Iklan bentar.
Tolong mampir ke youtube gw ya, masih sepi soalnya. 🤭
Kalo bisa bantu subscribe juga, supaya Rai jadi semangat terus untuk bikin video-video berikutnya, hehe.
Trimaksi banyak. ❤️
Yok nonton yok..
m.youtube.com/channel/UCNfyN…
Areal pemakaman yang tadinya ramai, berangsur sepi. Begitu juga dengan aku, akhirnya melangkah pergi ketika hanya tinggal beberapa orang saja.
Hampir selama tiga bulan terakhir, tiga bulan terakhir hidupnya, Pak Hendra bisa dibilang adalah mentorku.
Mentor? Iya Mentor.
***
Di tengah kejenuhan melanda, datanglah kabar baik. Salah satu tetangga, menawarkanku untuk bekerja sebagai penjaga Villa di kawasan Puncak Bogor.
***
“Rahmat ya? Sini masuk.” Ucap Bapak itu sambil tersenyum.
“Iya Pak,” Aku menjawab sumringah.
“Nah, di rumah itu nanti kamu tinggal. Kamar kamu sudah saya siapkan, kamu tinggal masuk aja, hehe.” Begitu kata Pak Hendra sambil menunjuk ke rumah itu.
Rumah yang ukuran bangunannya nyaris sama dengan rumah orang tuaku di Cibinong. Ada ruang tengah, dua kamar, dapur, dan satu kamar mandi. Rumah yang sangat nyaman buatku untuk tinggal.
Aku yang baru hanya membawa sedikit pakaian, jadi gak terlalu lama untuk beberes, setelah itu keluar rumah menuju bungalow, tempat Pak Hendra duduk menunggu.
Kurang lebih begitulah tugasku.
Ibu Rina, itulah nama dari almarhumah istri Pak Hendra.
“Ini Istri saya, hehe.” Begitu kata Pak Hendra sambil menunjukkan poto itu.
Aku hanya diam dan terus mendengarkan.
“Gak apa-apa, sudah biasa, hehe.” Begitu katanya ketika aku bertanya tentang hal itu.
Ya sudahlah, aku hanya bisa menyarankan untuk mengurangi rokoknya.
***
Rutinitas setiap pagi, Pak Hendra selalu mengetuk pintu kamar membangunku untuk sholat subuh. Setelah beribadah, kami langsung bekerja.
Satu minggu..
Dua minggu,
Satu bulan..
Dua bulan berlalu, gak terasa.
Kami semakin akrab, perbincangan sudah sering diselingi dengan candaan.
Akhirnya Tuhan punya kehendak, awal bulan November 2008 Pak Hendra menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit.
***
Tapi roda hidup harus terus berputar, aku harus terus berjalan.
Kenapa begitu? Karena aku sering merasakan kalau almarhum Pak Hendra dan Istrinya masih ada di sini, masih di villa ini.
Dalam artian sesungguhnya, aku merasa kalau mereka masih tinggal di sini..
***
“Iya Pak,”
Aku menjawab ketukan di pintu kamar, masih sangat mengantuk karena kurang tidur malam sebelumnya lalu aku menjawab “Iya pak.”
Beranjak dari tempat tidur lalu aku berjalan menuju pintu untuk keluar kamar.
Seperti biasa, dia mengenakan baju koko kesayangannya dan sarung berwarna gelap lengkap dengan kopiah putih di kepala.
Aku langsung buru-buru ke belakang untuk berwudhu.
Setelah selesai aku langsung melangkahkan kaki menuju ruang tengah, dengan niat menyusul Pak Hendra yang sudah duluan sholat.
Ke mana beliau? Apakah sudah selesai sholatnya?.
Detik berikutnya aku terhenyak kaget, nyaris menangis ketika akhirnya tersadar, aku baru ingat kalau Pak Hendra sudah meninggal sehari sebelumnya, dan aku menghadiri pemakamanya kemarin.
Itulah kejadian aneh yang aku alami, di hari pertama setelah Pak Hendra meninggal.
***
Salah satunya kejadian berikut ini:
Memang biasanya seperti itu, aku membersihkan lantai dua terlebih dahulu, setelah selesai baru membersihkan lantai satu.
Nah, aku langsung menghentikan kegiatan ketika ada suara dari lantai bawah.
Seperti ada yang sedang menampung air di ember. Siapa? Ya gak tahu, karena dapat dipastikan kalau aku sedang sendirian di dalam villa ini.
Itu siapa? semakin penasaran.
Suara cipratan air yang disiram ke lantai, lalu suara kain pel yang bergesekan dengan ubin, semuanya aku dengar, seperti ada yang sedang mengepel lantai bawah..
Gak ada siapa-siapa, aku gak melihat apa-apa.
Dari sinilah akhirnya aku melihat sesuatu, aku melihat seseorang..
Aku melihat Pak Hendra sedang mengepel lantai bawah bagian belakang, dia berjalan mundur membelakangi aku yang diam berdiri di ujung atas tangga.
Iya, ternyata ada sosok lain yang sedang memperhatikan aku.
Aku yang akhirnya sadar kalau ada sosok lain selain Pak Hendra, semakin ketakutan, karena aku kenal dengan sosok perempuan itu.
Aku yakin kalau dia adalah Bu Rina, istri Pak Hendro.
Perlahan dia tersenyum ke arahku, senyum ramah, lalu aku membalas senyumnya. Sementara Pak Hendra masih terus mengepel lantai, posisinya masih membelakangiku.
Memaksa kaki melangkah mundur, aku kembai naik ke lantai dua.
Kemudian, di teras depan aku duduk melamun, ketakutan, memikirkan kejadian seram yang baru saja aku alami.
***
Dia bilang, dia diterima kerja di sini, membantuku menjaga dan merawat villa. Sebut saja namanya Roni, dia warga Bogor juga, sama denganku.
Aku yang sudah sebulan sendirian di sini jadi cukup senang dengan kehadiran teman kerja yang baru.
Ya sudah, aku gak bisa memaksa. Tapi sebelum pergi, aku harus tahu apa alasannya, apa yang membuat dia pingin berhenti.
“Banyak hantunya gimana? Emang kamu ngeliat apa?” Tanyaku penasaran.
Lalu dia melanjutkan ceritanya.
Dua orang itu laki-laki dan perempuan, yang lelaki berdiri di depan sebagai imam, yang perempuan makmum di belakang.
Hanya beberapa detik Roni memandang nenek itu, berikutnya dia terbirit-birit lari ke luar villa.
Seperti biasa, setelah seharian bekerja malamnya kami berbincang sambil menonton tv di ruang tengah di rumah kecil tempat tinggal kami.
Roni bilang malam itu dia langsung tidur, lelap di alam mimpi.
Suara ketukan yang terdengar beberapa kali. Roni pikir itu aku, makanya dia langsung menjawab, “Iya Mat, sebentar.” Lalu dia berjalan menuju pintu untuk membukanya.
Bapak itu hanya diam berdiri menatap Roni, wajah tanpa ekspresinya jelas terlihat di keremangan cahaya.
Ada sosok ibu tua dengan rambut panjangnya, berjalan mendekati Roni yang masih berhadapan dengan sosok bapak tua di depan pintu.
Mereka berdua berdiri menatap Roni yang masih saja diam dalam belenggu cekam ketakutan.
Wajah mereka pucat pasi tanpa ekspresi.
Entah datang dari mana, akhirnya Roni punya kekuatan untuk menutup pintu kamar. Membiarkan dua sosok menyeramkan itu tetap di ruang tengah.
Berikutnya, suara ketukan pintu masih sesekali terdengar, itu sebabnya Roni gak bisa terlelap sampai pagi menjelang.
***
Banyak juga penyewa villa yang punya cerita seram ketika menginap di sini.
Sekadar info, aku masih bekerja di villa ini sampai sekarang.
Kalau tertarik bisa menghubungi Mas Brii, hehe. Gimana? Tertarik?
***
🙂
Kapan-kapan gw akan ceritakan kisah seram dari sisi penyewa villa, bukan penjaganya. Sungguh gak kalah seramnya.
Sekian cerita malam ini, tetap sehat supaya bisa terus merinding bareng.
Met bobok, semoga mimpi indah..
Salam,
~Brii~