"Heh Yo, ngko bengi neng angkringan ya"
"Wah, arep ana apa kiye, mesti bebojoan" (wah, mau ada apa ini, mesti mau ada pernikahan) jawabku santai.
Malam hari nya aku benar benar datang ke angkringan. Dan Remi ternyata bersama dengan tunangannya. mereka membawa beberapa undangan untuk ku dan teman teman seangkatan ku.
"Alhamdulillah baik, kamu gimana ?" Jawab Remi
"Ya aku kaya kie Bae, goletna bojo mbok lah" (ya aku kaya gini aja, cariin istri lah) jawabku sambil cengengesan
"Oiya, ini undangan, aku nitip buat temen-temen juga ya sekalian" tambahnya
"Oke oke, ora gratis loh ya" (oke oke, ngga gratis loh ya) candaku
"Bocah kurang aja" (anak kurang ajar) jawab Remi
"Engga Yo, ceritanya panjang" jawab Remi sambil berkeluh kesah
"Lho ? Lho ? Lho ? Biasane ? Dulu mas, Remi direbutin sama 2 cowo mas, namanya Abe sama beny"
Mas Hendra, hanya tertawa dan tersenyum kecut.
"Meneng koe lah brisik" (diam kamu lah, berisik) kata Remi ngegas
Aku Remi, aku punya sahabat baik namanya Diyo, dia selalu ndengerin apapun keluh kesahku. Tapi yang satu ini ngga aku ceritain ke siapapun kecuali ke keluargaku. Beberapa tahun lalu, saat aku masih duduk di bangku kuliah, aku bertemu dengan Diyo,
"Nanti jam 3 be, gimana?" Tanyaku balik
"Yah gak bisa bareng dong" jawab Abe
"Ya gak papa lah, emang harus bareng terus ya" candaku malu ke Abe
"Ya engga juga sih. Hahaha" kata Abe
"Oke rem"
Dan di dalam kelas hape ku berbunyi dan itu dari beny. Dia ngirim pesan yang isinya
"Rem balik kelas aku tunggu di gerbang ya, temenin cari buku di gramed depan"
"Gasssss!!!!!!!"
Setelah cari buku, aku diajaknya makan malam, dan dia menawarkan diri untuk mengantarku ke kosan.
"Buset aku gak pernah senyaman ini Deket sama cowo" gumamku dalam hati
Karena emang beny kaya ngasih semuanya buat aku. Kenyamanan dan perhatian yang dia kasih lebih dari siapapun.
"Yap, dah sampe turun woi, enak bener nyender" kata beny saat sudah sampai depan kosanku
Dan aku pun masuk kedalam kamar kosku yang tidak begitu luas. Aku senyum senyum sendiri sampai lupa waktu. Dan mengecek jam di hape ternyata sudah menunjukkan pukul 17.35
"Wah udah Maghrib nih." Gumamku dalam hati.
Tapi aku jawab dengan slow "aku gak papa be, aku cuman cari buku bareng beny tadi"
Dan kriiiiingggggggggg nada dering di hape ku berbunyi
"Ihh apaan sih, cuman cari buku juga" jawabku
"Tolong rem, jangan Deket Deket sama beny. Boleh kenal tapi jangan terlalu dalem. Bahaya" kata Abe lagi
Aku mulai bingung kenapa Abe seperti ini. Segitu cemburunya dia sama beny ?"
Disini kejadian aneh mulai terjadi
Aku lihat samar samar ada seseok wanita tua berambut di konde ada di dalam kamar mandi. Sontak aku berteriak
"Aaaaaaaaaaa"
"Ono opo dek" tanya beberapa mbak kos yang memang sudah cukup lama tinggal di kos itu,
"Ngga papa mbak, cuman kaget ada kecoak tadi" jawabku dengan sedikit bulu kuduk yang merinding
"Oh, gowes Nek gak ono opo opo. Syukurlah" kata mbak Nina. Dia orang baik banget.
Oiya, FYI, kosku kamar mandi luar ya. Karena cari yang murah dan pas di kantong. Deket kampus dan burjo juga.
Akhirnya aku mandi dengan perasaan was was. Di dalem kamar mandi pun aku merasa gak nyaman. Beberapa kali pintu kamar mandi ku di ketok.
Tidak ada siapapun disana.
Aku cek ke semua kamar kos, yang berpenghuni hanya 3 kamar dari total 10 kamar yang terisi, kamarku, mbak Nina dan mbak Shintia.
Aku kembali ke kamar dengan sedikit menggumam.
Keesokan harinya aku kuliah seperti biasanya. Dan kebetulan aku sekelas dengan Abe.
"Rem, ono kejadian aneh Ra wingi ?" (Rem, ada kejadian aneh gak kemaren ?)
"Gak ono opo opo!!" Jawabku sedikit galak.
"Beneran ? Habis kamu pergi sama beny, gak ada apa apa ?" Tanya Abe lagi dengan memaksa
"Gak ada bee, ya Allah. Harus berapa kali aku ngomong sih" jawabku ketus
"Ya gak segitunya juga be, dah ah. Dosen dah mau Dateng"
Setelah pulang kuliah, aku langsung kembali ke kos. Sekitar jam 4an sore.
"Loh rem, lu baru balik ?" Tanya mbak Shintia, dengan logat khas Jabodetabek nya
"Gak papa, eh habis ini temenin gua ke burjo ya, laper pen makan"
"Iya mbak okey" jawabku santuy
"Enggak mbak, kenapa ?" Tanyaku halus
"Ah masa mbak, gak percaya aku mbak. Aku kan baru pulang tadi jam 4an"
"Kok dia tau ya?" Gumamku dalam hati
Sepanjang jalan dari burjo ke kosan aku juga sempat berpikir. Apa iya, ada 'mereka' ?
Selama ini kan padahal gak pernah mereka tuh ganggu aku dan penghuni kos yang lain
"Remi ~" suaranya begitu lembut dan lirih. Aku kaget dan aku tengok kanan dan kiriku. Tapi tidak ada apa apa. Saat aku kembali fokus mengerjakan tugas ku, ada yang mengetuk jendela kaca kamarku. Aku diam sejenak dan berpikir.
"Remi, Remi, Remi," bahkan sampai 3 kali aku ingin menangis sebenarnya.
Aku langsung menaiki tempat tidurku dan menarik selimut dan menutupi tubuhku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Jujur rasanya aku ingin menangis. Tapi apa yang bisa ku perbuat ?
Semuanya datang seperti benar benar ingin menghabisi ku.
Tapi aku mendengar samar samar suara orang mengaji. Sepertinya itu suara mbak Nina. Dan perlahan sentuhan di telapak kakiku mulai hilang perlahan.
Paginya aku kuliah, seharusnya aku sekelas dengan Abe dan beny. Tapi beny tidak datang hari ini. Gak tau kenapa dan ala alasannya.
"Be, beny kemana ?" Tanyaku ke Abe
"Oh gitu. Be, habis kelas ada waktu gak ?"
"Ada, piye ?"
"Yo ntar aja ke kantin ya"
"Oke oke" jawab Abe
Dan tepat dosen masuk dan kami duduk terpisah.
" Be, yang kamu bicarain kemaren itu kenapa sih ? Ada apa dengan beny ?" Tanyaku langsung to the point' ke Abe
"Apa sih be, cerita aku gak bakal tau kalo gak kamu ceritain"
"Sebenere, orang tua beny, ikut perguruan ilmu hitam"
"Whaaaatt ? Kok iso loh !!!" Jawabku heran.
"Iya rem. Beny emang biasa aja, dan dia gak ngikutin jejak orang tuanya.
"Makannya aku kemaren bilang ke kamu kaya gitu jujur aku khawatir rem." Tambah Abe lagi
"Iya be, sory ya aku kemaren rada emosi, karena aku kira kamu terlalu lebay" jawabku
"Bajirut, kurang ajar." Umpat Abe sesaat setelah dia mendengar ceritaku
"Kenapa be, kenapa" tanyaku
Aku kaget, apa beny sampai berbuat itu ?
Waktu cepat berlalu. Aku kembali ke kosan dan hal itu kembali mengganggu ku
Aku masuk kamar dan tiba tiba
Mbak Shintia tepat di belakangku, dan menutup pintu dengan keras. Dia menggenggam tanganku dengan erat, dengan tatanan rambut yang acak acakan, Dia mencengkeram tanganku begitu keras.
Dengan menangis aku mendengar apa yang dikatakan mbak Shintia
Aku cuma bisa diam dan menangis, tapi aku dengar dari luar suara mbak Nina menggedor-gedor pintu dan memanggil namaku. Sampai mbak nina masuk dan mbak Shintia sudah tergeletak di pangkuanku.
"Astaghfirullah. Mbak Nina aku aku takut mbak aku takut. Kenapa cuma masalah cinta orang bisa berbuat senekat ini mbak. Aku bingung"
Semenjak hari itu, mbak Nina tidur di kamarku sering kali membacakan surat surat Al-Qur'an dan aku ijin kuliah selama beberapa hari.
"Hey gais, apa gak ada yang liat Abe ?" Tanyaku ke teman teman yang lain
"Ditakoni malah pada meneng bae," (di tanyain malah pada diem aja) gumamku
Sampai saat jam kuliah selesai, Dimas, temen kuliah ku menghampiri.
"Udah dim, Alhamdulillah. Temen kosku baik baik semuanya" jawabku
"Tadi kamu tanya Abe Kemana to, nanti habis selesai kuliah terakhir ikut aku ya" ajak Dimas
"Gak jauh, aku kasih tau something spesial" kata Dimas
"Yowes ntar tak tunggu"
Lalu Dimas pergi dan berlalu
Selesai kuliah jam akhir, aku langsung menemui Dimas.
"Aku temen SMA Abe sama beny, mereka emang Deket banget, katanya sih dari SMP. Tapi keluarga beny menganut ilmu yang bahaya." Cerita Dimas
"Nah, ini udah sampai" sela Dimas
Aku lihat di sebuah kamar. Dan di dalam kamar itu ada Abe, yang terkapar lemah tak sadar. Dan yang bikin heran adalah, ngga ada satupun keluarga yang nemenin dia
"Udah dim kenapa bisa kaya gini ?" Tanyaku
"Abe sama beny itu sama aja, keluarga mereka sama sama penganut ilmu yang gak baik. Tapi yang aku denger, mereka beda aliran. Bahkan bisa dibilang bersebrangan, tapi mereka tetep sahabatan
"Jadi ?????" Tanyaku heran
"Ya gitu, yang aku tau kalo kamu punya permintaan ke 'mereka' bakalan ada harga yang harus dibayar. Semakin sulit permintaan mu semakin besar juga bayarannya.
"Terus kenapa bisa kaya gini ? Dan, beny kemana ?" Tanyaku penasaran
"Beny masuk rumah sakit jiwa, dua hari lalu, dia baru dibawa ke Magelang.
"Iya Yo" kata Remi padaku
"Oh gitu, trs gimana kabare Abe Sama beny ?" Tanyaku ke Remi
Dan 3 bulan lalu aku ketemu mas Hendra, insyaallah mas Hendra bisa nuntun aku kejalan yang benar setelah semua kejadian yang terjadi"
"Ya Alhamdulillah, semoga kalian bahagia, dan terimakasih ceritanya ya rem"
"Oke, sama sama, aku tak Bali disit ya, wis mbengi. Suwun Yo" ( oke sama sama, aku pulang dulu ya, sudah malam. Sekali lagi makasih ya Yo) kata Remi
Salam Hororism