, jauh-jauh kamu dari Jakarta untuk ini.” Ucap Kiara.
“Sekalian aku liburan kan Ra, kamu jangan geer deh, haha.” Jawabku.
Rencananya, jam sebilan pagi aku akan berangkat ke rumah Mbah.
***
Hampir jam delapan aku baru benar-benar bangun dari tidur, lalu berniat untuk ke kamar mandi.
Agak sedikit lega melihat dia, karena berarti aku gak sedang benar sendirian di rumah besar ini. Setelah bergumam sendiri lalu dengan niat bulat aku keluar menuju kamar mandi.
“Ke mana dia?” Tanyaku dalam hati.
“Ah mungkin dia naik ke lantai atas.” Sekali lagi aku bergumam, mengambil kesimpulan sendiri.
Tanpa pikir panjang aku langsung masuk kamar mandi dan mulai membersihkan diri.
Setelah selesai aku langsung kembali ke kamar.
Sibuk aku membereskan tas, karena sebentar lagi harus berangkat ke rumah mbah.
Aku sedikit terkejut ketika akhirnya sadar akan hal itu.
Ternyata perempuan kamar sebelah.
Duduk menghadap kamar Kiara yang pintunya dalam keadaan terbuka, ada aku di dalamnya tengah beberes.
Dia duduk diam memandangku,
Tanggung, sedikit lagi selesai, maka aku meneruskan membereskan barang-barangku, setelah beres nanti aku akan datang menghampirinya.
Iyalah, tentu saja aku kaget, gak ada suaranya tapi tiba-tiba dia sudah berdiri di depan pintu.
Dia masih diam berdiri tersenyum datar, tapi menyambut uluran tanganku, kami bersalaman.
Dia hanya mengangguk pelan, gak mengeluarkan sepatah kata pun.
“Kenapa semalam gak ikut ngobrol di sini mba?” Lagi-lagi aku bertanya.
Dia tetap diam, hanya menggeleng.
Tapi ada yang aneh, wajahnya pucat seperti orang yang kelelahan atau kurang tidur.
Lagi-lagi dia hanya diam, kemudian mengangguk pelan.
Setelah itu Nayra berjalan meninggalkanku, lalu masuk ke kamarnya.
Gak lama setelahnya, aku berangkat meninggalkan rumah kost Kiara.
***
Aku membaca pesan whatsapp dari Kiara, ketika sudah tepat di depan rumah kostnya.
“Ok. Aku sudah di depan kost kamu kok.” Balasku.
Sepertinya rumah masih sepi, karena ketika mengetuk pintu pertama kali gak ada yang membukanya.
Selang beberapa menit, aku kembali mengetuk pintu.
Ah sukurlah, kali ini ada yang membukanya dari dalam.
“Makasih ya, maaf mengganggu.” Kembali aku berkata sendiri, karena Nayra hanya tersenyum tipis dalam diam.
Kemudian kami masuk dan aku menutup pintu.
Ada yang aneh, ternyata dia masih mengenakan pakaian yang sama dengan waktu pertemuan kami yang pertama kali, celana panjang jeans berkaos putih lengan panjang.
“Mba Nayra, terima kasih ya sudah membukakan pintu.”
Nayra gak menjawab, dia diam sambil terus melangkah ke bagian belakang rumah.
Ya sudah, aku langsung masuk ke kamar Kiara.
Tiba-tiba dia sudah ada di depan pintu.
“Iya nih, Kiara mau ngajak jalan katanya, hehe” Jawabku.
“Oh gitu. Lah, Kiaranya mana? Kemana dia?” Tanya dewi.
“Trus, siapa yang bukain pintu buat kamu tadi Ta?”
Mendengar jawabanku, raut wajah Dewi tiba-tiba berubah, dia kelihatan kaget mendengar jawabanku.
“Nayra? Nayra kamar sebelah? Serius kamu? Gak salah dengar? Bukan Selvi?”
“Benar Wi, aku yakin, Nayra kamar sebelah. Emang kenapa sih?” Jawabku menegaskan.
Lalu dia seperti terburu-buru melangkah menuju kamarnya di atas, meninggalkan ku sendirian di bawah.
“Aneh, kenapa tuh Dewi.” Aku bergumam dalam hati.
“Hari ini kita jalan-jalan ya, sekalian mampir ke warung kopi punya temanku yang baru buka. Enak tempatnya.” Begitu katanya.
Lalu kami berbincang panjang lebar.
“Jadi tadi Dewi kan yang bukain pintu?” Tanya Kiara.
“Bukan Ra, bukan Dewi, tapi Nayra, teman kamu yang di kamar sebelah.” Jawabku.
“Kamu persis kayak Dewi tadi, langsung aneh begitu aku menyebut Nayra, emang ada apa sih?”
“Nanti aja ceritanya. Kita jalan sekarang aja yuk.” Tiba-tiba Kiara langsung mengajakku pergi, saat itu juga.
***
“Yakin Raaaaaa. Kan waktu hari jumat kemarin kami sudah sempat kenalan, waktu kamu sudah pergi kuliah.” Jawabku tegas.
“Ini bukan orangnya? Yang berdiri di tengah, kaus putih.” Tanya Kiara.
Aku memperhatikan poto itu dengan seksama, poto seseorang yang sangat yakin aku kenal.
Lalu Kiara menjelaskan..
“Trus, kenapa dengan dia?” Tanyaku semakin penasaran.
“Adiknya selamat, sementara Nayra meninggal di tempat.”
Aku terdiam mendengar kalimat dari mulut Kiara itu.
Terkejut, karena aku beberapa kali sudah berinteraksi dengan Nayra, yang ternyata sudah meninggal satu bulan sebelumnya.
***
Seru ya ceritanya. Yah, namanya juga rumah kost, kita gak tahu ada cerita apa sebelum kita datang dan menempatinya sebagai penghuni baru.
Sekian cerita malam ini, sampai jumpa minggu depan.
Met bobok, semoga mimpi indah.
Salam,
~Brii~