"Koe nengndi cuk ? Seh neng Cilacap ta ?" (Kamu dimana cuk ? Masih di Cilacap kan ?)"
"Aku wingi bar di pindah neng cabang Cilacap, sesok dolan Yo.
"Asem. Yawis kabari Bae mas" (yasudah kabari saja mas) jawabku santai.
"Diyo" kenalku sambil menjabat tangan istri mas dana
"Reni" jawabnya dengan suara khas logat sundanya.
"Matamu i. Angel cuk. Ijab wae nganti ping Pindo" (matamu itu. Susah cuk. Ijab saja sampe 2 kali) jawabnya dengan logat khas Semarang
"Dadi ngene lhoooooo" (jadi gini lhoo)
Aku mulai berpikir untuk sekedar berkenalan. Ku dekati dan mulai bertanya.
"Halo mbak, istirahat dulu, nanti capek lho."
"Nuhun kang, tanggung"
"Dana" (langsung menjulurkan tangannya)
"Reni kang" jawabnya
"Insyaallah rud. Aku gak peduli pekerjaan dan latar belakangnya. Aku cuma butuh orang yang bisa bikin nyaman"
"Aku kasih tau, karena kamu pegawai baru disini, dan belum tau dia siapa. Dia itu cewe aneh. Suka ngomong sendiri.
"Ah masa, boong kan lu ?"
"Serius, emang kamu pernah liat dia waktu di pantry sendirian ? Enggak kan ? Kita yang sudah lama kerja disini sudah tau semua"
Tanpa pikir panjang aku langsung kembali ke ruanganku.
Keesokan harinya, aku memberanikan diri melihat apa yg terjadi. Tanpa pikir panjang aku langsung saja membuka pantry.
"Kamu ngapain kesini ? Kan aku udh bilang, kalo mau ketemu hubungi aku dulu"
"Aku cuma mastiin kamu baik baik aja"
"Mas, ada hal yang mau aku omongin ke kamu"
"Hubungan kita mas"
"Kenapa ? Ada yang salah sama sikap aku ?"
"Bukan mas, ada yang gak suka kamu Deket sama aku, udah sebulan ini aku di gangguin terus"
"Udah udah, tenang aja, aku bakal jagain kamu"
"Udah, cukup. Aku punya kehidupan ku sendiri, kamu punya alam mu sendiri. Aku berhak bahagia sama makhluk seperti ku juga"
"Iya Bu, terimakasih" sahutku sambil masuk kedalam rumah.
Aku sudah beberapa kali kesini dan sudah akrab dengan Bu Harti. Ayah Reni seorang pekerja serabutan.
"Bu, Reni sakit atau kenapa ?" Tanyaku pada Bu Harti yang sedang membuatkan secangkir kopi untukku
"Kamu sudah lihat ? Reni sebenarnya seperti apa ?"
"Sudah Bu, saya lihat dengan mata saya sendiri"
"Dari kecil, Reni gak punya temen main. Saya sibuk dengan pekerjaan rumah, ayahnya bekerja siang malam. Dia anak tunggal nak"
"Lalu ?"
"Darimana ibu tau ?"
"Duluuuuu sekali, Sangaji pernah masuk ke tubuh Reni. Memohon agar dibolehkan selalu dekat dengan Reni. Dan berjanji untuk tidak mengganggunya."
"Lalu ibu memperbolehkannya ?"
Aku hanya bisa diam dan mengangguk.
Setelah bercerita panjang lebar. Reni, yg tiba tiba masuk sambil membanting pintu dengan wajah merah, dan diam tanpa sepatah katapun.
Dan boooom !!!
"Koe ngopo neng kene ? Reni wes dadi wekku. Gausah koe nggangguni cah Iki maneh" (kamu ngapain disini ? Reni sudah menjadi milikku, gak usah kamu mengganggu ank ini)
"Aku Sangaji, ngerti aku sopo ?Lungo, nek rak gelem Cikoko" (aku Sangaji, tau aku siapa ? Pergi jika tak mau celaka) tiba tiba Reni pingsan dan tak sadarkan diri.
"Sudah biarkan saja nanti juga sadar" jawab bu Harti sembari menangis lirih dan membacakan doa doa untuk Reni.
Tak lama kemudian Reni sadar, dan berbicara
Aku hanya terdiam, bingung dan ingin langsung pamit
"Hati hati nak, biasanya laki laki yang sudah tau kondisi Reni seperti ini, dia akan celaka. Banyak yang sudah jadi korban. Bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Banyak berdoa sama Allah ya nak"
Sejak saat itu, hal aneh mulai mendatangi ku. Beberapa hari setelah hari itu, mobil yang sedang aku bawa tiba tiba ban pecah, padahal kondisi ban sangat baik.
"Hik hik hik"
"Bajirut" gumamku dalam hati setelah mendengar tangisan mbak Kunti
"Ati ati Mase, Sangaji Dudu wong apik" (hati hati masnya, Sangaji bukan orang baik)
Dan sleeeeb !!!!!!
"Bajirut" lagi lagi aku bergumam.
Bagaimana tidak kaget, orang sepertiku tiba tiba bisa melihat hal tersebut.
Ya, awalnya aku menolak, karena tau banyak makhluk yang tidak bisa aku lihat, dan sekarang aku melihat nya dengan jelas.
Hari mulai Maghrib. Aku yg saat itu sedang fokus, tiba tiba ada sesosok laki-laki tinggi besar menghampiriku,
"Braaakkk" pintu ruanganku terbuka. Ternyata Rudi, dia sedang gabut dan menyusulku ke kantor. Dan dalam sekejap makhluk itu hilang entah kemana.
"Gabut gua. Gua temenin ya"
"Siap. Eh btw gua ke pantry dulu, laper. Bikin kopi sekalian gak ?"
"Boleh boleh"
"Asu i, bang***"
"Kamu kenapa dan ? Kaget gitu ?"
"Opo Rudi gak weroh ya ?" (Apa Rudi gak liat ya ?) Kataku dalam hati.
Dengan santainya, Rudi merebus air untuk membuat kopi, dan sosok itu tepat di sebelah Rudi. Sosoknya tidak seperti "mereka" pada umumnya.
"Praaaang" piring di rak tiba tiba terjatuh. Rudi kaget dan melihat ke arah rak
Rudi langsung mematikan kompor dan langsung keluar bersamaku dari pantry dan menuju ke ruangan kami.
"Sumpah balik sekarang dan, kalo gak gua tinggal nih" kata Rudi tergesa gesa.
"Iya iya, ini balik kok"
"Sangaji" tiba tiba aku teringat nama itu. Aku berpikir apa itu Sangaji atau bukan. Sampai berbuat sejauh itu untuk mencegah ku bersama dengan Reni.
Dan pada akhirnya ijab qobul ku diundur 2 hari karena masalah yang di sebabkan oleh Sangaji.
Setelah kami menikah pun Sangaji masih sedikit banyak 'menjahili' rumah tangga kami.
"Sayang Sangaji itu siapa sebenarnya?"
"Dia itu pria idamanku dari kecil. Sejak kecil dia udah nemenin aku.
"Iyo Alhamdulillah. Wong let pirang Minggu aku rabi, aku njaluk di ruqyah, bojoku Yo di ruqyah, omah ku diresiki. Terus ku njaluk mata batin ku di tutup."
"Tako'o wae"
"Iku seng neng sebelahmu nggendol wae mbe koe sopo mas ? Kok ngganteng putih ? Seng njogo koe ya ?"
"Dudu, lah iku sangaji" (bukan, lah itu yang namanya Sangaji)
"Pantesan dadi idaman mbak Reni" tanyaku dalam hati
Thanks banget yang udah mau baca sampe selesai. Maaf banyak typo dan bahasa yang gak nyambung. Percayalah Tuhan selalu melindungi kita. Salam Hororism