My Authors
Read all threads
CATATAN SURAM JABATAN

Bagian 3
"Cerita dengan Pak Umar dan Ulangan Matematika"

Sebuah Utas
(A Thread)

@IDN_Horor @bacahoror @bagihorror @ceritaht @bacahorror
#bacaanhoror #threadhoror #bacahoror
Salam hangat,

Saatnya kita melanjutkan kembali bagian 3 Catatan Suram Jabatan.

Apabila ada kesalahan dari saya, sebelumnya saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Seperti biasa, mari memulai membaca thread ini dengan basmalah (Bagi Muslim)

_Bismillahirohmanirrohim_
Keesokan harinya, Risal bertemu dengan Pak Umar untuk berbincang tentang kejadian yang ia alami kemarin sore.

"Ada apa Nak Risal? Tumben kamu datang kesini, tampaknya kamu juga terlihat kurang bersemangat, ada masalah?" tanya Pak Umar dengan pandangan yang ingin tahu.
"Ini, Pak." Risal menggaruk kepala yang tidak gatal di ruangan Pak Umar kala itu.

"Saya mau cerita tentang hal-hal aneh yang saya alami selama di Gedung Kesiswaan yang baru, tempat lama bapak bekerja. Saya yakin, bapak pasti tau dengan apa yang ada di sana," ungkap Risal.
Pak Umar menghembuskan napas setelah membisu sejenak.

"Kamu rupanya sudah bertemu dengan mereka."

"Hanya 'Dia', Pak. Cuma satu sosok yang pernah saya lihat," sela Risal.
"Oh begitu, tapi di sini ada banyak yang berkeliaran. Mungkin seperti kisah-kisah yang beredar di antara siswa sekolah lainnya, bahwa sekolah mereka adalah bekas rumah sakit lah ..., bekas kuburan lah..., tapi sekolah kita memang sebuah bekas kompleks pemakaman."
Risal bergidik, sebelumnya ia tidak percaya dengan rumor kalau sekolah ini merupakan bekas pemakaman, tapi karena fakta ini keluar dari guru yang ia hormati dan tidak mungkin berbohong masalah kekanak-kanakan seperti itu. Ia percaya.
"Tapi ada yang bilang kalau sekolah kita bekas pasar, Pak?" Risal ingin menegaskan.

"Betul, kemudian, dibangunlah kompleks pasar di atas pemakaman. Belum lama pasar di bangun, terjadilah musibah kebakaran dasyat yang menewaskan belasan orang dalam kobaran api."
Ruangan 3x4 itu terasa dingin, membuat Risal semakin bergidik dengan apa yang diceritakan oleh Pak Umar.
"Pemerintah kemudian membangun sekolah di tanah ini. Akhirnya sekolah kita banyak menyimpan kejadian-kejadian yang di luar nalar," jelas Pak Umar.
"Kau mau dengar tentang kemah Pramuka yang hampir memakan korban jiwa?" Pak Umar menawarkan.
"Tentu, Pak. Saya siap mendengarnya." Risal memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegak dan condong ke arah Pak Umar. Padahal dalam hati, Risal mendengus dan berharap semoga ini tidak terlalu menakutkan. Karena minggu ini akan di adakan kemah gabungan di sekolah ini.
"Beberapa tahun lalu, kemah sekolah hampir saja merenggut korban jiwa. Dimana salah seorang siswi hampir terjun ke api unggun pada malam upacara api unggun." Pak Umar memulai.
"Ada apa dengan siswi itu, Pak?"

"Katanya, siswi itu kerasukan penghuni yang tewas saat kebakaran pasar bekas sekolah ini —"
"—Tapi bapak tidak tahu persis, saya baru berada di lokasi kejadian setelah siswi itu telah di tangani oleh pembinanya," lanjut Pak Umar.

"Apa yang Bapak saksikan saat itu?"
"Saat itu, saya benar-benar merasakan hawa panas. Saya melihat kepanikan kepala sekolah dan guru-guru yang ada di sana. Tak berapa lama, siswi itu kembali kesurupan. Semua siswa di evakuasi ke ruang kelas malam itu—"
"—Saya mencoba berkomunikasi dengan makhluk itu. Ternyata benar, si makhluk itu merupakan arwah yang tewas akibat kebakaran pasar—"
"—Setelah saya introgasi, ternyata mereka tidak suka dengan adanya api di sekolah itu. Mereka takut dan trauma jika ada korban oleh api selanjutnya." Pak Umar melanjutkan.
"Lalu, kenapa mereka ingin menerjunkan siswi itu ke dalam api unggun, Pak?" Risal penasaran.

"Mereka hanya menegur kala itu, mereka tahu kalau orang-orang di sekelilingnya akan menolong siswi yang dirasukinya."
"Akhirnya, sampai saat ini tidak ada upacara malam api unggun di sekolah ini."

"Oh, begitu ya, Pak. Saya pikir karena memang kepala sekolah tidak memperbolehkan."
"Kepala sekolah juga mempertimbangkan kejadian malam itu," jawab Pak Umar.

"Tapi, Pak bagaimana dengan yang aku lihat? Dia tampak menggunakan seragam sekolah."

"Oh, sosok yang itu."
"Bapak tahu?" Risal semakin bergidik.

"Jadi begini, terkadang mereka bukan merupakan penduduk asli suatu lokasi, ada pula yang kesasar dan mendapat tempat nyamannya di suatu tempat. dan saya lihat dan rasa, sosok itu bukan dari sini," tukas Pak Umar.
"Kemarin sore, waktu saya sholat Ashar ...."

Risal menceritakan apa yang ia rasakan saat di mushollah kemarin sore, ia menceritakan kata-kata dan gambar yang ia dapatkan.
"Begitu, Pak ... Terus dia muncul dengan pandangan muram kepada saya. Saya kemudian lari dengan sangat takut," jelas Risal.

"Sungguh?" tanya retoris Pak Umar.
Risal mengangguk.

"Saat itu frekuensimu dan frekuensinya dalam keadaan yang sama. Kamu ingat tempo hari saya sudah bilang kepada Nak Risal kalau penghuni gedung kesiswaan itu senang sama kamu."
"Oh, jadi maksud Bapak itu, ya."

Pak Umar mengangguk dan kembali melanjutkan, "Saya rasa, ada yang ingin dia tuntaskan, dan kamulah orang yang bisa membantunya.
*Di sini lagi menjelang Maghrib, saya lanjutkan setelah Maghrib, Ya.

Yg belum Follow, yuk ikuti, biar nambah-nambah bacaan. 😁 *
"Apa yang harus saya lakukan, Pak?"

"Kamu harus berkomunikasi dengan dia. Mencari tahu apa yang ia butuhkan kepadamu."

"Bapak kan pintar hal begituan, kenapa bukan Bapak saja yang melakukannya," ujar Risal.
"Saya sudah bertahun-tahun berkantor di gedung itu, tapi dia belum pernah menceritakan hidupnya kepada saya. Dan kamu? Baru beberapa minggu, tapi kamu sudah berkenalan dengannya. Saya rasa, kamu yang dipilih olehnya."
***

Setelah percakapan dengan Pak Umar, Risal merasa lega karena telah menguapkan semua rasa penasarannya. Disisi lain, ia merasa gelisah tentang apa yang harus ia lakukan. Apa ia harus di teror terus-terusan oleh hantu berseragam sekolah itu?
Persetan dulu masalah setan. Ia harus ulangan harian matematika jam kedua nanti.

Di kelas XI Akuntansi ia menjadi salah satu dari 3 orang lelaki di antara 27 perempuan. Biasanya lelaki di sekolah itu merupakan anak otomotif ataupun multimedia.
Seharusnya ulangan matematika Risal berjalan lancar, semalaman ia berlatih latihan soal, sebelum berbincang dengan Pak Umar, ia telah menghapal rumus-rumus yang akan diujikan. Namun, ada yang aneh dan mengusiknya.
Ya, hantu berseragam itu menampakkan dirinya lagi. Sosok itu berdiri tepat di samping Bu Novi, guru matematikanya.

Sosok pucat dengan leher tergeret serta lidah menjulur, hantu itu terus-menerus memandang dengan tatapan kosong.
Risal merasa takut dan tidak nyaman dengan kehadiran sosok itu. Saat ia menatap sosok itu, udara dingin sekejap menghembus di belakang lehernya.
Semakin ia tidak menatap ke arah sosok itu semakin jelas rupa yang dilihat oleh Risal. Sungguh ia tersiksa dan sulit untuk mengerjakan soal.

Risal berdoa dalam hati, menarik napas kemudian menghembuskannya.
"Bismillah," lirih Risal membaca basmalah kemudian merapalkan doa-doa yang ia hapal. Ia tidak boleh berteriak di ruangan ini. Pastinya hal tersebut akan ditertawakan oleh teman kelas maupun Bu Novi.
Belum lagi cerita yang akan di gosipkan oleh seluruh siswa tentang ketua Osis yang berhalusinasi melihat hantu saat ulangan matematika. Apa kata dunia?
Ia berusaha kembali menatap fokus lembaran yang berisi soal trigonometri itu, tapi yang ada di pikirannya malah sosok berseragam putih abu-abu lusuh yang menyeringai.
"Aku mohon, jangan ganggu aku dulu," desis Risal dalam hati.

Setelah Risal mengucapkan hal itu, sang sosok kemudian tersenyum dan menghilang.
Plang ... Kepala Risal seperti di tempeleng dari depan. Sontak tubuhnya teresentak.

"Astagfirullah," ucap Risal cukup keras sehingga membuat seluruh temannya menoleh kepadanya.
"Kamu kenapa, Risal?" tegur Bu Novi.

"Maaf, bu. Tadi saya hanya kaget lihat soalnya," bela Risal. Ia juga merasa kepalanya berat tiba-tiba.
Bu Novi menggeleng-gelengkan kepala. Sambil berucap, "Ada-ada aja kamu."

Teman kelasnya kembali mengerjakan soal-soal ujian. Kecuali Nana, ia memandang lamat ke arah Risal, seperti ada yang aneh.
Risal kembali fokus ke soal, sosok itu sudah menghilang. Anehnya, soal-soal yang berada di hadapannya langsung ia ketahui jawabannya.
Ia seperti tidak perlu berpikir. Ia serasa sudah menghapal tiap karakter berupa kata dan huruf yang harus di tulisnya.

Sreet ... sreet ... sreet.

Soal terjawab semua, padahal kepalanya terasa berat, tapi ia tetap dengan mudah mengerjakan soal-soal matematika itu. Ada mukjizat.
Waktu ujian selesai. Seluruh siswa mengumpulkan lembar jawabannya ke Bu Novi.

Di luar kelas, sudah ada Idham, sang wakil ketua Osis yang siap menghadang sang ketua untuk diberi info.
Risal yang melihat adanya Idham di luar kelasnya segera merapikan meja dan menghampiri partnernya. Eits, Risal masih menaruh dendam perihal kemarin ketika Idham meninggalkannya sedang tertidur di ruang Osis.
Akhirnya muncul juga batang hidung tuh anak," geram Risal.

"Sal!" Idham melambaikan tangan.
"Eh, kampret kamu kenapa kemarin kamu ninggalin saya di ruang Osis sendirian," pandangan sang ketua Osis memarahi wakilnya menjadi pemandangan lumrah kelas XI Akuntansi.
"Maaf, Sal. Saya tidak tega bangunin kamu. Cup... cup... cup... ketuaku." Idham menenangkan.

"Untung saja saya tidak diculik sama hantu, kemarin." Risal masih mengurut tengkuk lehernya yang masih berat.
"Jadi ada apa?" lanjut Risal bertanya kepada Idham.

"Nanti ada rapat gabungan dewan ambalan Pramuka dan pengurus PMR, bahas tentang kemah gabungan eskul mereka. Kamu di suruh hadir, gih."
"Yaelah, kan sekret kita dan mereka satu gedung, ruang rapatnya kan juga ruang rapat bersama. Terus kamu bela-belain datang di kelas saya?"
"Iya, hehe. Cuma mau pastikan kalau kemarin, kamu tidak diculik setan." Idham tertawa kemudian pergi dari kelas itu, takut ditimpuk sama atasan.
Risal pergi menuju ruang osis untuk beristirahat sejenak. Lehernya begitu kaku dan terasa berat.

Ruang osis tampak begitu ramai, juga sekret ambalan Pramuka dan PMR yang mulai sibuk mempersiapkan kemah akhir pekan ini.
Saat merebahkan dirinya di atas bangku kayu yang tidak empuk itu, sosok itu kembali terlihat di pojok ruangan. Kemudian kepala dan tengkuk lehernya kembali normal.
Sosok itu tersenyum, walaupun dengan lidah menjulur keluar.

Hari ini pengalaman "melihat" Risal sedang diuji. Sanggupkah dia?
Berlanjut di bagian 4

Bagi yang belum baca bagian sebelumnya

CATATAN AKHIR JABATAN

Bagian 1


Bagian 2


Cerita lainnya

Urband Legend Bumi Anoa
Si Hantu Cantik KANDOLE
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with #Catatan Alien_Ex

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!