Sore jelang malam, enaknya ngomongin apa ya? burden sharing? Setelah seharian letih beraktivitas, penat, baiklah kita berbagi beban. Kali ini bukan sembarang beban, yaitu beban mengelola negara. Berbaginya pun istimewa, antara @KemenkeuRI dan @bank_indonesia #BurdenSharing
1> Sebagaimana kita ketahui, Covid-19 menghantam tanpa pandang bulu, status, kelas, lalu jadi wabah. Semua gundah, tak terkecuali negara maju. Kita pun gelisah, sebab pandemi datang di awal tahun, ketika kita bahkan sdg bersiap mewujudkan banyak cita dan cinta....
2> Di awal tahun, perekonomian global terhenti. Ada yg lockdown, menutup diri, mobilitas dibatasi demi selamatkan nyawa manusia. Ekonomi tertekan, bahkan tumbuh negatif. Toh ini harus diambil sbg pilihan terbaik. Seluruh daya harus diarahkan utk mengatasi pandemi.
3> Pandemi yg menerpa langsung memukul sektor kesehatan, lalu dunia usaha terutama UMKM, pariwisata, jasa, perdagangan, dan kini hampir tiada sektor yg steril dari Covid. Kita butuh biaya besar. Tanggung jawab ini harus diemban negara, sbg satu2nya pilar yg tersisa.
4> Maka gerak cepat melalui Perppu 1/2020 (lalu ditetapkan jd UU 2/2020), postur APBN berubah dg Perpres 54/2020 (kini Perpres 72/2020). Ekonomi melambat, penerimaan pajak turun, biaya bengkak. Lalu duitnya dari mana? penghematan, tak cukup. Pembiayaan via utang. Tapi jd beban?
5> Konsekuensi, tak ada pilihan. Utang diambil sbg opsi. Biaya yg dinamis dan berkembang, hingga Rp 695,2 T, defisit 6,34% atau Rp 1.039 T dan butuh tambahan pembiayaan Rp 903 T. Ini duit semua? Yaiyalah....inilah realitas yg menuntut kita berbagi beban, biar ringan.
6> Ekonomi Pandemi, seluruh effort diarahkan utk mengatasi dampak pandemi: kesehatan, perlindungan sosial, dan stimulus ekonomi. Berbagi beban, sharing the pain dlm istilah Presiden, jadi kearifan kita. Pelaku usaha, warga, pemerintah - berbagi beban dan peran. Ini inti.
7> Atas pengeluaran pemerintah utk menangani pandemi, seyogianya menjadi beban bersama. Gotong royong supaya ringan, dan kita lebih kuat. BI bisa membeli SBN Pemerintah di pasar perdana atau melalui private placement. Ini terobosan penting. Sinergi ini kemudian berlanjut.
8> Dengan tetap menjaga akuntabilitas, governance, dan independensi - jg kesinambungan fiskal - Kemenkeu dan BI, didukung Komisi XI DPR, berdiskusi mencari solusi. Setelah perjalanan cukup panjang, Senin 6 Juli 2020 akhirnya skema disepakati. Skema menang-menang buat semua.
9> Ini skema yg disepakati. Atas public goods Rp 397,56 T beban ditanggung sepenuhnya oleh BI. Terhadap non public goods utk UKM dan korporasi Rp 177 T ditanggung Pemerintah melalui penjualan SBN sebesar selisih bunga pasar dg BI reverse repo rate dikurangi 1%. Sisanya Pemerintah 
10> Kesepakatan ini sungguh melegakan. Selain mencerminkan nilai utama bangsa, jg memberi harapan kita akan melewati pandemi dg baik karena bersinergi. Ini akan jd preseden baik buat banyak hal ke depan. Tinggal kita jaga, supaya penggunaan anggaran jg kredibel dan tepat sasaran.
11> Kita jaga ruang fiskal, kesinambungan fiskal, kredibilitas defisit APBN, stabilitas nilai tukar/inflasi/tingkat bunga, menjaga level credit rating, dan pertumbuhan yg sustain. Mari terus optimis dan tetap waspada. Dengan bersatu, kita semakin kuat!
