Tapi pada intinya, aku menikmati perjalanan kereta Jakarta Bogor ini. Lebih banyak sukanya sih.
Begini ceritanya..
***
Ada kejadian janggal yang beberapa kali aku alami ketika sedang berada di atas kereta.
Tapi Pemandangan ini lebih sering terlihat kalau hari sudah gelap, paling banyak malam.
Pemandangan apa sih?
Sampai ketika aku sudah mulai bekerja, baru mulai kelihatan lagi dengan intensitas yang sama, sangat jarang.
Ketika lewat stasiun ini, KRL terus melaju tanpa berhenti, hanya melintas aja dengan kecepatan tinggi.
Alasan pertama, KRL selalu dalam kecepatan tinggi ketika aku sadar kalau tengah melintasinya, jadi hanya beberapa detik saja, gak cukup waktu buatku untuk memperhatikan secara detail.
Ah mungkin aja aku yang salah catat, salah ingat, mungkin aja. Berkali-kali aku mencari alasan logis dari kejadian itu.
Hasilnya? aku gak menemukannya. Sekali lagi, mungkin saja aku salah lihat, salah ingat, atau salah catat.
***
Gak lama dari itu baru masuk ke bangunan utana. Peron panjang gelap jadi pemandangan, di belakangnya ada bangunan berbaris yang aku menebaknya sebagai kantor stasiun.
Begitu gambaran stasiun ini.
Benar-benar sepi dan kosong..
***
Aku masih ingat sekali, karena hari rabu adalah hari di mana aku harus berkeliling ke beberapa kantor cabang di Jakarta untuk audit kecil.
Benar-benar hari yang melelahkan.
Singkat kata, sekitar jam setengah sebelas malam pekerjaan baru selesai.
Sementara aku mulai sedikit panik karena malam semakin larut, kawatir gak akan terkejar naik kereta terakhir menuju Bogor.
“Ya udah, gw ikut lo deh Dan, Manggarai juga gpp kok. Hehe.” Jawabku.
Motor Daniel melaju dalam kecepatan normal, kira-kira dalam 15 menit seharusnya aku sudah sampai di stasiun Manggarai.
Aku bertanya kepada Pak Sekuriti yang masih setia menjaga, memastikan kalau kereta terakhir masih ada, belum lewat.
“Ok pak, makasih ya.”
Aku melihat dua orang sekuriti yang berdiri di kejauhan, mereka menjaga pintu penyebrangan orang ketika harus menyebrangi rel kereta.
Sampai akhirnya, aku benar-benar tertidur, tapi mungkin hanya beberapa menit.
***
“Ah akhirnya datang juga keretanya.” Aku bersukur dalam hati.
Benar, ini kereta yang aku tunggu. Lalu aku berdiri menunggu sampai kereta sudah benar-benar berhenti.
Hanya beberapa detik, kemudian pintu tertutup.
Proses mencari tempat duduk ini ternyata sangat mudah, karena kereta dalam keadaan nyaris kosong.
Dengan mata yang masih sangat mengantuk, aku duduk bersandar dengan niat meneruskan tidur.
***
Tiba-tiba aku melihat kalau kereta sedang melintas di salah satu stasiun, tapi aku gak tahu pasti kalau itu stasiun mana karena baru saja sadar dari tidur.
Mungkin karena melihat aku kebingungan, jadi dia memberikan info stasiun apakah itu yang sedang kami lewati.
Dari stasiun Pasar Minggu, berikutnya adalah stasiun Tanjung Barat, Lenteng Agung dan seterusnya.
Kereta ini kenapa? Kok gak berhenti di setiap stasiun.
Aku kaget, karena bapak yang tadinya duduk di ujung tiba-tiba sudah duduk beberapa meter di sebelah kananku, kami jadi berdekatan.
“Kereta ini langsung ke tujuan.” Jawab bapak itu pendek, sambil matanya terus menghadap ke depan, wajahnya tersenyum kecil memperhatikan entah apa yang sedang dia perhatikan.
Selanjutnya kantukku jadi hilang, aku jadi terus memperhatikan perjalanan.
Tapi dia gak menjawab, hanya duduk diam menghadap depan sambil senyum-senyum sendiri.
Sampai detik ini aku belum merasa kalau ada yang aneh.
***
Seperti stasiun-stasiun sebelumnya, kereta terus melaju melewati stasiun Citayam. Berikutnya kereta akan sampai di stasiun Bojong Gede, seharusnya begitu.
Tapi..
Lagi-lagi suara bapak ini mengagetkan, mungkin karena dia melihat ada kepanikan di wajahku.
Tapi,
Tapi beberapa menit berikutnya aku baru sadar, ketika kereta sudah sangat lambat berjalan, sebelum benar-benar berhenti.
Lalu ini stasiun apa?
Stasiun ini nyaris gelap tanpa penerangan, mungkin cahaya hanya didapat dari beberapa lampu kecil di sudut stasiun.
Penasaran, aku berdiri dari duduk, berniat untuk memperhatikan lagi, stasiun apakah gerangan ini.
Bapak itu mangucap permisi kepadaku, Aku yang masih merasakan keanehan, hanya menganggukkan kepala.
Lalu dia berjalan turun meninggalkan kereta.
Lalu dia berjalan menaiki tangga itu, ke atas, lalu hilang di telan gelap.
Akhirnya aku sadar sedang berada di stasiun apa.
Aku sudah hapal bentuk bangunannya, itu yang membuatku yakin kalau ini benar stasiun misterius!
Sepinya menggurat urat nadi, menghentikan waktu. Sangat sepi..
“Kenapa pintu ini terus terbuka? Gak menutup? Kapan keretanya akan bergerak maju?” Bertanya-tanya dalam hati, aku mulai panik.
Tapi sebelum menjalankan niat itu, aku melihat sesuatu, sesuatu yang membuatku harus mundur beberapa langkah menjauhi pintu..
Aku melihat ada beberapa orang bergerak turun menuruni tangga.
“Akhirnya, ada orang juga” Agak sedikit lega aku melihat mereka.
Mereka terus mendekat ke arahku, ke gerbong kereta tempatku berada, menuju pintu tempatku berdiri.
Kenapa aku takut?
Akhirnya jumlah mereka menjadi banyak, semuanya menuju pintu gerbong kereta yang aku tempati.
Aku ketakutan, memperhatikan sosok-sosok bayangan hitam itu satu persatu memasuki kereta.
Beberapa detik kemudian pintu tertutup, lalu perlahan kereta mulai bergerak maju, meninggalkan stasiun menyeramkan itu.
Aku duduk diam dengang keringat dingin bercucuran, duduk didampingi sosok-sosok misterius berbentuk bayangan hitam.
Tuhan, aku sangat ketakutan. Entah sosok apa yang tengah melaju bersama denganku ini.
Dalam hati aku berniat akan turun di stasiun ini, apa pun stasiunnya, aku gak mau berlama-lama di dalam kereta berhantu ini.
Akhirnya kereta berhenti, lalu aku berdiri dan mendekati pintu. Sambil berdoa dan berharap semoga pintu benar akan terbuka.
Gontai aku melangkahkan kaki dalam kelegaan di peron stasiun ini.
Iya, ternyata ini stasiun Bogor, kenapa tiba-tiba aku sudah ada di stasiun Bogor?
Tiba-tiba ponselku berbunyi, lalu aku mengangkatnya.
Suara istriku terdengar di ujung telpon.
Mereka berniat untuk mencari dan menjemputku di stasiun ketika sudah selama beberapa jam aku hilang kontak.
Sudah jam tiga pagi.
Padahal tadi sepertinya aku gak sampai satu jam berada di dalam kereta aneh itu.
***
Begitulah kisah yang dialami oleh Adi, ketika akhirnya dia berhenti di stasiun gaib. Adi bilang, sampai saat ini dia masih melihat stasiun itu sesekali, di malam hari,
Sampai saat ini.
Tetap sehat supaya bisa terus merinding bareng.
Met bobo, semoga mimpi indah.
Salam,
~Brii~