Kereta kencana yang bukan kereta kencana biasa, tapi kereta yang kemunculannya sepertinya mustahil, janggal, dan susah dicerna dengan akal sehat.
Singkat cerita, akhirnya kami mulai memasuki jalan Cipaganti.
Gw ingat, kalau itu adalah kendaraan terakhir yang terlihat sebelum peristiwa janggal yang kami alami nantinya.
Jalan Cipaganti yang sedang kami susuri itu mendadak sepi, seperti gak ada kehidupan.
Sepi..
Gw dan Bey berpikiran sama, kami merasakan apa yang Gugun rasakan.
Tapi walaupun begitu, gw terus injak pedal gas.
Sebegitu sepinya, hanya suara mesin mobil kami yeng terdengar memecah sunyi.
“Ada kereta kuda di belakang,” kata Bey pelan.
Jendela mobil yang gak tertutup penuh, menjadikan suara itu sangat jelas kedengarannya.
Kami mendengar suara ringkik dan suara langkah kaki kuda, ada bunyi kliningan juga, lengkap.
Kereta kencana itu berjalan tepat di belakang.
Kami terdiam gak berani bicara apa-apa, selagi gw menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil melaju kencang membelah Cipaganti.
Sampai akhirnya gak kelihatan lagi, karena di ujung Cipaganti kami berbelok ke kanan.
***
Cerita pertama, kejadiannya sekitar awal 1990-an, dialami oleh kakak dari teman kuliah gw, Virgo namanya.
Teman Virgo ini kita sebut saja namanya Andi.
“Ndi, gw nginep sini aja ya, males pulang nih.” Kata Virgo kepada Andi.
“Ya udah, nginep sini ajalah. Tapi gw mau tidur cepet ya, belum tidur dari kemarin.” Ucap Andi.
Setelahnya, Virgo anteng di depan komputer bermain game, sementara Andi berpegang teguh pada omongannya untuk tidur cepat.
Virgo yang belum juga mengantuk, memutuskan untuk selesai main game lalu keluar kamar menuju teras.
Di kanan kirinya berdiri pohon-pohon besar dan rindang, sampai sekarang pun keadaannya tetap sama, pepohonan besar masih berdiri kokoh.
Duduk santai sambil mengangkat kaki, Virgo menikmati udara malam. Sebungkus rokok menemani tubuhnya yang sesekali bergidik kedinginan.
Benar-benar sepi, walaupun sesekali dari kejauhan terdengar suara kendaraan melintas di jalan Juanda dago, yang letaknya gak jauh dari situ.
Sampai akhirnya, ada sesuatu yang membuat Virgo terjaga!
***
Amat sangat sepi, gak terdengar suara apa-apa, kosong.
Virgo merasakan ini, merasakan kalau ada perubahan.
Udara terasa semakin dingin, Virgo mulai semakin menggigil kedinginan.
Lalu dia berdiri berniat untuk masuk kamar.
Tapi, belum juga membuka pintu, Virgo berhenti melangkah..
Karena tiba-tiba dia mendengar suara yang menarik perhatiannya.
Yang pertama terdengar adalah suara ringkik kuda.
Setelah ringkik kuda, Virgo seperti mendengar suara langkah kaki kuda, suara tapak kuda yang bertemu dangan aspal jalanan.
Virgo kemudian memperhatikan dengan seksama jalan Surya Kencana yang semakin pekat tertutup kabut.
“Itu suara apa? Kok kaya suara kuda?” Kata Virgo dalam hati.
Ketika masih bertanya-tanya dalam hati, tentang siapakah dua orang ini, tiba-tiba di belakang mereka muncul lagi dua orang dengan penampilan sama persis, berseragam layaknya pengawal kerajaan.
Kereta kencana besar dengan pengawal yang berjalan di depan dan belakangnya, melintas di jalan Surya Kencana.
Satu pemandangan yang sangat gak masuk di akal!
“Ndi, bangun Ndi, bangun. Ayo anter gw ke depan rumah, cepetan Ndi.” Panik Virgo membangunkan Andi.
Masih gelagapan, tapi Andi ikuti kemauan Virgo.
Lalu mereka turun ke lantai satu, keluar rumah menuju halaman.
“ Ada kereta kencana Ndi, tadi melintas di jalan ini, jalan ke arah sana.” Kata Virgo sambil menunjuk ke arah jalan Hasanudin.
“Kereta kencana? Serius lo? Gak mimpi?” Tanya Andi.
“Bener ndi, gw yakin.”
Lalu mereka kembali ke dalam kamar.
Di kamar Andi dan Virgo membahas kemunculan kereta kencana itu, yang kebetulan Andi sudah pernah mendengar ceritanya.
***
Ivan sendiri yang akan bercerita langsung, simak ya…
***
Aku merasakan semua, Bandung gak pernah sesepi ini, tengah malam sekalipun..
Begitulah..
Jalan Cipaganti ini sepinya gak pake takaran, heningnya gak ada gambaran.
Aku sendirian..
Ya sudah, aku gak bisa ke mana-mana juga, hanya berdiri menunggu Rendy datang menjemput.
Sekali lagi melihat layar ponsel, masih saja gak ada sinyal.
Setelahnya, aku terhenyak sadar, ketika merasa ada kejanggalan.
"Ada apa ini, kok aneh." Ucapku dalam hati, sambil merasa kalau mulai kehilangan nyali.
Sejauh mata memandang, jalanan Cipaganti sangat sepi, tapi kosongnya bicara, heningnya seperti bercerita.
Di kejauhan, ada pergerakan orang, ada dua orang.
Kabut tipis yang mulai turun memang sedikit membatasi penglihatan, tapi aku masih dapat menangkap pemandangan itu.
Siapa dua orang itu? ngapain mereka lari kecil di Cipaganti malam-malam?
Aku terperangah seperti terhipnotis, antara mencekam ketakutan dan kagum terpesona akan keindahan kereta kencana.
Sampai akhirnya, mereka benar-benar melintas persis di depanku.
Iya, jendelanya terbuka, aku jadi bisa melihat ke dalam.
Masih sedikit berbentuk siluet, tapi aku dapat melihat dan memastikan kalau mereka adalah sosok laki-laki dan perempuan. Aku dapat membedakannya dari mahkota yang ada di kepala mereka.
Aku melihat semuanya, kereta kencana yang melintas di jalan Cipaganti, tengah malam buta.
Satu dua kendaraan muncul melintas, kehidupan muncul lagi.
Aku masih shock, belum mampu menjawab pertanyaan Rendy.
Masih trauma dengan peristiwa janggal di jalan Cipaganti yang baru saja terjadi.
Balik lagi ke gw ya, Brii.
Begitulah beberapa kisah seram tentang kereta kencana gaib di bandung, maaf kalau ada kekurangan.
Sekian cerita malam ini, sampai juma minggu depan.
Tetap sehat, supaya bisa terus merinding bareng.
Met bobok, semoga mimpi indah.
Salam,
~Brii~