Sebenarnya kantorku di Jakarta, tetapi tugas yang aku emban mengharuskan untuk rutin berkeliling ke kantor cabang di seluruh Indonesia.
Menyenangkan, bertemu dengan orang-orang baru, suasana kantor yang berbeda-beda, budaya dan kebiasaan yang beda juga kadang. Jenis pekerjaan yang sangat aku suka.
Masih lekat dalam ingatan, karena baru beberapa bulan lalu kejadiannya, tepatnya pada bulan November 2019.
Begini ceritanya..
***
Banyak yang tahu, kalau perjalanan Surabaya Kediri akan memakan waktu kira-kira tiga jam jalan santai.
Singkatnya, sekitar jam satu siang aku sudah sampai di kantor Cabang Kediri.
“Iya Pak, saya bermalam di Malang aja. Besok pagi bisa langsung kerja di cabang sana kan.” Jawabku.
“Gak perlu lah Pak, semoga belum terlalu malam saya sudah selesai di sini. Jalan santai tiga jam juga sampai kan.” Begitu jawabku.
Selebihnya, selesai makan siang kami kembali ke kantor, kemudian aku langsung bekerja menyelesaikan tugas.
Tapi ternyata gak berjalan seperti itu, banyak kendala dalam prosesnya, kendala yang mau gak mau harus aku selesaikan hari itu juga.
***
“Saya sudah booking hotel di Malang Pak, sayang kan kalau di-cancel.” Begitu jawabku.
“Yakin Pak, saya sendiri aja. Ini jam sebelas juga juga bisa sampai Malang kan.” Sekali lagi aku menolak tawaran Pak Alwi.
“Iya pak, Saya siap-siap dulu ya Pak.” Aku menutup percakapan.
***
Berangkatlah aku..
Jadi, jalur yang aku akan lalui adalah Kandangan, Kasembon, Ngantang, Pujon, Batu. Begitu kira-kira.
***
Mungkin di banyak wilayah lain jam 10 malam masih akan terlihat orang atau kendaraan yang lalu lalang, masih ramai, tapi di kasembon waktu itu sudah sangat sepi.
Hanya satu atau dua kendaraan yang melintas dari arah berlawanan atau sebaliknya. Benar-benar sepi.
Di Ngantang ini aku berniat mencari toko atau warung kecil untuk memberli rokok dan minuman, karena kelupaan untuk belanja di Kediri tadi.
Kebetulan, toko kecil ini juga menjual kopi dan bisa meminumnya di tempat, ada meja sederhana yang disediakan di depan toko.
“Mau ke mana tho Mas ini?” Tanya bapak pemilik toko sambil mengantarkan gelas kopi.
“Batu Malang Pak, ada pekerjaan di sana, hehe.” Jawabku cengengesan.
“Oh begitu. Memang Mas-nya dari mana?” Tanya beliau lagi.
Karena aku memang orangnya suka berbincang ditambah bapak pemilik toko juga sangat ramah dan menyenangkan jadilah kami berbincang seru.
Tapi sudah gak ada pilihan lagi, aku harus terus jalan menuju Malang, gak mungkin balik lagi ke Kediri.
Sebenarnya perbincangan cukup menyenangkan dengan bapak pemilik toko, tapi sebelum lupa diri aku harus pergi.
“Hati-hati ya Mas.”
“Terima kasih Pak.”
***
Sepertinya aku terlalu lama berhenti di toko tadi, jam setengah dua belas ketika aku meninggalkan daerah Ngantang, terlalu malam..
Kondisi jalannya tergolong bagus, mulus dan cukup lebar, harusnya gak ada masalah bagi kendaraan jenis apa pun untuk melintas.
Itu kalau siang hari, beda situasinya kalau malam.
Pemandangan indah pegunungan sama sekali gak terlihat, hanya barisan rindang pohon yang berdiri tegak di kanan kiri jalan sebagai hiasan malam.
Aku gak bisa memacu kendaraan dengan cepat, karena memang sudah nyaris tengah malam dan kondisi jalan yang gak terlalu aku hapal juga.
“Sempurna..” Begitu gumamku sendirian.
***
Setelahnya, kabut turun gantian menghiasi, membuat jarak pandang jadi terbatas di semua sisi.
Udara luar yang dingin membuatku harus mematikan AC dan menyalakan rokok untuk menghangatkan badan, lalu membuka sedikit kaca jendela memberikan jalan untuk asapnya keluar.
Pohon-pohon besar berdiri di kanan kiri jalan, terkesan angkuh memperhatikan.
Nyali mulai goyah di dalam kesendirian, pingin cepat ketemu keramaian.
Sukurlah, akhirnya ada teman..
Teman? Benarkah?
***
Lampunya terang membelah kabut tipis jalanan, cukup membuat mataku kasilauan.
Sampai akhirnya, aku melihat sepertinya dia menambah kecepatan, seperti ingin mendahului. Aku gak ada niat untuk menghalangi, lalu memberikan jalan kepadanya untuk mendahului.
Ketika kami berada dalam posisi sejajar, terlihat jelas kalau itu adalah mobil jenis sedan tahun 90-an akhir, berwarna gelap.
Aku bisa melihat sedetail itu karena memang kendaraan kami cukup rapat berjajar dan melaju gak terlalu cepat.
Sama seperti sebelumnya, ketika sudah berada di depan mobil ini tetap berjalan konstan, gak menambah kecepatan, dengan begitu aku jadi gak bersusah payah membututi dari belakang.
Sampai pada saat ketika tiba-tiba sedan itu menambah kecepatannya, aku yang tadinya sudah mulai tenang karena ada teman, jadi kaget karena ditinggalkan.
Dapat ditebak, menit berikutnya sedan itu akhirnya menghilang, ditelan gelapnya kabut malam, kembali aku sendirian.
***
Iya, mobilku mati, gak tahu apa penyebabnya.
Sempurna, aku terdampar di tengah sepinya hutan, di tengah malam.
Beberapa menit meratapi nasib.
Semakin sedih ketika melihat layar ponsel ada tulisan “No service”, gak ada sinyal.
Di tengah udara dingin berkabut yang gak tahu persis di daerah mana, dengan bantuan cahaya dari ponsel aku memeriksa mesin mobil.
Hingga akhirnya aku nyaris putus asa..
Karena ketika sedang melamun meratapi nasib, aku melihat ada nyala lampu kendaraan, beberapa belas meter di depan, gak jauh.
Kelihatan ada lampu belakang mobil yang menyala.
Lalu tanpa ragu aku melangkah menuju kendaraan yang saat itu aku belum tahu kendaraan jenis apa, karena masih terhalang gelap dan kabut tipis. Langkahku bersemangat, ada harapan dapat bantuan dari mobil itu.
Tapi, tiba-tiba aku berhenti melangkah, ketika hanya tinggal beberapa meter saja jarakku dari mobil sedan itu.
Ternyata sedan ini berhenti juga di pinggir jalan, dengan lampunya yang masih menyala.
Bukan hanya berhenti, aku juga berdiri diam tercengang.
Kenapa?
Aku mengenalinya, sepertinya mereka adalah penumpang sedan itu, karena itu adalah seorang bapak dan anaknya,
Wajah pucat, tubuh basah pekat seperti berlumur banyak darah, beberapa bagian tubuhnya terluka mengenaskan. Aku gak sanggup menggambarkan, ngeri..
Sementara sedan itu masih tetap berada di tempatnya, gak bergerak sama sekali.
Kemudian aku langsung pergi dari situ, melaju cepat, menuju kota Batu.
***
Aku memarkirkan kendaraan di tempat parkir gak jauh dari lobby, lalu menuju meja resepsionis untuk check in.
Nah, dalam perjalanan menuju kamar ini ada pertanyaan room boy yang menyeramkan.
“Keluarga saya yang mana ya Mas?” Aku menjawab dengan pertanyaan, penuh keheranan.
Mendengar ucapan room boy itu aku bingung harus menjawab apa.
***
Balik lagi ke gw ya, Brii.🙂
Cukup sekian cerita malam ini, sampai jumpa lagi minggu depan.
Jaga kesehatan diri sendiri dan keluarga, jangan lupa bahagia.
Met bobok, semoga mimpi indah.
Salam
~Brii~