"KKN DI LEMBAH MATAHARI"
@bacahorror #bacahorror
Dua orang mahasiswa dari salah satu perguran tinggi terkemuka di Yogyakarta, Ayub dan Bahdim sedari tadi bersantai kini beranjak dari tempat duduknya dan mulai melangkah menuju kerumunan.
Setiap mahasiswa berusaha merangsek ke depan papan informasi untuk melihat nama mereka,
Ayub harus berjibaku diantara berbagai macam aroma, wangi parfum, bau khas keringat dan bahkan bau menyengat dari mahasiswa anti air, bercampur menjadi satu sehingga memberikan efek langsung terhadap kesadaran manusia.
“Alhamdulillah....”
“Alhamdulillah,” jawab Bahdim sambil mengacungkan jempolnya.
“Kamu kesini saja!” panggil ayyub sambil memberikan isyarat tangan kepada Bahdim untuk mendekat.
“Aduh...Ati-ati Mas,” teriak salah satu mahasiswa yang terinjak kakinya.
“Maaf Mas....” Sambil tersenyum Bahdim memohon maaf.
Bahdim menjawab dengan gembira. “Oh iya Yub....”
Mereka berdua diam, dan bergumam sambil memandangi pengumuman didepannya.
Setelah melihat dan memastikan nama mereka muncul, Bahdim dan Ayub mulai menyingkap kerumunan dengan penuh kesabaran dan tak lupa sedikit senyuman.
***
siang hari acara dimulai, di gedung auditorium acara pembekalan disampakan.
Materi dan pesan disampaikan untuk yang mau terjun dilapangan.
Acara pembekalan usai, semua kelompok diwajibkan untuk segera menemui DPL masing - masing.
didalam pertemuan, pak Rahmad menyampaikan kepada semua kelompok. Tentang apa - apa yang harus dibawa, sedikit info dari pak Rahmad,akan ada penempatan kelompok di dusun terpencil.
selesai pengarahan ini semuanya bubar, dan pulang ketempat asal masing - masing.
Begitu juga dengan kelompok Ayub dkk, ia membawa berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.
Jam 8.00, acara serah terima dari kampus kepada pihak kecamatan.
Selepas acara, mereka kembali naik kendaraan, tapi bukan bis lagi melainkan Elf.
Kelompok Ayub bersama rombongan terus melaju melewati dua gunung, baru digunung kedua mereka berhenti.
dari gunung terakhir ini mereka melewati sungai besar.
Barulah selepas itu mereka memasuki dusun dimana KKN mereka akan dijalankan.
Semua anggota KKN dan pak Rahmad istirahat sejenak, Pak Rahmad selaku DPL membuka pembicaraan dan berbasa - basi sejenak.
Waktu semakin sore, pak Rahmad pun kembali ke kecamatan dengan diantar oleh salah satu warga.
Baru selesai makan mereka diantar ke posko, tempat yang sudah jauh - jauh hari disediakan.
(cerita masih panjang, sebab habis ini cerita akan terasa lambat)
“Iku mas, omahe sing uwes tak siapno di gae kelompok sampean.” (Itu mas, rumah yang sudah saya siapkan mas dan kelompoknya)
“Ayo langsung melebu ae mas mbak, iki omahku dewe. Omah’e ancen lawas, wes gak tau di nggoni hampir sepuluh tahun. Tapi wes tak resik’i kawet winginane. Tenang ae aman kok omahe mas.”
Lalu pak Jatmiko bergegas membuka pintu dan masuk terlebih dahulu. Beliau kemudian mempersilahkan anak-anak KKN masuk.
“Ayo tak duduhno njerone.”(Ayo saya tunjukkan dalamnya).
Kamar mandi itu terbuat dari tembok tanpa atap. Di depan kamar mandi terdapat sebuah sumur, kelihatannya sudah tua sekali.
“Mohon maaf pak, memang kamar mandinya seperti ini?” tanya Rosa dengan suara pelan tidak seperti biasanya.
“Iya Mbak... maklum di kampung.” jawab Pak Kasun singkat.
“Oohh... Enggeh pak, matursuwun.” (Ooh iya pak, terima kasih)
“Ya wes aku percoyo karo sampean kabeh. Mas ayub, Nek wonten nopo mawon sampean saget langsung ten griyo. Sak iki aku tak pamit muleh disek.”
“Enggeh pak, nderekaken.”(Iya pak,silahkan)
Sepeninggal pak Jatmiko, semua peserta KKN berkumpul di ruang tengah.
Para perempuan lebih memilih kamar bagian depan dan dengan sangat terpaksa para lelaki kebagian kamar belakang.
Serasa pas malam itu, sudah tidak ada listrik apalagi sinyal HP.
“Heh, Yuub! Kamu ngerasain nggak siihh, hawanya rumah ini tuh... gak enak.” Kata Roni
“Kamu ngomong apalagi sih, Ron,” jawab Ayub.
“Aaaaaa, apa shi kamu Ron. Jangan nakut nakutin ah,” sahut Rosa, gadis bertubuh gendut yang penakut tapi selalu nampak ceria.”Bikin kita takut saja.”
“Kamu ini, makin lama makin ngelantur Ron. Lama-lama aku jadi ilfil,”. jawab Indah, si gadis cantik dari Fakultas Ekonomi.
Roni dihari pertama yang bercerita aneh-aneh, akhirnya didudukkan Ayub dan Bahdim. Mereka berdua menasehati agar roni tidak berbuat demikian.
Rumah sudah terkunci, mereka kembali keruang tengah untuk mulai tidur.
"Srrreeek... Srreeek.... Srrreeek...."
Suara tapak kaki melangkah terdengar sama-samar mendekat di luar posko.
Ayub menoleh ke Bahdim disebelahnya, tapi dia tetap terlelap dalam tidurnya. Ayub berusaha memberitahu Bahdim tentang suara yang didengarnya. “Dim, dengar suara itu ndak?”
"Srrreeek... Srreeek.... Srrreeek...."
Suara itu terdengar lagi dan semakin jelas di telinga. Suara itu berhenti dan tidak terdengar lagi.
Bu Ratmi yang mendapat amanah dari suaminya, menyampaikan kepada kelompok Ayub untuk kerumah abah. Sebab pak Jamiko sudah pergi kekebun.
Tak berapa lama mereka sampai dirumah Abah, mereka ternyata sudah ditunggu oleh Abah kedatangannya.
Semua usul ayub saat itu juga langsung disetujui abah.
Tapi sewaktu berjalan sekeliling dusun penduduknya sepi, semua kebanyakan berada dikebun.
Pagi hari, hari kedua mereka melanjutkan perjalanan.
Kebetulan pagi itu mereka bisa silaturahim terlebih dahulu kepada pemilik rumah diujung jalan ini. Setelah mereka saling bersalaman dan berkenalan,
“Pak, tiang niko lanopo pak?” (pak, orang itu lagi ngapain pak). Tanya ayub sambil menunjuk tetangga pak Huda.
“Langsung wae mas, gak popo.” (Langsung saja mas, gak papa). Pinta pak Huda
Kini Ayub dengan sedikit rasa sungkan yang terkikis tetap berjalan kerumah warga dusun disebelah pak Huda. Waktu memasuk batas pekarangan rumah warga dusun ini mereka mencium bau kemenyan.
Sadar akan kedatangan tamu, pemilik rumah langsung menghentikan kegiatannya. Sosok pria ini langsung menyambut dan berkenalan dengan kelompok Ayub semua,
Kejadian dirumah-rumah selanjutnya ini tak jauh beda dengan rumah sebelumnya.
Kegiatan jalan – jalan ini terus berlanjut hingga sampai kemasjid,
Pagi hari semua penduduk posko 113 yang sudah selesai sarapan langsung pergi kerumah ustad selaku tokoh agama.
ditengah jalan mereka bertemu pak huda kembali,
salah satunya bukit disebelah kebunnya, sungai yang bening, pemakaman keramat dan yg terakhir paling menarik ialah jalur pendakian menuju gunung, sebab diatas pemandangan sangat luar biasa.
Kembali pada rapat yang diselenggarakan setelah mendengar cerita mistis dari Roni di malam hari,
Namun hal yang di harapkan tak sesuai dengan kenyataannya yang dialami Roni.
Seketika itu Roni membanting pintu dapur dengan sekencang-kencangnya, ia berbalik arah kembali kedepan dengan berlari kecil.
Ayub dan teman-temannya kaget mendengar teriakan Roni dan suara dari dapur, semua yang diruang tamu terdiam sejenak.
“He kamu kenapa Ron” Tanya Bahdim.
“Ha...ha...ha, makannya jangan sering nakut - nakutiin orang kamu” Ledek Joko
“Aku serius Jok, lihat saja kebelakang kalau tidak percaya” Bentak Roni yang kesal sambil menahan rasa takutnya
“Tapi aku serius Jok kali ini, sumpah!!! Aku enggak pernah bohong sama kalian.
“Heh, kalau ngomong makin ngelantur kamu Ron” Sahut Joko
Merasa dirinya disepelekan sama teman-temannya Roni mulai kesal,
Anggota KKN di ruang tengah kini melanjutkan rapatnya dengan serius,
Di tengah lamunannya, Roni memandang tegak kedepan dengan tatapan kosong.
Roni yang melihat hal itu sontak kaget, pandangan kosongnya buyar! Kata kotor mulai mencuat dari bibirnya
Dibilik kamar perempuan, Rosa dengan Indah seperti biasa tidur berdua diranjang.
“Rereeeeeiii...Rereeeeiii...!!!
Bulukuduk Rerei saat itu merinding tegak kelangit. Saat rerei melihat kearah kiri lebih tepatnya ke lorong bawah dipan,
“Ya Allah!!!” Teriak pelan Rerei dan ia langsung melompat ke ranjang. Desakan Rerey kali ini membelah kedekatan tidur antara Indah dan Rosa.
Rerei hanya diam dan menyelimuti sekujur tubuhnya dengan kain putih bergaris cokelat, Selimut Rosa malam itu ditarik paksa oleh Rerei.
“Kringgggg......kringgggg....kringggg”
Pagi itu suara weker dari HP Roni bernyanyi keras,
Roni yang kekamar mandi terlebih dahulu untuk mengisi bak mandi, tapi waktu sampai bak sudah penuh. sedang ayub sendiri terlihat duduk - duduk bergumam mendengung sendirian tak jelas.
Mendengar pengakuan dari Ayub, Roni terdiam seakan memahami pemikiran seorang ketua kelompok.
Ayub dan Roni balik kedalam posko, sedang para mahasiswi selepas shalat subuh menuju dapur untuk memasak.
Dengan nafsu yang besar makanan sudah tak bersisa.
Kesepuluh orang ini dengan pak Jatmiko berjalan kaki berarak menuju kebun,
Pagi yang masih berselimut kabut yang sudah menipis, mereka memulai kerja dikebun. Ada yang membantu warga menyiangi rumput, memupuk benih ada juga yg membantu mencangkul,
Tak terasa waktu sudah siang, panas tak terasa menyengat kulit sebab udara dingin melapisi kulit mereka.Udara dingin dilereng gunung juga yang menghipnotis mereka saat berkebun.
Untuk para lelaki sendiri pulangnya disore hari berbarengan dengan warga dusun yang lain. Ketika mereka pulang pun demikian, Ayub dan anggotanya melihat beberapa warga dikebun berdiri dikebun bersebelahan dengan batok kelapanya.
Mereka juga membawa beban pertanyaan yang sangat banyak sewaktu pulang ke posko.
awalnya diruang tamu kelompok KKN 113 memperbincangkan tentang mangkok di pojokan kebun, sebab semua anggota belum berkumpul.
Semua anggota sudah lengkap, acara evaluasi pun dimulai. Diskusi dengan gaya berapi - api menjadi sebuah ciri, hingga semua mengerti dan saling memahami.
Bahdim yang tadi sore pulang belakangan dan jalan dengan pak Jatmiko mengetahui hal itu. Dengan inisiatif untuk menengkan dan meredam rasa penasaran semua anggota,
Mereka pun pergi kekamar mandi belakang dengan membawa satu lampu templek ditangan. Rosa langsung masuk kedalam kamar mandi, menutup pintu dan menaruh lampu didekatnya, selesai berhajat dia meraih gayung
“Ndah, airnya habis, tolong timbakan dong! Satu ember saja deh.
“Huh dasar! Iya...iya...sebentar!!! Jawab Indah dengan mulai berjalan kearah sumur disampingnya
Sampai disumur Indah meraih dan menurunkan embernya. Perlahan – lahan ia ulur tambangnya hingga sampai kedasar sumur.
Sewaktu dia sedikit menunduk dan melihat benda itu dengan seksama, benda itu sungguh tak wajar. Seonggok kepala manusia yang menghitam dengan wajah yang busuk dan rusak.
“Aaaaaaaa!!!” Indah langsung melemparkan timba dan berlari secepat petir masuk ke dalam rumah.
“Ha...ha...ha” Sosok kepala tanpa tubuh menatap rosa sambil tersenyum dan tertawa kecil dengan suara berat.
“Ada apa ndah?” Tanya Bahdim
“Yuuubbb, tolong ada ke...kee...pala dikamar mandi” Pinta Indah,
Bahdim yang merasa tak di gubris akan pertanyaanya hanya memandangi Indah dengan kecewa.
“Sekarang Rosa dimana” Tanya Ayub dengan intonasi cepat
“Ooohh.. iya..ya...ya, Rosanya ketinggalan dibelakang Yub”
“Ayo kita kebelakang bareng bareng” Ajak Ayub
Semua yang berada didepan ramai-ramai kebelakang posko, semua rasa takut bagi indah pun memeudar. Tak begitu lama, mereka sampai di kamar mandi.
Perlahan Rosa sadar dan terbangun terbangun dari pingsannya. Saat itu juga Rosa langsung duduk dan memeluk erat Agustin...
Malam itu teman - teman Rosa khususnya yang perempuan membantu membersihkan pakaian Rosa,
Dimalam berikutnya, perjanjian kebelakang faktanyapun dibuktikan oleh para mahasiswi ini.
Pipit masuk kekamar mandi sendiran dan setelah menaruh lampu tempel dibibir bak mandi Pipit menutup pintu dari dalam.
Pipit yang lagi selesai berganti pembalut, kini mulai membersihkan pembalutnya yang kotor sebelum dibuang.
“Tes...tes...tes” Cairan yang menetes pelan secara konstan itu mengenai Pundak dan rambutnya, Pipit yang penasaran perlahan menggapai cairan tersebut dengan tangan kanannya.
“Hueeekkkk, apa ini?” Gumam Pipit sambil memandangi kembali dengan seksama cairan yang berada ditelunjukknya.
Sosok ini terus memandangi wajah Pipit dengan sorot matanya yang semakin memerah darah.
Pipit yang sejenak tertegun, dengan cepat mengembalikan kepingan kepingan kesadarannya yang sudah berserakan.
“Aaaaaakkkkhhhh...tolong....brak..brak...brak” Pipit menggedor-gedor pintu kamar mandinya dengan cepat,
Sedang tangan sosok raksasa ini mulai bergerak, tangan kanannya perlahan menganyun kearahnya.
Dua orang temannya yang berjaga dan menunggu didepan kamar mandi tersentak kaget, mereka pun saat itu menoleh keatas kamar mandi yang tak beratap.
Secepat angin topan Pipit berlari menuju ke ruang tamu, sesampainya di ruang tamu pipit berdiri dengan rukuk.
“Temen-temen....di kamar mandi belakang aaaada genderuwonya...hiiiii, Hosh...hosh...hosh”.
“Huuuhhh...huhhh...huhh” Nafas Indah dan Agustin yg berpacu menjadi satu dalam ketakutan.
“Iya nih, gimana sih kamu Pit?” Sambung Agustin yg ikut kesal akan perbuatan Pipit.
Ayub yang melihat ketiga anggotanya ketakutan menyuruhnya untuk segera duduk terlebih dahulu.
Ayub masuk keruang tengah bersama Bahdim untuk mengambil dua gelas air minum.
“Sudah ini minum dulu“ Kata Ayub sambil menyodorkan ketiga gelas tersebut kepada mereka.
Setelah mereka minum, keadaan mereka bertiga mulai tenang.
“Yub? dulukan kamu pernah mengaji, dan belajar ilmu beginian.
“Kamu juga kan bisa Dim” Sambung Ayub
“Iya nanti kita bareng-bareng do’ainnya Yub, tapi saat ini kelihatannya kondisinya genting sekali”
“Iya Dim, Kamu betul. Gak ada salahnya dicoba, karena aku sendiri belum pernah mencobanya” Jawab Ayub yang agak ragu atas kemampuannya yang tidak terasah.
Seketika itu juga Ayub dengan Bahdim pergi kedapur, Ayub mengambil garam dan air. Kedua zat itu dicampur dalam satu wadah dilebur menjadi satu,
“Dim kamu tabur ini, aku ikuti dibelakang sambil baca do’a” Pinta Ayub sambil memberikan wadah ramuan itu.
Setelah prosesi ritual memagari rumah dan kamar mandi selesai, mereka berdua kembali keruang tamu, dan suasana mulai saat itu menjadi tenang.
Sejak malam itu, rumah terasa nyaman
Tapi untuk gangguan langkah kaki yang mondar mandir dimalam hari dan suara-suara yang memanggil tetap menemani Ayub, Roni dan Rerei ditiap malamnya tapi agak menjauh, jadi terdengarnya semakin samar.
Sedangkan Roni yang mempunyai kemampuan melihat mereka,
“Pak Huda yang rumahnya dijalanan menuju masjid?”
“Iya bener, memang ada apa Ron?”
“Tadi sore waktu aku pulang dari kebun,
“Ah yang bener, jangan nakut-nakutin kamu Ron.
“Sumpah Ros. Aku nggak bohong, sosok tinggi besar itu jumlahnya buanyak. Entah jumlah pastinya berapa, tapi aku melihat mereka berlari dari dalam hutan dengan jumlah mungkin ribuan,
“Iya...iya...Ros, ini yang terakhir please dengerin. Ini demi kebaikan kamu, biar kamu hati – hati Ros” Tegas Roni yang memaksa
Roni tak perduli dengan elakan Rosa, ia kembali menceritakan sosok – sosok hitam besar dibelakang rumah, dan sosok yang tinggal dikamar mereka.
Ayub yang tahu Roni dan Rosa sedang berbisik bercerita, ia hanya membiarkan saja,
Akhirnya cerita Roni dengan membisik pun selesai,
Pembahasan evaluasi dengan berbagai kekurangan dikegiatan sebelumnya sudah selesai ditutupi,
Seketika semua penduduk posko yang berada di ruang tamu terdiam,
Roni yang selalu menggunjing mereka, dengan sikap percaya dirinya di tingkat dewa langsung menyampaikan tebakan...
“Jangan - jangan itu makhluk yg kemarin Yub!!” Celetuk lirih Roni.
Hening malam itu memang tercipta oleh sesuatu, dan secara tiba - tiba.
“Duaaarrrrr!!!” Suara ledakan kembali menggelegar,
“Klotak..klotak..klootak..“ Genting yang jatuh berserakan kemeja ruang tamu.
“Astagfirulllah, ya Allah.” Ucap mereka semua yang berada diruang tamu, dengan spontan dan cepat.
Baru saja mereka berdiri, lampu putih petromax dari ruang tengah cahayanya berubah jadi aneh.
“Duaaarrr...”Ledakan dari ruang tengah.
Astagfirullah, Ucap Ayub dengan teman-temannya dengan cepat. Seketika itu juga lampu petromax yg berada di ruang tengah mati.
Setelah meloncat dari kursi, Roni berlari dengan keadaan aneh, dia berlari seperti hewan mamalia berkaki empat. Dengan kedua kaki dan kedua tangannya berlari cepat persis seperti hewan buas,
Ketika mereka bertiga sampai di pintu dapur,
Bahdim yg masih sadar, bergerak tertatih sambil terlentang kebelakang. Ia ingin segera bersandar dipintu dapur. Sambil bergerak, dia merintih kesakitan dengan satu tangannya memegangi dadanya.
Sukses akan kesaktiannya mengalahkan Bahdim, sosok yang bersemayam ditubuh Roni pun tertawa. “Ha...ha...ha...ha”. Mulut Roni berbicara dengan suara yang besar dan berat
Ayub yang berdiri sendirian menatap sosok tubuh Roni yang tertawa dengan nyali yang terkikis.
Kali ini tubuh Roni yang merayap di dinding ikut terpental dan langsung jatuh kelantai. Hening, sepi. didapur tiada lagi ada suara,
Keadaan berganti, "Aaaaaa" Suara teriakan dan jeritan anggota KKN yang berada diruang tamu dengan sangat keras.
Sekian detik setelah sosok nenek - nenek itu tertawa diatas kuda-kuda, nenek itu tiba-tiba menghilang, dan saat itu juga tawa nenek – nenek ini berganti kepada tubuh Rosa.
Kelima anggota KKN yang tersisa kini sudah berada dihalaman rumah.
Malam hari halaman posko yang mereka tempati semakin lama semakin ramai riuh.
Joko yg sendirian didapur merawat ketiga temannya merasa semakin takut. "Gerrrr...gerrr" erangan dari balik dapur terus berbunyi.
***
Mendengar suara di posko semakin gaduh tak berkesudahan, pak Jatmiko yang baru mendengar keributan dimalam hari, beliau keluar rumah bersama bu Ratmi. Mereka bedua berjalan terburu-buru hingga setengah berlari,
“Loh, onok opo iki, kok rame – rame nag njobo?” (Loh, ada apa ini, kok rame – rame diluar ). Tanya Bu Ratmi yang kaget melihat kelima anggota KKN yg ketakutan histeris.
“Wes nduk, sabar disek”(Sudah nak, sabar dulu) sambung bu Ratmi yang mencoba menenangkan mereka dengan mulai memeluk tubuh Indah.
"Iyo buk" (Iya buk). Jawab pak Jatmiko dengan cepat
Tak lama kemudian abah datang bersama pak Jatmiko,
“Enek opo iki?” (Ada apa ini). Tanya Abah
“Niku bah Rosa kesurupan, kalean Roni” (Itu bah Rosa kesurupan sama Roni) Jawab Indah sambil menahan isak tangisnya dalam pelukan bu Ratmi.
“Kirangan bah, kulo kalian sedanten rencang- rencang niki nggih wedi. Niki mawon Mboten wantun melbet griyonipun” (tidak tahu bah, saya sama semua teman-teman ini juga takut.
"Ayo...ayo...ayo, melbu kabeh. Di delok bareng-bareng." (Ayo...ayo...ayo, masuk semua. Dilihat sama – sama ) Pinta abah yang kasihan dengan penghuni posko ini.
Melihat hal yang mengerikan ini,
"Sopo koen?" (Siapa kamu). Tanya abah dengan betakan yang cukup keras.
“Ggerrrr” Sosok yang bersemayam ditubuh Rosa hanya menggeram, dan mulai tertawa kecil
Joko yang sendirian merawat teman - temannya didapur mendengar suara abah didepan,
Malam yg mencekam mulai berangsur-angsur kembali normal,
Selesai berdo’a, Abah memandangi mereka dengan seksama, memperhatikan satu persatu mahasiswa yg barusan diobati. Semua yg terlentang diruang tengah memandang abah penuh rasa terima kasih,
“Sak tekone awakmu kabeh nang kene, enek opo gak salah sijine koncomu seng cerito penghuni seng ndek kene” (Semenjak kedatangan kalian semua disini, ada apa tidak salah satu dari temanmu yang cerita penghuni disini)
“Sopo” (siapa). Tanya abah dengan penasaran
“Roni niki bah, seng sering cerito demit – demit ten mriki” (Roni ini bah, yang sering cerita hantu – hantu disini). Jawab Indah dengan kesal.
“Nggih bah leres, ngapuntene ingkang katah, matur nuwun” (Iya bah benar, maafkan yang banyak, terima kasih). Sahut Indah yang merasa ikut bersalah.
Petuah dari Abah pun malam itu langsung dicerna bulat – bulat oleh semua anggota KKN 113, kini tatapan kesal semua penghuni posko tertuju pada Roni. Semua berharap setelah kejadian ini,
Pak Jatmiko dan bu Ratmi masih diposko, berdiri sejenak memandangi kondisi mereka berempat. Tak tega melihat mereka berempat yang bersimbah darah,
“Mas, mbak aku jaluk tolong kedadian iki ojok dikandakno wong dusun kene,
“Enggih pak” (Iya pak). Jawab Indah, Agustin dan Joko
Degggg...Indah, Joko, Rian, Pipit, Rerey dan Agustin yang baru mendengar informasi terbaru ini.
“Yo wes tak tinggal disek, sak iki wes aman. Sampean kabeh iso istirahat” (Ya sudah tak tinggal dulu,
Malam yang mencekam itu meninggalkan kesedihan, meski keempat korban terselamatkan. Bu Ratmi dan Pak
Jatmiko selepas merawat keempat anak – anak penghuni posko kembali pulang,
Siang hari Roni, Ayub, Pak Hudan dan Ustad Ali istirahat bersama setelah dari pagi sibuk dikebun sawi,
“Mas sampean kuat, terusno perjuangane sampean” (Mas anda kuat, teruskan perjuanganya anda). Kata ustad Ali memandang Ayub dengan serius.
“Maksute pripun pak?” (Maksudnya bagaimana pak). Tanya Ayub yang penasaran
“Biasane mas, nek onok penduduk kene seng mari kesurupan terus muntah getih campur kembang.
“Kok saget pak?
“Yo wes pokok’e kuatno dungo sampean kabeh,
“Nggih pak” (ya pak) sahut Ayub
Istirahat siang pun usai,
Urusan selesai, mereka kembali ke posko.
Mereka trauma akan hal buruk yg sudah terjadi, apalagi jika KKN ini diteruskan.
Roni merasa keberatan jika harus membatalkan KKN ini, disamping dia sudah bersusah payah kerja keras demi bisa ikut KKN ini, Roni sendiri ialah anak yatim piatu dan berjuang mati-matian untuk bisa kuliah.
Apapun masalahnya dilapangan harus dihadapi bersama-sama, tidak boleh cepat menyerah.
Jadi permintaan mereka yang ingin pulang dari lokasi KKN malam itu mayoritas tidak disetujui. Indah dan teman-teman yang mengajukan untuk segera pulang pun pupus.
Menjelang jam 12 malam, Ayub dan Joko pergi berangkat kepasar untuk pertama kali, yg lain sudah terbuai mimpi.
Pagi hari hingga jam 9, ayub dan joko kembali tanpa membawa apapun.
Malam menjelang tanpa gangguan, evalusi rutin kali ini untuk persiapan proker Rosa, usulanya sesuai diawal datang Rosa dan Indah ingin mengadakan pengobatan gratis.
Esok hari Indah dan rosa meminta ijin kepada abah, selain untuk melakukan proker dirumah abah.
Selepas itu Indah dan Rosa pergi keluar dusun untuk menghubungi teman tenaga medisnya.
Esok harinya acara yg sebenarnya sdh lama direncanakan dimulai.
Hari pertama diproker Rosa, kegiatan pemerikasaan kepada para penduduk dimulai
Keesokan harinya adalah acara pembagian obat, di tempat yang sama seperti kemarin yaitu dirumah abah. Semua Kelompok KKN 113 ikut membantu proker Rosa.
Tak begitu lama warga yg kemarin mendapat kupon pun datang, acara pembagian obat berlangsung cukup ramai hari itu.
Mereka naik motor dengan keadaan tergesa-gesa, Indah dan Rosa berharap harus bisa cepat sampai ke rumah abah kembali.
Namun disaat indah dan Rosa dalam perjalanan kembali menuju rumah abah, di saat mereka melewati sebuah jembatan kayu.
Ustad Ali terlihat membuang takir ke sungai (sebuah wadah yang terbuat dari daun pisang, berbentuk sigi empat, biasanya di gunakan untuk wadah sesajen) di ujung jembatan.
Saat itu juga dijembatan yang teduh agak redup, karena tertutup lebatnya pohon liar dan bambu. Indah merasa banyak kelebatan-kelebatan hitam setipis kabut,
Indah memegang kendali motor akhirnya goyah, dan motor yang sudah tdk bisa dikendalikan terpelanting keras dan roboh.
“Astaghfirullahhh.!!!” Ucap Indah sambil beranjak berdiri
dengan cepat.
Indah pun memutar balik motornya, ia kembali menyusuri jalan hingga sampai terlihat jembatan.
“Bangun Ros... Bangun Ros... Bangun Ros?” Kata Indah terus memanggil sahabat karibnya.
“Kamu gak papa kan?” Rosa tetap terdiam, tetap tergeletak dan tidak merespon apapun,
Sekian lama usaha Indah sia – sia,
“Hei tulungono aku, Rosa tibo neng jembatan.
Semua yang tengah melakukan prosesi pembagian obat buyar seketika mendengar berita ini.
Sampai dijembatan, semua yg datang melihat Rosa tetap tergeletak sendirian, Rosa sendiri tidak terluka sedikitpun, mulai kulit lecet, berdarah,
Sampai dirumah abah, tubuh rosa diletakkan diruang tamunya. Abah yg merasa iba spontan beliau langsung memeriksa kembali kondisi Rosa,
Indah yang sudah panik,kalut mulai meneteskan air matanya, serta tangisnya mulai pecah dan menjadi histeris didalam rumah abah “huuuu...huuu...huuu”
Indah masih asyik dengan tangis histerisnya, air matanya yg sudah beranak pinak dipipinya menahan sebuah jawaban,
“Lapo ngger Ali nang kono?” (Ngapain nak Ali disana?) Tanya Abah kembali
”Kirangan bah, tiange wau ketingalane mantun mbuak barang ten lepen ”(Tidak tahu bah,
“Iki pasti kelakuane Ali” (Ini pasti kelakuannya Ali). Gumam Abah sambil menggenggam amarah dan berjalan kehalaman rumahnya.
Abah yang sudah geram langsung bicara kepada warga
“Bapak-bapak, ibu-ibu iki kabeh pasti kelakuane Ali. Ustad bujuk’an, jajal sak iki golek’i Ali tukang tipu iku. Nek dekne ngaku seng ngelakoni kesalahan engko ayok diurus kanggo adate kene”
“Dasar Ali, wes sering konangan nyolong. Sak iki malah gawe resah warga” (Dasar ali, sudah sering ketahuan nyuri. Sekarang mau bikin resah warga) Celetuk salah satu warga dusun.
Singkat cerita, semua orang awalnya berada dirumah abah kini tiba didepan rumahnya ustad Ali,
“Hei penipu metuo” (Hai penipu keluarlah). Kata warga dusun yang berkerumun didepan rumah ustad Ali
“Ustad penipu cepet ndang metu!!!” (Ustad penipu cepat lekas keluar)
Tak lama kemudian warga yang geram dan ramai didepan rumahnya, melihat ustad Ali berjalan dari dalam rumah.
“Koen lapo mau nang jembatan, hah ?” (Kamu kenapa tadi ke jembatan, hah). Bentak warga
“Jawab Ali maling???delok’en, enek bocah KKN mati neng jembatan?” (Jawab Ali maing??? Lihatlah, ada anak KKN meninggal dijembatan). Ucap kasar dan keras warga yang emosi
"Wes bolak - balik konangan nyolong klambi tonggo-tonggo ijek gawe resek nang kene" (sudah berulang kali ketahuan mencuri baju tetangga masih buat resek disini)
Warga yang sudah kesal dengan cepat melayangkan bogem mentah beramai-ramai kepada ustad Ali,
Sekian lama ustad Ali dihajar, mereka berhenti kembali sejenak untuk bertanya “ Jawab bajingan?“Koen lapo mau nang jembatan. Jawab iblis penipu?” (Kamu ngapain tadi di jembatan. Jawab iblis, penipu?)
Sehabis ustad Ali babak belur, warga dusun kembali kerumah abah dan sebagian pulang dengan entengnya. Mereka pulang dengan kesal tanpa jawaban tapi jiwa mereka puas sehabis melampiaskan kekesalan mereka selama ini.
Malam Itu juga pak Huda yg sdh akrab dengan Ayub ikut pergi keposkonya.
Sampai diposko, mayat Rosa ditaruh ruang tamu ditutup kain jarik. Sebagian warga sudah datang untuk mengaji didepanya, begitu juga seluruh penduduk posko 113.
"Mas, dua tahun lalu juga ada kejadian seperti ini di jembatan itu, persis kejadiannya kayak mbak Rosa" Terang pak Huda lirih
"Dua Tahun lalu ada mahasiswa KKN didusun ini, terus salah satu anak yang KKN itu meninggal dijembatan itu. Sama kejadiannya, anaknya juga kecelakaan". Jelas pak Huda
Iya sih mas, saya hanya memberitahu saja. Biasanya kalau begini “seng mbaurekso“ alas larangan jelas tidak suka kedatangan penduduk baru di dusun ini mas.
Ayub yang mendengarkan sambil melihat teman – temannya yang menangis, bersedih, hingga tidak begitu menghiraukan infromasi yang berbau mistis ini, Ayub hanya fokus memandangi Rosa yang terbujur kaku dengan sedih.
Waktu semakin malam, pak Huda kondisi fisiknya yg sudah tua akhirnya pun undur diri, beliau sendiri yg sudah sering sakit – sakitan ingin segera istirahat, sebab beliau juga harus bersiap-siap paginya untuk pergi kekebun.
Sampai di posko, ibu Rosa tangisnya pecah seketika,
Sepeninggal Rosa, posko 113 berduka. Esok haripun pak Rahmad mampir sebentar ke posko,
Indah yg sendirian tiap hari sedih dikamar langsung berteriak histeris sambil menangis...aaahhhhh...huuu..huuu..huu,
Didalam kamarnya sosok suara Rosa langsung hilang seketika, memang sejak kematian Rosa, Indah merasa yg paling terpukul.
Ayub selaku yg paling bertanggung jawab, akhirnya memberikan minuman yg didoakan. Sukur alhamdulilah hal itu bisa sedikit menenangkannya.
Sedang Roni, Bahdim dan Rian kembali kekebun membantu warga. Hari itu suasa posko sudah berjalan
normal.
sore hari tapi cahaya serasa sudah malam,
Dengan membawa lampu tempel kecil, Pipit yang dekat dari pintu keluar membuka pintunya,
Ketiga orang temannya ingin Pipit yang membuka pintu, ia pun jalan kembali dan membuka pintu.
“Ha...ha...ha” (tawa sosok buto ireng yang berat dan pelan)
Bersamaan dengan itu semua Bahdim, Rian dan Roni, sedang perjalanan pulang dari kebun.
“Astaghfirullah, buto itu lagi. Ya sudah semua di sini saja dulu” Kata Ayub
Semua mahasiswi menyetujui untuk masak kembali,tapi perasaan mereka masih takut, cemas dan was2.Akhirnya Ayub dan Joko menemani mereka memasak sampai selesai.
Roni, Bahdim dan Rian baru sampai dari kebun, mereka langsung mandi dan bersiap makan malam bersama diruang tengah. Mereka bertiga yg baru datang tidak sempat diberitahu akan hal yang baru saja terjadi di dapur.
Semua anggota kelompok Ayub seketika bangkit dan berlari tunggang-langgang berhamburan keluar rumah. Roni yang kaget akan suara berat dibelakangnya,
“Asssuuuuu...cooookkkk” kata Roni yang kaget.
Semua penghuni posko 113 berkumpul tak beraturan di halaman rumah. Mereka berkumpul sambil mengeluarkan nafas ketakutan. Meredam sejenak detak jantung yang berpacu liar,
Dalam hati mereka, ini semua gara–gara Roni. Semuanya jadi hancur seketika akan acara makan malamnya. Disaat semua sudah ketakutan, semua Anggota KKN 113 mau minta bantuan abah dan pak Jatmiko pun tak enak,
Selesai membacakan beberapa do’a mereka masuk kedalam rumah pelan - pelan,
“Dasar kurang ajar, bangsat kamu Ron...Anjing!!! Ucap Indah sambil menahan tangis kesalnya
“Bener bener bangsat kamu Ron” Sahut Joko.
“Kalau sudah seperti ini gimana ? bego!” Kata Agustin.
“Iya, kan kapan hari sudah di bilangin Abah, cerita kamu mengundang mereka goblok!!” Kata Indah sembari melemparkan gelas kaca ke kepala roni karna sudah sangat jengkel.
Umpatan, cacian dan hinaan satu kelompok Ayub terus terhujam bersahutan.
Roni yang tersudut, darah kemarahan Roni mulai mendidih. Tensinya sudah naik ke ubun-ubun, spontan Roni langsung membentak teman - temannya.
Sampai pagi menjelang Roni pun tak kunjung kembali.
Malam hari, evaluasi dimulai.
Evaluasi diakhiri, malam berlanjut, mereka pun tidur.
Pagi hari Ayub dan Bahdim buru2 memberitahukan hilangnya Roni kepada pak Jatmiko. Mendengar laporan ini, mereka semua seketika diajak pak Jatmiko keliling dusun.
Menurut beliau, kemarin malam melihat sosok Roni sedang berbincang dengan ustad Ali,
Disaat Roni menghilang, tepatnya malam Jum'at kliwon. Malam yg dikeramatkan oleh warga dusun,
Kenyataan ini membuat mereka langsung pergi mengadu dan minta bantuan kepada abah.
Mendengar keganjilan ini, Abah sendiri meminta pak Jatmiko dan beberapa warga mencari ke rumah ustad Ali terlebih dahulu.
Merasa hasilnya nihil, pak Jatmiko melanjutkan pencarian ke kebun hingga sore hari.
Ayub dkk, kembali keposko dengan sedih. Malam hari kini mereka makin menjadi-jadi, sebab tangis pilu Rosa selalu terdengar dikamarnya. yg jelas penghuni kamar berteriak ketakutan waktu kelebatan sosok Rosa berjalan dikamarnya.
Hingga diakhir minggu ketiga, sore hari saat mereka berkumpul untuk makan.
“Dimana ya Roni” Tanya Indah kepada semua temannya yang ada bersamanya. Indah sendiri merasa sangat bersalah,
“Iya nih kemana ya kira-kira anak itu, aku dan Rian sudah seminggu lebih mencari belum ketemu juga?” Tandas Bahdim.
Beberapa menit mereka duduk saling melamun,
“Astagfirlloh Pit nasinya” Celetuk Agustin
“Oh iya, melamun gara-gara kepikiran Roni nih” gumam Pipit mulai berdiri
Agustin dan Pipit pergi kebelakang untuk mengecek nasi yang ditanak mereka.
Setelah semua masakan sudah siap di ruang tengah,
Satu persatu delapan orang ini mulai makan dengan tatapan kosong, tatapan penuh penyesalan dan keputusasaan. Ditengah acara sarapan disore hari suasana yang hening dibuyarkan oleh suara Indah.
Selesai melihat pemandangan didepannya Indah mengeluarkan isi dalam mulutnya,
"Huek...hueekkkk...hueekkk...Pyaaarrrr”suara muntahan Indah, serta piringnya yang terjatuh kelantai....”hiii belatung” Teriak Indah dengan terperanjat,
Beberapa detik Indah dikamar mandi membersihkan mulutnya, seluruh teman-temannya mengalami hal yang sama. Mereka semua mengikuti Indah kebelakang,
Dirasa mereka sudah bersih, semua kembali keruang tengah. Kali ini, semua tatapan sinis tertuju pada Pipit dan Agustin selaku kokinya sore itu.
“Ya pakek beras yang dibelakang Yub, itu juga beras kamu yang bawa” Jawab pipit
“Astaghfirulloh, apalagi ini” Kata Ayub dengan lirih
Sore hari, terpaksa Ayub dkk pergi kerumah bu Ratmi.
Tapi kejadian dipagi hari kembali datang menghampiri, baru saja masakan matang.
Ketika karung dibuka, beras yg didalam juga sudah banyak belatungnya. "Aneh!" gumam Ayub dan Joko. Hari itu juga Ayub dkk pergi kerumah pak Jatmiko,
Pak Jatmiko dengan sigap, menuruti permintaan mereka. Besok paginya Kelompok KKN 113 pindah ke posko baru, tepatnya disebelah masjid.
Rumah yg dipakai untuk posko kali ini,
Proker Ayup berjalan kurang lebih selama 3 hari, dan berjalan lancar sesuai rencana.
Esok harinya, pak Rahmad datang mengunjungi mereka. Disaat beliau menanyakan anggotanya kurang,
Mereka sendiri pada dasarnya sengaja tak melaporkan kejadian Roni, sebab dari pihak pak Jatmiko dan abah meminta kepada Ayub dkk untuk mencarinya terlebih dahulu.
Di jam lima sore, Indah yang sudah tak tahan dengan tangisan dan penampakan tiap hari, akhirnya Indah pergi kejembatan dengan mengajak Pipit. Ia ingin mencari jawaban,
Sampai dilokasi, mereka berdua berdiri diujung jembatan. rasa takut bercampur sedih sementara mereka tepis, lama mereka berdiri sambil menatap sekeliling jembatan dan sungai.
Hari semakin gelap, dingin dan kabut mulai menebal.
"Ros, sebenarnya apa yg kamu mau? memang semua ini salahku?
"Pulang ndah, pergi dari sini!!!" jawab sosok Rosa yg menangis lirih,
"Maksudmu apa Ros...maumu apa?" tanya Indah kembali
"Pergilah dari sini!!!" jawab Rosa dengan tangannya tetap menunjuk keluar dari dusun ini.
Sekian detik wujud Rosa mulai menipis,
Malam hari, mereka mulai membahas proker Rian. malam itu mereka sepakat untuk memulai proker Rian tiga hari lagi, sambil persiapan.
Sore hari selepas warga dari kebun, mereka dan Rian pertama kali melakukan membersihkan rumput – rumput yang berada di pinggir sungai,
Dikeramaian warga yang bekerja dipinggir sungai, Agustin dan Indah mengantar konsumsi ke lokasi. Mereka membawakan Teh hangat, Kopi dan air mineral.
Ditengah kesibukan Rian, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 hari semakin sore, Rian yg berada dilokasi di panggil abah untuk melanjutkan kerjaannya besok.
Dengan perintah abah yang berwibawa, Rian bergegas di pinggir sungai membereskan tempat minum,
Rian yang masih asik menata barang,
"Byaaarrrrr... Byaaarrrrr...Byaaarrrrr!!!!!! "suara hempasan air dari tengah sungai
“Tuhan Bapak? Tolong saya” Ucap do’a Rian dengan lirih, sehabis berdo’a tiba tiba seluruh tubuhnya ikut gemetar.
“Ngiiiiiingggg” suara seperti gelombang frekuensi yang menerobos pada gendang telinga Rian, tapi kali ini dia tetap berjalan sambil menahan tonjokan suara itu.
Rian yang mendengar suara itu sontak melompat dan kaget,
“Tuhan yesus, tuhan bapa tolong sayaa!!!” do’a Rian sambil mempercepat jalannya.
“Setan Bangsaaaatttttt!!!” Jawab Rian, spontan ia langsung mencampakkan barang bawaannya. Rian yang sudah ketakutan berlari cepat menuju posko.
Kelompok KKN 113 sore itu sebagian berkumpul di ruang tengah, sebagian lagi mereka berada diruang tamu, kebetulan juga pintu depan rumah masih terbuka. Sehingga mereka semua bisa melihat keluar,
“Rian? Kamu kenapa?” Tanya Agustin yang sedang duduk di ruang tamu.
Lalu rian mengatur nafasnya, Agustin yang penasaran mengambilkan air mineral untuk Rian.
Setelah meminumnya, sejenak Rian menangkan nafas dan jantungnya. Selepas semua organ ditubuhnya stabil,
“Kok motornya di tinggal mas? Tadi saya di bilangin abah, suruh anter sepeda motornya kemari”. Kata salah satu warga dusun lembah matahari.
“Oalah kalau begitu saya pamit dulu”
“Iya pak. Terima kasih”
Dua orang warga itupun balik kerumah mereka dengan menggunakan sepedah motor yang di bawa salah satu warga yang lain.
Malam itu tidak ada evaluasi. Karena posisi Rian masih kurang sehat, sementara Ayub dan Joko masih sakit,
Selesai melaksanakan tugas laki-laki seorang diri, Bahdim yang sudah kasihan sama teman-temannya memutuskan pergi ke rumah abah sendirian.
“Ehh mas Bahdim? Ada apa mas, mari masuk” Jawab abah dengan senyum manis dan mengajak masuk Bahdim.
“Ada apa mas Bahdim, pagi pagi sudah kesini?”
“Gini bah, saya ada perlu sedikit. Saya diposko tidak tega melihat Ayub, Rian dan Joko yang sedang sakit,
“Walah iya..ya..ya, sebentar tunggu disini dulu “
Lalu abahpun masuk ke kamar, beberapa menit kemudian, abah Kembali ke ruang tengah dengan membawa sebotol air mineral.
“Ini mas, kamu berikan pada mas Joko, Rian dan Ayub,
“Terimakasih banyak bah, kalau begitu saya langsung pamit bah” Ucap Bahdim.
“Nggeh mas monggo” (Ya mas, silahkan)
Disana mereka juga mencoba menghubungi adik Roni, satu-satunya saudara yang dimiliki. Bahdim sendiri ingin mengecek Roni,
Bahdim juga menghubungi semua teman-teman Roni dikampus satu jurusan dan semua teman kerjanya, tapi semua hasilnya masih nihil.
Sampai diposko, sejenak mereka istirahat, selepas acara makan siang Bahdim dan Rian kembali ke sungai untuk melanjutkan prokernya. Hari itu, terbilang lancar tanpa ada gangguan.
Beberapa mereka jam membantu, Ayub dan Joko diajak jalan Rian dan Bahdim untuk melihat pos kedua, yg letaknya dibawah. Ditengah perjalanan, tepat disebrang sungai.
“Ustadz Ali?” teriak Ayub
“Ehhh mas Ayub” sambungnya
“Iya mas, emmmm” Jawab singkat ustad Ali, dan bibirnya serasa berat untuk memberikan jawaban.
“Eeeemmm, anu mas, eemmh...” Ucap ustad Ali sambil kebingungan akan pertanyaan dari mereka
“Ustadz menculik Roni yaa?” Tuduh Bahdim.
“Tidak mas, tidak...tidak!!! saya tidak tau Roni di mana sekarang mas. Saya tidak menculik Roni, maaf mas, maaf saya tidak bisa lama-lama di sini...”Jawab ustad Ali
“Eh ustadz tunggu” Teriak Ayub, sambil mau mengejar ustadz Ali.
Baru dapat beberapa langkah tangan Bahdim menghentikannya.
Ayubpun diam, ia mengikuti saran teman dekatnya. Hal itu dilakukan Bahdim, mengingat Ayub sendiri juga baru sembuh.
Hari semakin sore mereka lanjut untuk pulang ke posko, ditengah perjalanan melewati beberapa warga yg berdiri dihadapan rumahnya. Terdengar lirih mereka bergumam,
Mereka semua menganggap ini bagian dari tradisi dan kearifan masyarakat lokal. Tetapi mereka disaat berjalan pulang membawa sejuta tanda tanya akan sikap ustad Ali.
Malam selepas evaluasi, cuaca pun berubah menjadi sangat dingin,
Saat itu juga Ayub dan Joko yang tidur diruang tengah langsung memuntahkan darah kembali.
Semua penduduk posko langsung keluar mencari asal suara dan serpihan genting, mereka takut kejadian serupa terulang kembali seperti diposko pertama. Sambil membawa lampu tempel mereka berjalan keluar, waktu membuka pintu kamar,
“Astagaaa Ayub!!! Joko!!! tuhannn yesus tolong kami… Teriak Rian diruang tengah.
Dengan cekatan Bahdim langsung mencari kain dan membersihkan darah Ayub dan Joko. “Ini pasti ustadz Ali!!!
Agustin dkk, yg belum tahu kejadian tadi siang, seketika diberitahu oleh Bahdim dan Rian. Setelah bersih, Ayub dan Joko dipindah ke kamar agar lebih hangat.
Pagi hari kondisi Ayub mulai membaik, meski masih lemas tapi ia tetap bergumam tidak jelas. untuk Joko jg sudah membaik.
Sejenak Rian dan Bahdim memandangi air sungai sambil melamun, mereka yg terdiam dikagetkan kedatangan warga yg mulai berdatangan.
Sore yang mulai dingin, bau amis darah tercium kuat di hidungnya,
Ketika ia kembali memberaskan barang, tiba-tiba ada suara lirih yang memanggilnya
“Oh Roh Kudus bantu saya!” Doa lirih Rian sambil tangannya mengetuk dadanya hingga membentuk salib.
“Byurrrr....”
“Aaaa...tolong...tolong...” teriak suara Rian yang keras meminta pertolongan,
Mendengar suara dari dasar sungai, warga yg berkumpul diujung jalan berlari berhamburan menuju sungai.
Penyelematan sore hari itupun selesai, Rian yg sudah berada dipinggir sungai akhirnya dibawa naik.
Dalam kondisi terlentang tak berdaya ditanggul sungai, mulutnya Rian seketika ikut memuntahkan darah.
Jadi sore hari itu Rian langsung dibawa keposko, dan diberi minuman dari abah dan obat seadanya.
Keesokan harinya, masih pagi buta abah datang ke posko KKN dengan tergesa-gesa. Abah datang sendiran sehabis mendapat informasi Rian terkena musibah.
Rian hanya mengangguk, sedang Ayub dan Bahdim yang berada disampingnya melotot tak percaya apa yang barusan diucapkan abah. Sebab proker Rian ini sudah banyak menghabiskan dana.
“Kenapa bah?”
“Karena tadi malam, pak Cipto yg habis menolong mas Rian disungai telah meninggal dunia.
"Innailahi...wa inailahi rajiu'n" sahut lirih penduduk posko
Semua yang mendengar berita dari abah hanya tertunduk lesu, apalagi Ayub merasa sangat tak enak sampai menanyakan hal ini.
“Ya bah” Jawab Ayub dkk bersahutan lirih
Bahdim sering pulang malam saat menerima beban ini,
Untuk anggota KKN perempuan fokus merawat Ayub, Rian & Joko. Mereka juga disibukkan menyusun laporan proker kelompok,
Waktu berjalan kondisi Ayub dan Joko semakin membaik, meski masih 95%. Pertengahan bulan ini, persediaan makanan mereka habis. Ayub dan Joko yg selama ini kebagian belanja kepasar akhirnya berangkat.
Pada pukul 02.00 tibalah dipasar kecil langganan. Pasar kecil menyerupai sebuah pendopo kuno,
Sampai dipasar, Ayub mengeluarkan hp dan mencari colokan listrik, ia dengan tergesa – gesa mengecas semua hp milik semua penduduk diposko.
Demi mempercepat waktu, mereka berdua langsung berpencar mencari barang2 yang diperlukan,
Beras, bawang, cabai, sudah di beli dan dirapikan jadi satu oleh Joko. Sedangkan Ayub yg sudah beres akan tugasnya mulai memasukkan semua hp kedalam tasnya.
Dengan barang bawaan penuh mereka kembali melaju pulang dengan pelan-pelan. Ketika perjalanan masuk gunung pertama,
“Dreeeettt...dreeettt...dreet..”
Merasa ada getaran panjang dari hpnya, Ayub langsung menepuk punggung Joko dengan cepat, “Jok...Jok, berhenti sebentar, ada yang nelfon” pinta Ayub.
“Ohhh...oke...oke...Yub” jawab Joko.
Menjelang dini hari, suara binatang2 liar terdengar jelas, keras dan serasa sangat dekat,
Rembulan juga terlihat agak terang, jadi siluet hewan2 penghuni hutan berterbangan terlihat agak jelas. Saat Ayub melihat hpnya, terlihat nama Roni yang sedang memanggil.
“Beneran Yub, cepet angkat telponnya” sambung Joko
Ayub dengan cepat mengangkat HP yang sudah dalam genggamannya, dan menempelkan ketelinganya.
“Yub? Maaf yah, bulan kemarin aku kabur dari posko, Dan gak kasih kabar lama” sambung Roni dari balik telepon
“Loalah Roni!!!? Kamu kok seperti anak kecil sih. Aku sama kawan-kawan semua kuatir tau!!!”
Joko yang berdiri menunggangi motor mendengar percakapan mereka menjadi penasaran dan bertanya kepada Ayub.
“Roni kabur Jok, gara-gara marah sama kita kita” bisik Ayub pada Joko
“Waduh, sekarang di mana dia Yub?” tanya Joko.
Ayub yang belum sempat menanyakan keberadaan Roni, dengan segera menanyakan keberadaanya lewat HPnya.
“Aku sekarang dimakam Yub, makam keramat sebelum masuk dusun” jawab Roni
“Lah ngapain kamu di situ, kenapa gak langsung ke posko?” tanya Ayub
“Iya Yub, aku tadi ke posko tapi tidak ada orang, kelihatannya anak-anak sudah tidur semua.
“Oalah...Iya memang sekarang sudah pindah poskonya Ron, kamu sih pakai acara kabur segala. Aku di jalan gunung mau masuk kedusun"
“Ya, Aku masih makam keramat Yub, nanti kalau sudah sampai didepan tanya saja di pos depan makam. Aku di dalam soalnya, sungkan kalau kelihatan warga” jawab Roni
“Oke, tunggu disitu Ron” tandas Ayub
Telpon pun dimatikan oleh Roni.
“Gimana yub?” Tanya Joko.
“Dia sekarang di makam keramat dekat jalan masuk dusun Jok” jawab Ayub
“Lagi ngapain dia disana? Aneh!” sahut Joko
Tanpa menunggu lama, Joko dan Ayubpun langsung memacu kendaraanya kembali, mereka berdua menuju ke makam keramat.
“Awas kamu Ron, kalau ketemu habis ini. Pasti aku hajar kau di tempat” gumam Joko lirih.
Mereka tetap berkendara dengan kecepatan sedang,
Sampai dilokasi, mereka berhenti dipinggir jalan dan memarkirkan kendaraannya secara asal. Ayub dan Joko berjalan memasuki jalan setapak berbatu menuju makam berjarak sekitar 30 M.
Malam itu ada sebuah pos kecil didepan pagar batu, disitu juga ada 3 orang laki-laki seperti penduduk dusun. Mereka sedang duduk - duduk sambil ngobrol.
“Assalamu’alaikum pak?” sapa Ayub
“Eh mas KKN, wonten nopo mas? Saking pundi niki wau?” (Eh mas KKN, ada apa mas? Habis dari mana ini tadi?)
tanya salah seorang yang sedang duduk di pos
“Oooh enggeh mas, melbet mawon. Wau bade kulo teraken ten poskone sampean seng anyar tapi larene mboten purun. Sungkan terose!”
“Walah...Enggeh-enggeh pak” (Walah iya...Iya pak) jawab Ayub
Joko yang sebelumnya dibelakang Ayub sudah tak sabar,
“Eh Jok kamu kenapa, santai sedikit jalannya napa” pinta Ayub
“Aku sudah jengkel sama Roni, Yub!
“Iya Jok, tapi jangan emosi dulu” jawab Ayub sambil mempercepat jalannya untuk menyusul Joko.
“Ada yang tidak beres ini” gumam Ayub sambil berjalan dibelakang Joko
“Roonn!!! Roniii!!! Dimana kamu?” Teriak Joko.
Joko yang di tepuk pundaknya oleh Ayub seketika kaget, spontan mulut Joko langsung beristighfar. “Astagfirullah”
“Ehh Jok, kamu tau gak? hpnya Roni tadi kan aku charge di pasar,
“Eh iya Yub. Lalu yang telpon tadi siapa?” Sambung Joko mulai sadar dan jadi ikut bingung
Sadar akan semua keganjilan ini. Ayub perlahan menoleh keluar, ternyata di depan pintu makam sudah tidak ada posnya.
“Jookkk? Posnya gak ada! Baunya disini juga semakin amis Jok” kata Ayub yang mulai ketakutan
Lalu Jokopun ikut menoleh keluar memastikan apa yang telah diucapkan Ayub.
“Astaghfirullah...Iya Yub, posnya sudah nggak ada, baunya kok tambah amis disini! Terus yang tadi kita ajak ngomong dan mempersilahkan kita masuk siapa ?” kata Joko
“Huaaa...haa...haa” Tiba-tiba muncul suara tawa yang berat dari dalam teritori makam,
Mereka sejenak terdiam, mata mereka terus mencari sumber suara. Hingga Ayub dan Joko menoleh dan memandangi dengan seksama dari bawah sampai atas pohon beringin sangat besar dan tua.
Hingga keringat, mulai tumbu disekujur kulit.
Tampaklah sosok makhluk dengan memakai tudung kepala hitam dan jubah hitam, sosok ini menggeser tubuhnya pelan dari balik pohon.
Makhluk tersebut terlihat sangat besar, tinggi & lebarnya separuh dari pohon beringin.Ia tidak mempunyai kaki, hanya kelebatan kain jubah dibawahnya yang melambai-lambai.
“Mati koeeennnn!”(Mati kamu) kata sosok pria berwujud bertudung hitam dan berjubah hitam besar.
Mendengar teriakan itu, sekujur tubuh Joko semakin gemetar hebat. Begitu juga dengan Ayub.
“Heeeeee iblis sialan, apa maumu dari kami?” bentak Joko
“Alam kita berbeda, kami bukan makananmu” bentak Joko yang makin berani
“Menenge koen" (Diam kamu)!!!” bentak sosok iblis didepan mereka
Melihat kejadian ini Ayub berlari ketempat Joko yg tersungkur, sambil memegangi kepalanya.
“Hei setannn!! Apa maumuuuu?” bentak Ayub, dengan berjongkok dan menoleh memandangi sosok iblis itu sendirian...
Dengan rasa percaya diri yg menipis Ayub,
Saat wajah mereka berhadapan agak jauh, Ayub pun mulai berdo'a, berkomat-kamit dengan kencang, kegiatannya didasari dengan perasaan penuh emosi dan benci.
Namun ketika mantra yg dirapal baru setengah jalan,
“Huahuaha, anak buahku isok kok lawan. Tapi koen gak bakal iso ngelawan aku, Huaaahaha”
Joko yang terkapar lemah disamping makam, dia merangkak berusaha mendekati Ayub yang terus muntah darah. Tapi tubuh Ayub yang sudah tak berdaya kini terangkat lagi,
Melihat temannya tertarik,
Sambil berteriak menyebutNya dengan suara keras,
"Bruukkk"
Joko yg masih mempunyai tenaga meski sudah berdarah-darah,
“Yub,sadar...sadar, tangi”
Mata Ayub mulai sedikit terbuka, tapi tubuhnya sudah sangat lemas.
“Iso ngadek” (bisa bangun) tanya Joko
“Iyo Jok, jek iso aku” Jawab Ayub dengan suara lemah dan lirih
Dengan sisa - sisa tenaga,
Waktu diatas motor Ayub mulai batuk hingga muntah darah kembali, tapi tangannya tetap memegangi barang belanjaan.
Kondisi mereka di pagi buta, dengan pakaian dan tubuhnya berlumuran darah bercampur tanah. Motornya pun tergeletak dan bungkusan barang belanjaan sudah jatuh ikut berserakan memuntahkan isinya.
Dia pun berlari mendekat dan duduk bersimpuh disamping Joko serta Ayub, teriakan Agustin dipagi buta mulai terus menerus menggeras.
“Teman-teman, ayo bantu Joko dan Ayub!Teriak Agustin sambil menggoyang-goyangkan tubuh keduanya.
“Apalagi ini ya allah!” Seru Indah dalam tangisnya.
“Rosa sudah tiada, Roni hilang entah kemana.
“Sudah..sudah...Ndaah, jangan bicara ngawur. Kita tunggu saja abah, Pipit tolong ambilkan kain dan air, untuk membersihkan darah mereka” pinta Agustin
“Iya Tin”
Tubuh Ayub dan Joko dibersihkan seketika, tak lama kemudian Bahdim dan abah tiba.
“Ono opo maneh iki nduk?” (ada apa lagi ini nak) Tanya abah dengan sedih dan kaget.
“Niki bah Ayub kale Joko mantun blonjo ujug-ujug pingsan,
“Lo..lo...lo, saknone cah, kok iso yo sampek koyok ngene?” (Lo..lo..lo kasihan nak, kok bisa ya sampai seperti ini?” gerutu abah
“Iyo...iyo...le, sabar disek yo” (Iyo...iyo...le, sabar dulu ya). Jawab abah sambil memikirkan cara untuk mengobati mereka berdua.
Abah Kanigoro langsung duduk bersimpuh disebelah Joko,
“Waraaaasssss!!!!!” Teriak abah sembari tangannya menarik sesuatu ke arah kaki Joko.
Selesai teriakan dari abah Joko langsung batuk-batuk kecil, dan matanya mulai membuka perlahan.
Kini abah berganti mendekati Ayub, seperti halnya Joko. Tangan abah di letakkan di keningnya Ayubb,
“Waras!!!”
Seketika, Ayub langsung batuk2 sambil muntah darah lagi. Namun Ayub yg sudah sadar, tatapannya kosong, seperti msh kehilangan ingatan, tapi mulutnya tetap bergumam.
Abah kini kembali berdiri seperti kecapek’an sehabis menolong Ayub dan Bahdim. Dengan tatapan iba beliau memadang Ayub dan Joko.
“Bah? Kenapa dengan Ayub dan Joko bah?”
“Ini mbak, kelihatannya mas Ayub sama mas Joko mau diambil penghuni makam keramat. Sebab kelihatannya ada yang pernah tidak sopan dari kelompok kalian sama pemakaman itu" jelas abah
“Roniii...!!! Iya Roni bah???
“Loh pernah sampai seperti itu mbak" tanya abah
“Iya bah" jawab Indah
“Itu bisa jadi perkara mbak, biasanya penghuni makam keramat menaruh dendam sama kalian semua. Khususnya mas Roni,
“Terus bagaimana ini bah, soalnya semua waktu itu semua teman2 satu kelompok ini ikut kemakam sama Roni" Tanya Agustin yg mulai semakin khawatir
“Sudah sekarang teman kalian ini diurus dulu,
“Tapi rumah ini tak pagari dulu ya mbak, mas! biar tidak ada hantu yang ganggu dan datangi kalian lagi" jelas abah kembali
Hari itu menjadi hari yg tragis, menjadikan penduduk posko sering dirumah.
Saat itu semua penduduk posko hanya mengandalkan Bahdim untuk pencarian Roni.
Hingga waktu kurang dari lima hari KKN berakhir, Sore hari sekitar jam 16.00, penduduk posko 113 seperti biasa dalam keadaan resah
“Mas...Mbak...Mas...Mbaaakkk” teriak mereka
Mendengar suara riuh bersahutan,semua penghuninya keluar bersama-sama, mereka semua melihat enam pendaki gunung dan tiga warga memandangi
“Loh itu Roni!!!...Ron..Ron) kata Ayub dengan kaget
dan tiada jawaban dari Roni, dia hanya memandangi teman-temanya dengan tatapan sayu
“Mas tolong langsung bawa masuk kedalam saja” pinta Ayub.
Keadaan Roni sore itu sangat memprihatinkan. Tubuh Roni sangat kurus, bibir pucat dan pecah-pecah hingga sedikit darahnya juga keluar.
“Mas ketemu temanku itu tadi dimana?"
“Kok bisa disana?"
“Ya tidak tahu mbak, pokoknya tadi siang pas mau balik turun. Tiba – tiba ada masnya dipinggir tendaku"
“Kok bisa mas, padahal sudah sebulan lebih kami mencari tapi tidak ketemu! tidak mas tanyai dari mana teman saya ini?"
“Oh begitu mas, ya sudah terima kasih"
“Iya mbak sama-sama"
Selesai Roni minum air,
Baru setelah itu, Roni dibaringkan kembali diruang tengah, dalam kondisi yang sudah baik,
Roni yg sudah terbaring dengan nyaman belum bisa tidur. Waktu ditunggui Ayub, kepala Roni sedikit terangkat untuk memberitahu sesuatu dan mulutnya berbisik lirih kepada Ayub.
"Yub, malam ini aku antar pulang" pinta Roni
"Sudah pokoknya aku minta antar pulang malam ini juga. Dari pada aku mati disini, tapi aku minta tolong jangan bilang siapa2. Cukup kamu saja yg tahu sama anak posko ini."
"Aku tidak bisa cerita sekarang Yub, kalau ingin aku hidup habis ini pokoknya antar aku pulang" paksa Roni dengan serius
Ya...ya sudahlah, sekarang tidurlah dulu,
Sore menjelang malam, suasana posko 113 semakin tidak kondusif. Sekitar jam 7 malam, rumah yang ditempati peserta KKN mulai aneh, Krettt..kreeettt...bunyi-bunyi kayu tiang penyangga rumah mulai berderit, seakan - akan rumah mau roboh.
Ditangan kirinya pun Roni mulai terasa ada yang tersayat hingga tiba2 keluar darah.
“Yub tolong kesini sebentar?" pinta Roni
“Ya Ron, ada apa lagi?” jawab Ayub mulai beranjak berdiri dan mendekati Roni
“Iya Ron aku juga merasa, terus maumu gimana?
“Sekarang saja, cepat antar aku pulang"
“Kamu tidak apa2 Ron? tubuhmu masih lemas gini lo!"
"Sudahlah daripada aku mati lama-lama disini, cepetan Yub" Paksa Roni dengan panik
Posisi saat itu Ayub bingung untuk mengantar Roni dengan kondisinya yg sedemikian rumit,
Singkat cerita Ayub bersiasat dengan akalnya, disaat membonceng Roni dan di bantu teman-teman satu posko. Tubuh Roni diikat seutas kain dengan tubuh Ayub,
Mulai keluar posko Ayub tak henti-hentinya berkomat kamit membaca mantra, perjalanan panjang dimulai dengan menyusuri jalan dusun yg sepi,
Kini Ayub yang sudah berhenti didepan pohon roboh, mulai membaca do’a yg ia bisa, sambil memandangi pohon yang menghalanginya.
Ayub kembali melajukan motornya menyusuri jalan menurun di hutan, tapi kini yang terlihat disamping kanan kirinya berganti dengan Bawono.
“Iyo Yub, butone podo teko kabeh iki. Terus piye iki Yub” (Iya Yub, butonya pada datang semua ini. Terus bagaimana ini Yub)
“Iyo Yub” (Iya Yub)
Sambil komat kamit mereka memacu kendaraan dengan cepat, baru saja menggeber motor, ”Braakkk” motor Ayub menabrak sesuatu. Selesai benturan keras, motor Ayub berjalan nyelonong tak terkendali,
Sadar akan kondisinya yang sudah genting, “Tolong...tolong...tolong” teriak Ayub mengeras
Kini berganti ada sebuah tangan sosok manusia yang mengulurkan tangannya kepada Ayub, dia manarik tubuh Ayub dan Roni,
Begitu juga dengan motornya, orang itu menariknya dari jurang dan menyalakannya. Setelah nyalapun motor itu diberikan kepada Ayub. Sosok itu mengenakan topi caping dengan wajah yang ditutupi, ia juga tidak berbicara sepatah katapun.
Tak berpikir lama, mereka yang sudah dibantu hingga bisa naik motor berdua mulai bersiap melanjutkan perjalanan. Sosok itu hanya menunjuk sebuah arah jalan keluar dari hutan ini.
“Ya allah paringi kulo selamet” (Ya allah beri saya selamat)
Mereka berdua terus menyusuri jalan yang menurun digunung mencekam itu, hingga mereka sampai digunung kedua. Ayub kembali menghentikan motor kembali, karena jalan itu tebelah menjadi tiga,
Dirasa sudah aman Ayub kembali melanjutkan perjalanan.
Tak terasa mereka akhirnya bisa sampai dikantor kecamatan,mereka sampai sekitar jam 5 pagi. Perjalanan yang sebenarnya dekat menjadi jauh dikarenakan gangguan yang luar biasa menimpa mereka.
Pagi menjelang,
Setelah malamnya Roni pulang di antar Ayub, kondisi posko mulai normal kembali. Deritan rumah kayu dan bau anyir darah mulai menghilang secara perlahan. Semua anggota KKN 113 juga semakin tenang,
Pagi hari, Abah mendatangi posko Ayub, setelah tadi malam mendapat kabar dari warga dusun bahwa Roni telah ditemukan.
Abah langsung menanyakan kondisi Roni, dan ingin menjenguk Roni kerumahnya. Agustin meceritakan sedikit kondisi Roni semalam,
Abah merasa bersalah atas keterlambatannya menjenguk Roni sampai tidak sempat bertemu dengannya, pak Jatmiko pun demikian.
Agustin dkk sendiri merasa sudah dibantu hampir dua bulan, tidak mempermasalahkan hal ini.
Hari terus berjalan, sampai hari minus dua sebelum penjemputan. Pagi hari Ayub baru tiba diposko, dan memberitahukan kepada seluruh anggotanya bahwa pak Rahmad besok jadi menjemput mereka.
Malam hari, udara dingin dan kabut tebal tetap menyelimuti dusun Matahari.
Setelah persiapan sudah matang untuk acara besok, mereka semua langsung kembali kekamar masing – masing dan tidur.
Ayub tetap diam mendengarkan suara itu,
“Suara apa Yub” tanya Joko
“Iya Yub”
Malam itu terlewati tanpa ada serangan–serangan lagi dari penduduk tak kasat mata lembah dan gunung matahari.
Pagi yang ditunggu oleh peserta KKN 113, setelah sarapan mereka merapikan peralatan dan barang bawaan mereka semua. Sambil menunggu pak Rahmad menjemput,
Jam 08.00 pak Rahmad datang dengan pak Jatmiko menuju posko. Senyum bahagia terpancar dari rona wajahnya. Beliau duduk sejenak diruang tamu bersama pak Jatmiko.
“Alhamdulilah baik pak” Jawab Bahdim
“Sehat? semua sudah siap?” tanya pak Rahmad kembali
“Sehat, iya pak” jawab mereka bersama
Seketika pak Rahmad memandangi Anggota kelompok 113 sejenak,
“Loh kok cuma delapan, satunya mana?” tanya pak Rahmad
“Iya pak, kemarin lusa Roni pulang duluan soalnya sakit” jawab singkat Ayub
“Oooh, ya....ya, ya sudah kalau begitu.
“Mari pak” sahut angggota KKN 113 saling bersahutan.
Tanpa basa – basi mereka langsung pergi menuju kerumah pak Jatmiko sejenak, mereka dengan cepat melakukan seremonial acara perpisahan.
Semua anggota KKN 113 merasa berterimakasih juga,
"kalau ada waktu, silahkan main kesini lagi pak, mas,mbak"
"Ya bah, tenang saja. Kami pasti kembali kesini kok" Jawab Bahdim
"Oh ya pak, hati – hati ya, saya tunggu bener lo"
Barulah mereka pamit undur diri dari dusun Lembah Matahari ini.
Kini mereka benar2 meninggalkan dusun dengan adat, menatap Matahari di pagi dan sore hari, bagi sebagian warganya.
Dan tak akan mendengar salah satu gumaman mereka “Hyang ARGOSURYO abi hang arso krantosan” dipagi hari dan sore hari.
Disanalah Elf mereka sudah stanby, setelah semua barang masuk serta seluruh anggota Ayub, baru mereka mulai meninggalkan dusun Lembah Matahari.
"ARGOSURYO"
@bacahorror #bacahoror #argosuryo
Rombongan kelompok KKN binaan pak Rahmad sejenak mengikuti acara pelepasan dari pihak kecamatan dan desa, kepada pihak kampus.
Begitu juga dengan kelompok Ayub, mereka semua pergi ke terminal.
Hari ketiga setelah dirumah, Ayub membuat grup WA. Didalam grup ia menambahkan sembilan nomor, Tapi ponsel Roni sendiri masih ia bawa.
Tepat satu minggu, usai janji yg sudah disepakati di grup. Hari yang dijadwalkan telah tiba, satu persatu anggota KKN mulai berdatangan kerumah Ayub. Siang hari, ketujuh orang anggota KKN 113,
Hidangan yang berbeda dari hidangan dilokasi KKN pun menjadi bahan candaan.
Mobil – mobil yang sudah disiapkan dari pagi langsung diisi oleh ketujuh anggotanya.
“ Assalamu'alikum, Ron...Ron...Roni?” salam Ayub
Sementara teman-temannya yg lain mengikuti Ayub dari belakang. Sekian menit keluarlah sosok yang pernah Ayub kenal,
“Kreekk!!!” Suara pintu yg di buka, setelah terbuka terlihat dengan jelas sosok pria dengan berpakaian putih, berkopyah putih serta bertumpu pada tongkat kayu ditangannya.
Ketika pintu terbuka beribu pertanyaan terlintas dibenak seluruh anggota KKN 113, spontan dua rombongan ini terkejut.
“Ya Allah!Ustad Ali? Ustad kok ada di sini?”
"Loh kok" gumam Rian
“Nanti saya jelaskan mas, monggo masuk dulu” ajak ustad Ali dengan ramah, mereka pun masuk mengikuti arahan ustad Ali.
Ruang tamu yang luas beralas tikar,
Semua masuk dan duduk melingkar diruang tamu dengan ribuan pertanyaan. Diwaktu semua tamu sudah duduk dengan tenang,
“Roni dimana pak?” Tanya Joko
“Masih mandi mas” jawab ustad Ali
“Darimana bapak tahu rumahnya Roni? Apa maksudnya bapak dengan semua ini?” Tanya Joko agresif dengan sedikit membentak
“Bapak sudah membuat kami celaka,
“Jangan berlagak sok alim disini pak?” Ancam Joko
“Sebentar mas, sampean semua tenang dulu. Sekarang saya ceritakan dari awal biar semuanya jelas,
“Untuk masalah teman sampean yg meninggal, mbak Rosa. Sebenarnya siang itu saya membuang takir tsb bertujuan untuk menghidarkan mbak Rosa dari bahaya. Takir yg saya buang itu, sebelumnya ditaruh anak buah Abah.
“Jangan asal nuduh pak! Selama ini kita dibantu sama abah. Tidak cuma uang, tapi keselamatan kita juga. Bapak sendiri didusun sudah terkenal mencuri? Sekarang mau bilang apalagi pak?” Sela Bahdim dengan suara keras
“Sudah...sudah, disini kita silaturahim. Kita niatnya kesini ingin mengetahui keadaan Roni sebenarnya,
“Jadi gini mas! saya lanjutkan, dua tahun lalu juga ada mahasiswa yg KKN ke dusun kami juga. Salah satu dari mereka ada yg meninggal dijembatan, persis kejadiannya sama yang dialami mbak Rosa.
"Saya berani bersumpah krn melihat dengan mata kepala sya sendiri,
"Sekarang untuk kematian mbak Rosa!!!
Saya tidak ingin kejadian dua tahun lalu terulang kembali, tapi apa daya setelah saya membuang takir, mbak Rosa tetap celaka.
“BOHONG!!!, terus kenapa waktu dilokasi arung jeram kamu lari!!!” Bentak Bahdim
“Sudah Dim, kamu diam dulu.
Untuk pertemuan kita disungai yang akan dipakai arung jeram mas Rian, saya mohon maaf. Saya tidak bisa menjawab waktu itu. Sewaktu kalian datang,
Sejujurnya saya disungai, ingin menolong mas Rian,
Perlu kalian tahu, sebelum kalian semua tiba didusun Lembah Matahari, abah Kanigoro dan pak Jatmiko mendatangi saya kerumah. Mereka berdua mengatakan kpd saya bahwa ada anak–anak KKN yg akan datang dari kota datang.
“BOHONG!!! Abah itu baik banget pak sama saya dan kawan – kawan. Jangan keterlaluan kalau memfitnah abah”
“Sudahlah Ndah, kamu sementara diam. Biarkan ustad Ali bercerita dulu sampai selesai” redam Ayub kembali
“Lanjutkan pak” pinta Ayub yang penasaran
Tapi cerita pengakuan dari ustad Ali terhenti, ketika Roni yg habis mandi dan berpakaian rapi,
“Alhamdulillah teman-temanku”sambut Roni dengan muka terkejut dan bibir tersenyum
Tubuhnya Roni sore itu masih terlihat kurus namun sudah terlihat segar dan ceria kembali,
“Kok kalian datang nggak bilang-bilang? kalau bilang kan aku bisa siap-siap” Ucap Roni
“Nggak usah repot – repot Ron,
“Jadi begini teman-teman,
“Ketika masuk kedesa, aku melihat banyak sosok makhluk yang mengerikan,
“Malam waktu aku pergi dari posko, ketika kalian marah,
Beliau yg tahu aku berjalan sendirian, langsung menyuruhku segera kembali keposko saat itu juga. Tapi aku yg sudah marah tak menghiraukan saran ustad Ali, sampai aku sempat sedikit cek cok dengan beliau. Mau gimana lagi,
“Maksudmu gimana Ron?”Tanya Joko
“Lalu gimana ceritanya kamu bisa di atas gunung Ron,
“Tidak...tidak Jok, malah ustad Ali inilah yg ingin menolong kita semua.” Jelas Roni
“Jadi setelah aku mengabaikan nasehatnya, aku yang bebal dan keras kepala ini terus berjalan.
Sampai akhirnya aku tetap menguntit mereka, dan mulai masuk kejalan setapak menuju hutan larangan. Aku berjalan mengikuti dibelakang mereka secara sembunyi2,
Perjalanan mereka cukup jauh entah berapa jam aku mengikuti mereka dan melewati jalanan setapak yang licin itu. Hingga akhirnya terlihat semua obor yang mereka bawa,
Aku tetap mengikuti mereka krn semakin penasaran tentang apa yg akan dilakukan mereka, sampai pada akhirnya posisiku berjarak dua puluh meter dari mulut gua. Saat itu, aku bersembunyi dibalik pohon besar,
Ternyata diatas pohon ada sosok manusia yg sangat besar memakai tudung hitam dan jubah hitam. Kepala sosok itu berhadapan dgn wajahku,
Spontan dengan reflek tinggi,
Hingga berapa jauh dan berapa lama berlari aku sudah tak ingat lagi. Sekian lama aku berlari, tiba – tiba sosok yang mengejarku tadi sudah berdiri melayang diatas semak-semak,
“Huaaaaahhhh” suara dari sosok itu yang berteriak keras dihadapanku.
Entah apa yang terjadi dengan telingaku ? seketika itu juga ada suara,
Saat aku tersadar, aku sudah duduk diatas semak-semak lereng gunung,
Otakku perlahan mulai bekerja mengolah dan mengingat apa yang sebenarnya terjadi.
“Iya...ya terus?” sahut Joko
Aku sendiri tak sadar, darah dari wajahku ini sudah banyak mengalir,
Dari jarak dua puluh meter dari mulut gua, sudah ada cahaya kekuningan obor menyambut dari dalam, di tengah mulut gua ada sosok yang sangat aku kenal.
Belum sempat bicara, aku yang sudah berdiri didepan Abah, ia langsung memukul perut dan kepalaku dengan cepat.
Aku dengan kondisi yang sudah tak berdaya,
“Hee...heee...heee..heee” jawab abah dengan tawa tipisnya yang sinis memandangku.
Tak lama kemudian, dari mulut gua banyak orang memasuki gua ini, yang lebih mengagetkan aku ialah sosok pak Jatmiko.
“Piye bah, wes beres?” (Gimana bah, sudah beres?) tanya pak Jatmiko
“Yo bah” (Ya bah) jawab pak Jatmiko
Seketika itu pak Jatmiko menggambil cawan berwarna kuning disebuah altar yang berada didepanku.
Mereka memaksaku untuk membuka mulut, setelah berhasil mulutku dibuka.
Habis minum dan disiram air oleh pak Jatmiko,
Ritual mereka dimulai, setelah semua mantra dirapal.
Baru setelah itu, minuman yg sudah bercampur darah ayam kemudian didoakan pak Jatmiko,
Menurut pembicaraan mereka,
Didalam gua aku terus memikirkan kalian semua, aku yang sudah tahu jati diri mereka sangat kuatir sama kalian semua didusun.
“Iya mas” jawab adiknya Roni yang berada di kamar.
Lalu Elsa keluar untuk membeli es.
“Kok bisa ya pak Jatmiko sama abah seperti itu, saya tidak habis fikir” celetuk Indah
“Sabar-sabar Jok.
“Iya mas, sabar. Yang penting kalian semua sudah selamat. Saya sarankan jangan kembali ke dusun itu mas,
"Bener Jok kata ustad Ali, mending kita biarkan saja. dari pada kita bunuh diri jika kita kembali kesana " terang Roni
"Tapi...?" sahut Joko
"Sudah Jok, ini semua demi kebaikan kita bersama" Jelas Ayub
“Kenapa Ron?” jawab Joko serius
“Ketika aku di gunung, aku kan di jejali nasi bercampur bunga melati, didalam rombongan itu ada seseorang yang aku kenal. Aku sangat tidak menyangka karena orang itu,
Bahdim!!!!! Asuuuuuuu koen diiiimmmmmm!! "Tego koen ambek aku, koncomu seperjuangan. Tego koen jancok!!!”
Mendengar pengakuan Roni barusan, semua yang berada diruang tamu ikut geram.
“Buukk..bukkk..plak” semua pukulan dan tendangan menuju tubuh Bahdim bertubu-tubi membabi buta.
“Aduh...Aduh...Aduuuhhh,
Belum selesai Bahdim bicara, Rian kini berdiri dan menginjak perut Bahdim. Pada saat itupun Bahdim muntah karena pijakan keras Rian, keriuhan itu terus berjalan lama dan tak ada yang memisah.
“Sudah...sudah Jok, Yan, Ron...sudah” kata Ayub,
Setelah puas dengan amukannya, Mereka bertiga di tarik menjauh dari Bahdim. Sesudah mereka menjauh, Bahdim kini terkapar namun masih sadar, dan didudukkan serta disandarkan ke tembok,
“Kamu kenapa Dim kok jadi seperti itu?” tanya Ayub heran.
Dengan tubuh sudah terkoyak, wajah lebam membiru. Bahdim mulai menjelaskan dengan mulut yang tertatih.
“Jadi sebelumya aku minta maaf sekali lagi teman-teman.
“Bangsat kau Dim” bentak Joko
“Apalagi saat selesai acara ritual digua, yg berada diatas gunung.
Mendengar penjelasan yang belum usai, Joko langsung menendang Bahdim. “Konco asu koen...cok, matio lak wes” (Teman anjing kamu...cok, meninggalah sudah)
“Mati koennnnnnn!!!
“Uhukkk..uhukkk...aduhhh” batuk Bahdim
“Sudah Jok...sudah...cukup” ucap Ayub mencoba melerai dengan kata-katanya
“Aku khilaf Jok, teman - teman maaf,
Terakhir waktu latihan ilmu kekebalan disebelah gua, kulitku masih bisa tergores dan mengeluarkan darah. Kata abah ilmunya tidak bisa masuk,
“Gila kamu dim” celetuk Indah
“Maaf Ndah, sejatinya abah bersama sebagian warga dusun matahari memang menyembah matahari, mereka biasa menyebut sesembahannya dengan “Argosuryo”.
Disaat aku dipaksa terus menerus untuk mengikuti ajaran mereka,
Dihari-hari terakhir nyawaku juga terancam, karena aku yang menolak ajaran abah juga.
“Sampai segitunya kamu khianati kami Dim, padahal sebelumnya aku sempat naruh hati sama kamu. Sebab waktu terakhir kamu sangat peduli, perhatian bahkan mati-matian menolong kami.
Semua yang berada diruang tamu Roni tercengang, untuk sementara mereka semua diam sejenak.
Lama mereka terdiam, hingga emosi mereka semua perlahan mereda, akhirnya mereka kembali duduk ketempat semula.
“Jadi sewaktu aku sudah sangat lemah antara sadar dan tidak sadar, aku bersyahadat, sholawat dan terus berdzikir. Sampai aku pasrah jika mati saat itu juga.
Lama kelamaan tangannku berontak berusaha membuka ikatan tali ini, sampai ikatan itu mulai kendur hingga benar-benar terlepas. Sadar akan diriku yang sudah bebas. Aku perlahan berjalan keluar dari gua dengan sempoyongan.
“Iya Ron, aku paham maksudmu?” sambung Ayub
“Wah kalau tidak pulang malam itu, aku mungkin benar-benar bisa dibunuh sama Bawono dan orang-orang penyembah Matahari” kata Roni
“Iya bener”sahut Ayub
“Tapi anehnya waktu aku sama Ayub jatuh kejurang,
“Maaf mas Roni, waktu dihutan itu sebenarnya saya” sahut ustad Ali
“Loh...kok diam saja malam itu pak?” Kata Ayub
“Iya, saya gak ingin kalian berdua panik,
“Saya sendiri mengikuti sampai kerumah mas Roni untuk membantu mengobatinya, saya tidak punya maksud apapun.
“Kenapa pak, apa yang sebenarnya terjadi pada bapak” tanya Ayub
“Cerita ini berawal dari lima tahun yang lalu,
Hingga suatu malam, saya yg sudah mulai putus asa mencoba satu amalan dari guru saya. Saya mulai melakukan ritual untuk mencari petunjuk,
Gambaran anak kesayangan saya didalam mimpi terlihat dibunuh sama abah, dia dibakar hidup-hidup disebuah meja batu dan dijadikan acara ritual persembahan.
Sedang untuk mencari jawaban istri saya yg hilang saya juga mencoba cara yg sama,
Dengan petunjuk dari semua mimpi yang saya alami, saya sendiri juga tidak su’udzon kepada beliau.
Saya masih ingat betul,
Setelah dari kamar, abah berjalan keluar dan menghilang. Memang seperti aneh tapi itulah kenyataan abah dengan segala kesaktiannya.
Saya ingin membantu penduduk yg bukan pengikutnya. Karena sebagian dari penduduk yg tdk mau ikut abah, pasti nasibnya akan sama dengan anak istri saya.
“Apa pak yang dikorbankan? Seperti Rosa?” sahut Agustin
Sedangkan sosok yang bertudung hitam dan berjubah hitam adalah rajanya, dialah sesungguhnya “ARGOSURYO”.
Saya sendiri yg kalah dengan semua kemampuan abah memutuskan mantab untuk pindah dari dusun. Saya sendiri heran sama mas Roni, sewaktu sampean mengadu dikebun bersama mas Ayub.
“Mungkin saja pak, saya juga tidak tahu. Waktu itu saya hanya bertawasul kepada seluruh anggota kelompok saya.
“Saya juga mohon maaf semuanya teman-teman,
“Gak papa, sabar mas, namanya umur masih muda rasa sombong dan riya',
“Masya Allah Yub, terima kasih” ucap Indah dan teman-temannya yang lain.
“Aku gak nyangka Yub selama ini banyak kamu sembunyikan dari kami, kamu sudah berbuat banyak demi kami. Aku sendiri menggangap kamu itu orang yg sangat egois,
Pembicaraan sore itu ditutup, dua rombongan Ayub pamit kepada Roni. Mereka kembali kerumah Ayub, dan setelah itu mereka pulang kerumah masing-masing. Beberapa hari kemudian kegiatan kampus dimulai kembali,
Entah kemana perginya Bahdim hingga saat ini, tidak ada yang tahu. Begitu juga dengan abah, desas – desus yang beredar dari penduduk desa.
Mendengar kabar itu, semua Anggota KKN 113 tidak ada yang datang kesana.
Sejak saat itu juga mereka tidak ada yg mau kembali berkunjung atau sekedar bersilaturahim ke dusun Lembah Matahari, karena masih takut dan trauma akan semua kejadian yang pernah menimpa mereka.
Hingga kisah ini ditulis, pihak kampus atau kelompok KKN yang lain tidak ada yang diberitahu kejadian asli dilembah matahari. Maksud dan tujuan mereka untuk menjaga,
Ayub dkk berharap, tidak mau ada apapun terjadi setelah kisah ini di up, niat mereka hanya sekedar untuk saling mengingatkan.
-TAMAT-