, 90 tweets, 11 min read
My Authors
Read all threads
Berkendara sendirian di tengah malam sering menghasilkan cerita, entah itu seru atau seram, jadi pengalaman yang gak terlupakan.

Seperti salah satu teman ini, mengalami peristiwa janggal ketika menyusuri jalan Kediri - Malang.

Dia akan cerita langsung di sini, di Briistory.
Aku Robin, umur 32 tahun, bekerja di salah satu perusahaan seluler terkemuka di Indonesia.

Sebenarnya kantorku di Jakarta, tetapi tugas yang aku emban mengharuskan untuk rutin berkeliling ke kantor cabang di seluruh Indonesia.
Nyaris setiap minggunya harus melakukan perjalanan luar kota Jakarta, bahkan luar pulau Jawa.

Menyenangkan, bertemu dengan orang-orang baru, suasana kantor yang berbeda-beda, budaya dan kebiasaan yang beda juga kadang. Jenis pekerjaan yang sangat aku suka.
Dalam tugas ke luar kota ini, aku lebih banyak sendirian, walau kadang sesekali ada rekan kantor mendampingi kalau ada ada hal yang harus di selesaikan tetapi bukan bidang yang aku kuasai. Tapi ya itu tadi, lebih banyak sendirinya.
Dalam prosesnya, aku jadi punya banyak pengalaman yang jadi pembelajaran, pengalaman dalam hal pekerjaan atau juga di luar pekerjaan.
Nah, pengalaman yang gak ada hubungannya dengan pekerjaan inilah yang sungguh sangat menarik untuk diceritakan. Ya tentu saja, ada beberapa pengalaman aneh cenderung seram yang aku temui, salah satunya akan aku ceritakan kali ini.
Sudah nyaris lima tahun belakangan aku menjalani tugas ini, berkeliling ke banyak kantor cabang. Biasanya, dalam satu perjalanan dinas, ada beberapa cabang dan kota besar maupun kecil yang aku kunjungi.
Contohnya di Jawa Barat, dalam satu perjalanan dinas aku akan berkunjung ke kota Bandung, Tasik, Ciamis, dan lain-lain. Kunjungan itu bisa dilakukan dalam beberapa hari, tergantung kondisinya.
Sama dengan perjalanan dinas yang akan aku ceritakan ini, ketika harus keliling Jawa Timur untuk mengunjungi kantor cabang yang ada di sana.

Masih lekat dalam ingatan, karena baru beberapa bulan lalu kejadiannya, tepatnya pada bulan November 2019.

Begini ceritanya..

***
Waktu itu hari selasa, menggunakan pesawat pertama dari Jakarta, jam delapan pagi aku sudah berada di kantor cabang kami di Surabaya, di kota besar inilah kegiatan berkeliling Jawa Timur dimulai.
Rencananya, pagi itu gak akan berlama-lama di Surabaya, paling lambat jam 10 aku sudah harus berangkat ke Kediri, menyelesaikan pekerjaan di kantor cabang di sana. Lalu dari Kediri, akan langsung ke Malang dan bermalam di kota apel itu. Rencananya begitu.
Dalam prosesnya, semua bisa berjalan sesuai rencana. Sekitar jam 10 aku sudah meninggalkan Surabaya, menuju Kediri.
Oh iya, kalau masih di pulau Jawa, aku memilih untuk mengendarai sendiri mobil kantor yang aku gunakan untuk berkeliling, gak memakai jasa supir, karena aku sudah mengenali sebagian besar wilayahnya. Beda kalau luar Jawa, sebisa mungkin aku akan meminta bantuan supir kantor.
Sama juga kali ini, sendirian aku berkendara dari Surabaya menuju Kediri, ke Malang sore harinya.
Banyak yang tahu, kalau perjalanan Surabaya Kediri akan memakan waktu kira-kira tiga jam jalan santai.

Singkatnya, sekitar jam satu siang aku sudah sampai di kantor Cabang Kediri.
Gak langsung bekerja, rekan di Kediri mengajakku makan siang dulu di salah satu rumah makan ketika baru saja sampai. Ini bukan kunjungan pertamaku ke Kediri, sebelumnya sudah beberapa kali.
Tapi, ini nanti akan jadi perjalananku pertama kali dari Kediri ke kota Malang, karena sebelum-sebelumnya selalu sebaliknya, selalu melakukan perjalanan Surabaya-Malang-Kediri-Surabaya. Kali ini beda, kenapa beda? Ya karena aku pingin suasana baru aja.
Karena sudah beberapa kali berkunjung ke kantor Kediri, aku jadi sudah akrab dengan rekan yang ada di sana, gak terlalu kaku lagi.
“Mas, selesai dari sini nanti mau langsung ke Malang?” Tanya Pak Alwi, kepala kantor cabang Kediri.

“Iya Pak, saya bermalam di Malang aja. Besok pagi bisa langsung kerja di cabang sana kan.” Jawabku.
“Perlu supir kantor gak?” Tanya Pak Alwi lagi.

“Gak perlu lah Pak, semoga belum terlalu malam saya sudah selesai di sini. Jalan santai tiga jam juga sampai kan.” Begitu jawabku.
“Ya Sudah kalau begitu. Jangan terlalu malam dari sininya mas, jalur Kediri Malang masih ada yang rawan.” Begitu tuah Pak Alwi menutup percakapan.

Selebihnya, selesai makan siang kami kembali ke kantor, kemudian aku langsung bekerja menyelesaikan tugas.
Iya begitu, rencanaku jam lima sudah selesai pekerjaan, lalu bisa langsung menuju Malang.

Tapi ternyata gak berjalan seperti itu, banyak kendala dalam prosesnya, kendala yang mau gak mau harus aku selesaikan hari itu juga.
Jauh di luar rencana, nyaris jam sembilan malam pekerjaan baru tuntas terselesaikan.

***
“Sudah mas, menginap di sini saja. Besok pagi-pagi saja berangkat ke Malangnya.” Begitu kata Pak Alwi, ketika kami sedang sandai beristirahat di depan kantor.

“Saya sudah booking hotel di Malang Pak, sayang kan kalau di-cancel.” Begitu jawabku.
“Ini sudah mau jam sembilan lho, yakin ndak mau disupiri?” Sekali lagi pak Alwi menawarkanku untuk ditemani supir kantor.

“Yakin Pak, saya sendiri aja. Ini jam sebelas juga juga bisa sampai Malang kan.” Sekali lagi aku menolak tawaran Pak Alwi.
“Ya sudah kalau begitu. Yang penting hati-hati, jam segini jalanan sudah sepi, kalau mengantuk baiknya menepi.”

“Iya pak, Saya siap-siap dulu ya Pak.” Aku menutup percakapan.

***
Sudah jam sembilan lewat sedikit, setelah selesai dari toilet, aku berpamitan dengan Pak Alwi dan rekan-rekan lainnya, untuk melanjutkan perjalanan dinas ke kota berikutnya, Malang.

Berangkatlah aku..
Kediri ini sebenarnya bukan kota besar, tapi bukan kota kecil juga, sama seperti kota-kota lainnya di Jawa Timur aku menyukai suasananya.

Jadi, jalur yang aku akan lalui adalah Kandangan, Kasembon, Ngantang, Pujon, Batu. Begitu kira-kira.
Sudah dua atau tiga kali aku lewat jalur ini sebelumnya, tapi ya itu tadi, selalu dari arah sebaliknya, dari Malang ke Kediri. Baru kali ini harus melakukan perjalanan dari Kediri ke Malang, malam hari pula.
Sebenarnya, aku sangat menyukai perjalanan darat bermobil, road trip istilahnya, apa lagi ke tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Sejak sekolah dulu aku sudah sering malakukannya bersama teman atau sendirian.
Kebetulan yang menyenangkan, akhirnya malah mendapatkan pekerjaan yang mengharuskan untuk banyak berkeliling melakukan perjalanan.
Sekadar info, mobil yang aku gunakan kali ini adalah Avanza keluaran terbaru, jadi seharusnya gak akan mengalami kendala mesin, mestinya gak akan ada masalah selama perjalanan, harusnya seperti itu..

***
Jam sepuluh lewat, ketika aku sudah sampai di wilayah Kasembon.

Mungkin di banyak wilayah lain jam 10 malam masih akan terlihat orang atau kendaraan yang lalu lalang, masih ramai, tapi di kasembon waktu itu sudah sangat sepi.
Kendaraanku menembus jalanan sendirian, jalan yang banyak bagiannya masih pepohonan rindang.

Hanya satu atau dua kendaraan yang melintas dari arah berlawanan atau sebaliknya. Benar-benar sepi.
Gak terlalu lama, sekitar setengah jam kemudian aku sampai di kota kecil berikutnya, Ngantang.

Di Ngantang ini aku berniat mencari toko atau warung kecil untuk memberli rokok dan minuman, karena kelupaan untuk belanja di Kediri tadi.
Niatan untuk berhenti sebentar akhirnya terpenuhi, ketika aku menemukan toko kecil yang masih buka, lalu parkir tepat di depannya.

Kebetulan, toko kecil ini juga menjual kopi dan bisa meminumnya di tempat, ada meja sederhana yang disediakan di depan toko.
Aku memesan segelas kopi, karena mata sudah mulai agak mengantuk.

“Mau ke mana tho Mas ini?” Tanya bapak pemilik toko sambil mengantarkan gelas kopi.

“Batu Malang Pak, ada pekerjaan di sana, hehe.” Jawabku cengengesan.

“Oh begitu. Memang Mas-nya dari mana?” Tanya beliau lagi.
Lalu aku jelaskan semuanya, kalau aku dari Jakarta sedang bertugas di Jawa timur, kemudian Bapak ini malah terus menemaniku meminum kopi.

Karena aku memang orangnya suka berbincang ditambah bapak pemilik toko juga sangat ramah dan menyenangkan jadilah kami berbincang seru.
“Harusnya Mas bermalam di Kediri saja tadi. Jalan menuju Pujon Batu sangat sepi Mas, jalannya berliku naik turun, harus sangat berhati-hati.” Begitu ucap Bapak itu di tengah perbincangan.
“Iya Pak, tadi teman kantor juga bilang begitu. Tapi gak apalah, saya akan hati-hati pak,” Jawabku.
“Bukan mau menakut-nakuti, di sana sering terjadi kecelakaan. Baru seminggu yang lalu ada kendaraan yang isinya bapak dan anaknya, kecelakaan di pujon situ. Dua-duanya meninggal.” Kembali bapak itu mengingatkan.
Agak seram mendengarnya, karena tahu kalau jalan yang akan aku lalui nanti memang menantang, banyak belokan tikungan, tanjakan turunan, membelah perbukitan melintasi hutan.

Tapi sudah gak ada pilihan lagi, aku harus terus jalan menuju Malang, gak mungkin balik lagi ke Kediri.
Ya sudahlah, setelah habis beberapa batang rokok dan gelas kopi juga sudah kosong, aku memutuskan untuk lanjut perjalanan.
Sebenarnya perbincangan cukup menyenangkan dengan bapak pemilik toko, tapi sebelum lupa diri aku harus pergi.

“Hati-hati ya Mas.”

“Terima kasih Pak.”

***
Benar adanya, jalanan sangat sepi, hanya sesekali terlihat kendaraan lain melintas.

Sepertinya aku terlalu lama berhenti di toko tadi, jam setengah dua belas ketika aku meninggalkan daerah Ngantang, terlalu malam..
Kalau siang hari, jalan ini punya pemandangan yang indah, rindang pepohonan menghiasi udara sejuk pegunungan.

Kondisi jalannya tergolong bagus, mulus dan cukup lebar, harusnya gak ada masalah bagi kendaraan jenis apa pun untuk melintas.
Sekali lagi, jalur ini punya pemandangan bagus, sedap dipandang mata.

Itu kalau siang hari, beda situasinya kalau malam.
Malam hari Jalanan gelap, karena sama sekali gak ada PJU, walau sesekali ada rumah penduduk yang lampunya membantu sedikit penerangan.

Pemandangan indah pegunungan sama sekali gak terlihat, hanya barisan rindang pohon yang berdiri tegak di kanan kiri jalan sebagai hiasan malam.
Walaupun suka berkendara, tetapi nyaliku akan sedikit ciut kalau harus menemui kondisi seperti ini, sendirian.

Aku gak bisa memacu kendaraan dengan cepat, karena memang sudah nyaris tengah malam dan kondisi jalan yang gak terlalu aku hapal juga.
Semakin berhati-hati lagi dan makin memperlambat laju kendaraan ketika tiba-tiba hujan, rintik turun menyempurnakan udara sejuk di tengah malam buta seperti ini.

“Sempurna..” Begitu gumamku sendirian.
Salah, padahal kondisi itu belum sempurna, beberapa menit ke depan aku akan mengalami kejadian yang sepertinya gak akan bisa aku lupakan.

***
Jalanan menuju Pujon ini sangat sepi. Malahan, sudah beberapa menit belakangan aku sama sekali gak melihat ada kendaraan lain, beneran sepi.
Hujan yang turun gak lagi terlalu deras, hanya rintik-rintik kecil yang jatuh dari langit.

Setelahnya, kabut turun gantian menghiasi, membuat jarak pandang jadi terbatas di semua sisi.
Lampu Avanza yang aku kendarai jadi satu-satunya sumber cahaya menerangi jalan gelap berkabut itu.

Udara luar yang dingin membuatku harus mematikan AC dan menyalakan rokok untuk menghangatkan badan, lalu membuka sedikit kaca jendela memberikan jalan untuk asapnya keluar.
Gerungan suara mesin mobilku menjadi satu-satunya suara yang terdengar, tape sengaja aku matikan sebelumnya dengan tujuan supaya semakin fokus memperhatikan jalan.

Pohon-pohon besar berdiri di kanan kiri jalan, terkesan angkuh memperhatikan.
Jalan berkelok ke kiri kanan, ditambah tanjakan dan turunan, sebenarnya malah membuatku jadi semakin fokus memperhatikan jalan. Tapi ya itu, sudah banyak menit berselang aku gak juga melihat ada kendaraan, aneh..
Beneran, sangat sepi, memebuat perasaan jadi gak enak.
Nyali mulai goyah di dalam kesendirian, pingin cepat ketemu keramaian.
Dikala ketakutan mulai menyeruak ke permukaan, melalui kaca spion tiba-tiba aku melihat ada kendaraan mendekat dari belakang.

Sukurlah, akhirnya ada teman..

Teman? Benarkah?

***
Kendaraan yang tiba-tiba muncul di belakang ini berkecepatan nyaris sama denganku, gak terlalu cepat.

Lampunya terang membelah kabut tipis jalanan, cukup membuat mataku kasilauan.
Pada detik itu, aku masih belum tahu mobil jenis apa di belakangku ini, karena memang sama sekali gelap, ditambah lampu terangnya menghalangi penglihatanku.
Tapi yang jelas, kecepatannya konstan, terus menjaga jarak beberapa belas meter di belakang, sepertinya gak ada niat untuk mendahului, dan gak ada niat untuk menjauh juga, tetap terus di posisinya.
“Ah mungkin dia juga gak mau jalan sendirian, mungkin sedang mencari teman.” Begitu pikirku.
Cukup lama mobil itu mengikuti dari belakang, sekitar 10 menit.

Sampai akhirnya, aku melihat sepertinya dia menambah kecepatan, seperti ingin mendahului. Aku gak ada niat untuk menghalangi, lalu memberikan jalan kepadanya untuk mendahului.
Pada saat itulah akhirnya aku tahu mobil jenis apa kendaraan itu.

Ketika kami berada dalam posisi sejajar, terlihat jelas kalau itu adalah mobil jenis sedan tahun 90-an akhir, berwarna gelap.
Yang menarik perhatian, kaca mobil gak gelap, sangat transparan malah, begitu transparannya sehingga aku bisa melihat ke dalamnya.
Aku melihat ada dua orang di dalamnya, kursi belakang kosong.
Seorang bapak berumur menjelang 50 tahun duduk di belakang kemudi, di sebelahnya ada seorang anak kecil berumur sekitar 12 tahun, sepertinya mereka Bapak dan anak.
Aku bisa melihat sedetail itu karena memang kendaraan kami cukup rapat berjajar dan melaju gak terlalu cepat.
Pada akhirnya mereka berhasil juga mendahului, sekarang aku berada persis di belakangnya.

Sama seperti sebelumnya, ketika sudah berada di depan mobil ini tetap berjalan konstan, gak menambah kecepatan, dengan begitu aku jadi gak bersusah payah membututi dari belakang.
Beberapa menit lamanya kami berjalan beriringan.

Sampai pada saat ketika tiba-tiba sedan itu menambah kecepatannya, aku yang tadinya sudah mulai tenang karena ada teman, jadi kaget karena ditinggalkan.
Melihat itu, aku lantas menambah kecepatan, di tengah kabut yang semakin menebal aku coba untuk mengejarnya.
Ternyata gak sanggup, nyaliku gak sebesar sedan itu, yang berani berkecepatan tinggi melewati jalan berkelok ditambah dengan kabut tebal, aku gak berani.

Dapat ditebak, menit berikutnya sedan itu akhirnya menghilang, ditelan gelapnya kabut malam, kembali aku sendirian.

***
Harusnya aku sudah masuk wilayah Pujon, tapi belum juga melihat ada tanda-tandanya. Jalanan masih sangat sepi, kabut semakin menebal. Aku hanya bisa melamun sambil berharap segera melihat tanda-tanda kehidupan.
Belum, harapanku belum juga terkabul, ketika tiba-tiba mesin mobilku mati..

Iya, mobilku mati, gak tahu apa penyebabnya.
Untungnya, dalam keadaam mesin mati aku masih dapat memberhentikan mobil di pinggir jalan.

Sempurna, aku terdampar di tengah sepinya hutan, di tengah malam.
Beberapa menit meratapi nasib.
Semakin sedih ketika melihat layar ponsel ada tulisan “No service”, gak ada sinyal.
Seperti yang aku bilang di awal tadi, mobil yang aku kendarai ini mobil keluaran baru, seharusnya mesin gak akan bermasalah, seharusnya.
Ya sudah, walaupun gak tahu harus akan berbuat apa nantinya, akhirnya aku turun dari mobil, membuka kap mesin untuk memeriksanya.
Di tengah udara dingin berkabut yang gak tahu persis di daerah mana, dengan bantuan cahaya dari ponsel aku memeriksa mesin mobil.
Kelihatan gak ada yang aneh, gak terihat ada kebocoran oli atau bahan bakar, gak ada asap yang menandakan over heat juga, sepertinya mobil aman, tapi ketika aku coba untuk menyalakan lagi tetap gak bisa.

Hingga akhirnya aku nyaris putus asa..
Belum putus asa, hanya nyaris.
Karena ketika sedang melamun meratapi nasib, aku melihat ada nyala lampu kendaraan, beberapa belas meter di depan, gak jauh.

Kelihatan ada lampu belakang mobil yang menyala.
“Sukurlah..” Dalam hati aku berucap.

Lalu tanpa ragu aku melangkah menuju kendaraan yang saat itu aku belum tahu kendaraan jenis apa, karena masih terhalang gelap dan kabut tipis. Langkahku bersemangat, ada harapan dapat bantuan dari mobil itu.
Karena memang jarak kami gak terlalu jauh, jadi gak terlalu banyak juga aku melangkah untuk mendekat.

Tapi, tiba-tiba aku berhenti melangkah, ketika hanya tinggal beberapa meter saja jarakku dari mobil sedan itu.
Iya, setelah sudah sangat dekat, aku melihat kalau itu adalah mobil sedan, sedan warna gelap yang tadi terus mengikutiku sebelum mogok, aku hampir yakin kalau ini mobil yang sama.

Ternyata sedan ini berhenti juga di pinggir jalan, dengan lampunya yang masih menyala.
Lalu kenapa aku berhenti berjalan?
Bukan hanya berhenti, aku juga berdiri diam tercengang.

Kenapa?
Ternyata, ada dua orang yang sedang berdiri di belakang mobil itu. Berdiri di belakang bagasinya, berdiri menghadapku.

Aku mengenalinya, sepertinya mereka adalah penumpang sedan itu, karena itu adalah seorang bapak dan anaknya,
aku masih sangat hapal karena baru saja melihat mereka sebelumnya, ketika mereka mendahului tadi, aku masih sangat ingat garis wajahnya.
Tapi itu bukan alasan aku berhenti melangkah dan diam ketakutan, aku berhenti karena penampilan mereka sangat mengerikan.

Wajah pucat, tubuh basah pekat seperti berlumur banyak darah, beberapa bagian tubuhnya terluka mengenaskan. Aku gak sanggup menggambarkan, ngeri..
Dalam pekat kabut aku mundur perlahan, kemudian berlari cepat ke mobil. Setelah sampai, aku lalu menutup kap mesin dan masuk ke dalam mobil.

Sementara sedan itu masih tetap berada di tempatnya, gak bergerak sama sekali.
Dalam ketakutan, aku memutar kunci mobil sambil berharap ada keajaiban. Sukurlah, mesin menyala dengan sukses, gak ada kendala sedikit pun. Aneh..

Kemudian aku langsung pergi dari situ, melaju cepat, menuju kota Batu.

***
Singkatnya, akhirnya kengerian berakhir, sekitar jam satu dini hari aku sampai di satu hotel di Batu, Malang.

Aku memarkirkan kendaraan di tempat parkir gak jauh dari lobby, lalu menuju meja resepsionis untuk check in.
Setelah proses administrasi selesai, ada room boy yang akan mengantarku ke kamar.

Nah, dalam perjalanan menuju kamar ini ada pertanyaan room boy yang menyeramkan.
“Maaf Mas, tadi saya di parkiran melihat Mas-nya datang. Keluarganya gak ikut sekalian turun?” Tanya si room boy.

“Keluarga saya yang mana ya Mas?” Aku menjawab dengan pertanyaan, penuh keheranan.
“Tadi saya lihat ada Bapak-bapak dan anak kecil duduk di jok belakang mobil Mas-nya.”

Mendengar ucapan room boy itu aku bingung harus menjawab apa.

***
Hai,

Balik lagi ke gw ya, Brii.🙂

Cukup sekian cerita malam ini, sampai jumpa lagi minggu depan.

Jaga kesehatan diri sendiri dan keluarga, jangan lupa bahagia.

Met bobok, semoga mimpi indah.

Salam
~Brii~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Brii

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!