Buah hati sebagai tujuan utama dalam berumah tangga, demikian juga yang dialami pasutri Suroso dan Padmi dari Dusun Suru Kidul, Desa Suru Kecamatan Dawar Blandong Kab. Mojokerto.
Ditahun 2013 Padmi tengah hamil,
"Wes gak usah dipikir nduk, akeh2 digawe nyebut marang seng kuoso ae"
Padmi sebagai anak yg taat menuruti permintaan sang ibu,setiap hari ia selalu menyebut nama yg maha kuasa selepas shalat wajib.
Sewaktu Padmi lagi asyik membersihkan kamarnya tiba2 dia melihat dibawah dipan,
Kelima ular itu menggeliat kesana kemari tanpa tujuan. Mengetahui hal ini Padmi menjadi takut, dan pergi keluar kamar untuk memanggil ayahnya yang tengah duduk didapur.
"Ojok nduk, ilingo awakmu iki mbobot. Masio aku dewe yo gak oleh mateni kewan "(Jangan nak, ingatlah kamu ini masih mengandung. Meski aku sendiri ta tidak boleh membunuh hewan) jawab ayah Padmi
"Endi uloe sak iki, tak buak'e ae nduk" (Mana ularnya, tak buangnya saja nak)
"Ndek kamar pak" (dikamar pak)
Ayah Padmi bergegas pergi kekamar anaknya, ia membawa kayu dan cikrak.
Setelah itu tidak ada kejadian aneh lagi dalam keseharian mereka.
Hingga pada hari Kamis, 04 April 2013 sore sekitar pukul 17.00 WIB. Padmi mengalami sakit perut,
(Nak lekas siapkan barang istrimu, terus cepat antarkan istrimu ke bu bidan) pinta mertuanya "Nggih bu" (ya bu) jawab singkat Suroso.
Mereka pergi dengan motor menuju desa Kupang,
Tempat rujukan ini ternyata adanya dirumah sakit umum di Kota Mojokerto, singkat cerita mereka berdua dengan mengendarai sepeda motor kembali berangkat kekota.
Merekapun berjalan menuju ruang UGD disisi sebelah kanan rumah sakit tersebut. Diruangan itu mereka ditemui oleh dua orang perawat perempuan berpakain putih yang sedang berjaga diloket.
Seketika para perawat itu mengambilkan kursi dorong, dan menyuruh Padmi duduk diatasnya. Lalu mereka membawa Padmi menuju ruang persalinan yang terletak di samping belakang rumah sakit.
Suroso sendiri disuruh menunggu diluar kamar persalinan. Merasa sendiri saja diluar ruangan itu, Suroso memutuskan untuk keluar dari area rumah sakit.
Dengan perasaan sedih karena tak bisa menemani sang istri, Suroso berjalan gontai kedepan. Sesampainya diwarung, dia langsung duduk sambil melihat ramainya jalanan. "Pak kopi setunggal" (Pak kopi satu) pesannya.
“Saking pundi mas? kok kulo dereng ngerti sampean sak derenge?" (Dari mana mas, kok saya belum pernah lihat sebelumnya?) tanya bakul kopi tersebut
"Oh kulo saking Ndawar pak, niki ngentosi istri kulo seng bade lairan ten rumah sakit niku"
"Lah rumah sakit seng endi mas?"
Suroso sendiri merasa aneh atas pertanyaan pemilik warung itu, "Piye bakule iki, rumah sakit neng cedek'e kok sek takok"
lalu Suroso menjelaskan kembali dan meyakinkan penjual kopi tersebut kalau dia memang menunggui isterinya dirumah sakit sebelah ini. Seketika wajah pemilik warung itu terlihat tegang, dan kaget.
"Mas, rumah sakit umum iku wes dikosongno kawet
pertengahan ulan Januari wingi" (Mas, rumah sakit umum itu sudah dikosongkan sejak pertengahan bulan Januari kemarin). Jelas bakul kopi
Mendengar penjelasan itu, sontak Suroso langsung kaget.
Sesampainya Suroso diruang persalinan dimana Padmi berada. Ia berhenti sejenak, membuka pintu matanya sempat sekilas melirik keatas pintu,
Padahal hanya sedikit cahaya yang menerangi ruang itu, ketika itu Suroso mendapati Padmi sudah tertidur dengan memeluk seorang bayi laki-laki mungil yg masih kemerahan.
"Dek, tangi dek...tangi dek" (dek bangun dek) kata suroso sambil menepuk pelan pipi istrinya. Padmipun cepat merespon,
"Maksudte piye mas" (Maksudnya bagaimana mas?) tanya Padmi pelan
Padmi pun segera beranjak turun dari tempat tidur, dan Suroso bergegas meraih barang bawaan seadanya dan mengambil bayinya dari istrinya untuk gendong. Dengan kondisi sedemikian rupa,
Disaat mereka sampai rumah bersama istri dan bayinya, suroso pun bisa tenang.
Kedatangan mereka juga membuat Ibu dan bapaknya kaget, karena proses melahirkan secepat itu dan bisa langsung kembali membawa bayinya, malam hari pula.
Baru setelah situasi mereda, Padmi pun bercerita kepada ibunya.
"Mak...mak...mak kulo wau pas ndok rumah sakit rasane uaneh,
"Opomaneh sakmarine doktere teko, wetengku wes gak kroso loro blas mak" (Apalagi setelah dokternya datang,
"Nggih kirangan mak, kulo piambak mboten sumerep. Pokok'e pas ngetokno bayine kulo mboten kroso loro blas mak" (ya tidak tahu mak,
"Terus anehe maleh mak, pas bayine metu kale ari-arine kulo kan pun kesel, nggih ngantuk sisan. Tapi sak durunge kulo keturon,
"Lah terus sak iki endi ari-arine le, nduk" (Lah terus sekarang dimana ari-arinya nak) tanya ibunya
"Endi mas, mau sampean gowo ta gak"
"Gak ngerti dek, mau aku cuma gowo sak enek'e barang seng enek ndok kamar. Tapi pas ngeringkesi barang mau yo gak enek ari-ari" (gak tahu dek, tadi aku cuma bawa barang seadanya yang berada dikamar.
"Trus piye iki, sampean jupuk mas. bekne keri nang kono?"(terus bagaimana ini? anda ambil mas. Barang tertinggal disana?" pinta Padmi
"Aku yo ora wani dek, koyo ngono sereme"
"Wes babahno nduk, penting awakmu karo bojomu selamet kabeh" (sudah biarkan saja nak, penting kamu sama suamimu selamat semuanya). tutur mbah Sumiati
Beberapa hari kemudian, kejadian ini ditahun 2013 menjadi ramai.
Padahal hanya nasib sial yang menimpa mereka kala itu, dan beruntung mereka masih diberi keselamatan hingga kini.
*TAMAT*