Jadi, menurut informasi yang beredar, makam balung ini dulunya emang untuk memakamkan tulang belulang, tulang-tulang manusia yang diangkat dari pemakaman sebelumnya yang entah alasan pastinya apa pemakaman itu harus dipindahkan.
Nah, wilayah waduk ini dulunya adalah pemukiman yang terdiri dari beberapa desa, tentu saja di dalamnya ada pemakaman.
Begitu sejarahnya, kalo ada teman-teman dari Cilegon yang mau koreksi atau menambahkan dipersilakan.
***
Jadi, Gw dan Ali ini beda sekolah, beda SMP. Nah, Robi ini temannya Ali di sekolahnya, tapi gw udah kenal sebelumnya.
Entah ini akan menjadi kunjungan yang ke berapa kali, tapi yang pasti bukan yang pertama, jadi gw masih sangat hapal perjalanan ke rumah Robi.
***
Begitu juga kali ini, karena perjalanan ke rumah Robi agak memakan waktu, tapi gw senang-senang aja menjalaninya.
***
Kami diam berhenti di depan gapura itu, gapura yang menjadi tanda sebagai pintu masuk ke pemakaman, pemakaman besar yang sudah sering kami dengar keangkerannya.
Iya, kami berdiri tepat di depan gapura Makam Balung.
Sekarang juga situasinya masih nyaris sama, karena baru beberapa bulan yang lalu gw datang ke Makam Balung ini, Tante Erni yang belum lama meninggal dimakamkan di sini juga.
Agak bernapas lega, ketika di kejauhan kami sudah melihat gerbang keluar.
Tapi, gw yang berjalan di depan, tiba-tiba menghentikan sepeda, ngerem mendadak, karena melihat sesuatu.
“Kok tiba-tiba ada rumahya Li? Kayanya waktu itu gak ada rumah deh, kok sekarang ada rumah?” Gw banyak tanya.
Kenapa aneh, karena perasaan gw belum pernah melihat ada rumah ini sebelumnya.
“Ah itu rumah dari dulu udah ada Brii, kamu aja yang gak pernah perhatiin.” Begitu jawab Ali.
“Udah ah, yuk jalan lagi. Serem gitu rumahnya.” Lanjut Ali.
Akhirnya, kami berhasil lewat area pemakaman, lalu masuk ke wilayah kampung tempat tinggal robi.
***
“Makam balung Bi, kalo muter kan jauh. Masih terang ini tadi.” Jawab gw.
“Jangan lewat makam balung dulu ya.” Kata Robi Lagi.
“Kenapa emang Bi?” Ali penasaran.
“Ilang gimana sih Bi?” Tanya gw semakin penasaran.
“Iya, nanti pulangnya jangan malem-malem” Robi menegaskan lagi.
Benar-benar cerita yang menyeramkan.
***
“Sholat maghrib dulu, abis itu baru boleh pulang.” Begitu kata Ibunya Robi.
Mau gak mau kami harus nurut.
Akhirnya malah berubah lagi, selepas isya kami baru pulang.
“Inget ya, jangan lewat makam balung, jalan putar aja.” Sekali lagi Robi mengingatkan.
Gw dan Ali mangangguk.
***
Kami masih berbincang bersenda gurau menikmati perjalanan.
Waktu tempuh yang seharusnya gak terlalu lama, mungkin hanya 10 menit, tapi kira-kira sudah lebih dari 15 menit kamibelum sampai juga di kampung berikutnya, seperti masi berkutat di kampung Robi.
Wajah Ali menunjukkan raut kebingungan, sama seperti gw, bingung, kok lama amat perjalanan berputar ini?
Akhirnya gw berhenti, Ali ikut berhenti.
“Udah lanjut aja dulu, ini jalannya bener kok.” Jawab Ali menenangkan.
Ya sudah, kami lanjut jalan.
Sesekali gw melirik belakang sambil terus mengayuh, untuk melihat keadaan Ali, memastikan kalau dia masih ada di belakang.
Suara gerakan dua sepeda menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar di malam gelap ini.
Gw ngerem mendadak, menghentikan laju sepeda yang tengah berlari cepat.
Ternyata gw sendirian, entah sudah berapa lama.
Gw semakin cemas, ketakutan.
Takut, karena sadar kalau sedang sendirian di tempat asing dan menyeramkan, akhirnya gw memutuskan untuk kembali mengayuh sepeda dengan tujuan entah ke mana.
Kira-kira seperti itu bunyinya, seperti suara langkah kaki yang sedang berlari.
Awalnya karena sangat ketakutan, gw gak berani untuk menoleh ke belakang, gak berani cari tahu bunyi apakah itu.
Tahu apa yang sedang ada di belakang gw?
Panik, gw semakin cepat mengayuh sepeda, melaju kencang sambil ketakutan.
Ternyata gw masuk ke area pemakaman yang masih gw kenal, makam balung. Kenapa tiba-tiba masuk ke pemakaman? Entahlah..
Awalnya gw masih lincah menghindari gundukan-gundukan tanah kuburan, tapi lama kelamaan gak sanggup lagi, beberapa kali gw melindas kuburan tanpa sengaja.
***
Sendirian dalam gelap malam di tengah pemakaman angker.
Sosok itu hanya berdiri diam dalam gelap seperti memperhatikan.
Sepertinya gak lama gw berlari, sampai akhirnya melihat ada bangunan di kejauhan, ada rumah. Lalu gw menuju ke rumah itu, coba menjauhi mahluk tinggi besar.
Tapi keadaannya beda, rumah ini jadi kelihatan lebih bersih dan terawat. Lampu terasnya menyala walau redup, lampu di dalamnya juga menyala terang. Jadi seperti berpenghuni..
Teras dan pekarangan rumah sungguh bersih, tapi gw yakin kalau ini rumah yang sama dengan yang sore tadi.
Kebetulan, pintu depannya terbuka, sambil ketakutan gw memasukinya.
Ternyata nggak, gw gak melihat mahluk itu lagi.
Dari tempat gw duduk, gw bisa melihat ruang tengah yang sepertinya jadi ruang makan juga, lampunya menyala terang.
Tapi ada keanehan yang baru gw sadar, kemana para penghuni rumah ini? Karena dari tadi gw sama sekali gak melihat ada kehidupan.
Seperti terhipnotis, ketika berikutnya indera penciuman menangkap aroma khas. Gw mencium wangi bunga Kamboja, bunga khas pemakaman.
Wanginya sangat kuat..
Gw terus diam memperhatikan,
Siapa Mereka?
Ibu itu rambutnya panjang hitam tergerai, mengenakan pakaian terusan berwarna gelap.
Gw hanya diam terpana ketakutan.
Dia berjalan ke tempat gw duduk di ruang tamu.
Sebentar, ternyata dia bukan berjalan, dia bergerak seperti melayang..
Wajahnya menyeramkan, pucat tanpa ekspresi, tersenyum tapi menakutkan.
Gw semakin ketakutan, sangat ketakutan.
Sampai akhirnya dia berhenti tepat di depan gw, lalu mengulurkan tangannya.
Gw panik, tapi gak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa kemudian menunduk dan menangis pelan..
***
Entah pingsan atau bagaimana, akhirnya gw seperti tersadar, karena mendengar ada beberapa orang yang memanggil nama gw.
Gw membuka mata, ternyata sedang berada di dalam rumah kosong yang gelap gulita.
Gak lama kemudian, beberapa orang masuk ke dalam rumah. Lalu gw akhirnya sadar kalau beberapa orang itu salah satunya adalah Bapak.
Sukurlah, akhirnya gw dapat keluar dari terror yang menyeramkan itu.
***
Kata Ali, gw masuk ke area Makam balung, dan menghilang di kegelapan.
***
Sampai jumpa minggu depan dengan cerita-cerita gw lainnya.
Tetap sehat supaya bisa terus merinding bareng.
Met bobok, semoga mimpi indah.
Salam
~Brii~