My Authors
Read all threads
1. Pluralisme agama dalam Qur’an

Minggu ini kelas “religious pluralism” mendiskusikan pandangan Qur’an tentang keragaman agama. Saya memilih surat al-Ma’idah karena surat itu sangat intens bicara agama lain, dari soal kitab suci hingga debat Kristologi.
2. Para mahasiswa dgn cepat menangkap kesan tersebut, hingga muncul pertanyaan: Siapa sih sebenarnya audien Qur’an? Sulit dibayangkan kitab suci kaum Muslim ini muncul dari iklim paganistik, sprti digambarkan sumber2 Muslim. Lbh mungkin audien Qur’an itu masyarakat multi-religius
3. Saya jelaskan, sebenarnya penyebaran umat Kristiani di Arabia lbh luas dari yg umum diasumsikan. Perjanjian Baru secara implisit menyebut orang-orang yg berbahasa Arab termasuk yg cukup awal memeluk Kristen. Misalnya, lihat “Kisah Para Rasul” pasal 2 ayat 11.
4. Dalam suratnya ke jemaat di Galatia (1:17), Paulus mengatakan bahwa setelah meninggalkan Damaskus, momen yg menjadikannya mengimani Yesus, ia pergi ke Arabia. Memang tidak jelas daerah Arabia mana yg dia kunjungi.
5. Yg jelas, penyebaran orang2 Kristen di Arabia dikonfirmasi oleh penulis-penulis Kristen, sperti Sebeos, Sozomen, dan lain-lain. Saya lebih yakin konteks historis kemunculan Qur’an adalah lingkungan Yahudi dan Kristen. Ini menjelaskan kenapa bnyk ayat Qur’an menyinggung mereka.
6. Aspek yg bnyk menyita perhatian kelas ialah ambivalensi sikap Qur’an trhdp agama lain. Sejumlah ayat tampak membuka kmungkinan pluralisme agama, sprti ayat 48. Ayat 5 bolehkan kawin dgn ahlul kitab dan halalkan makanan mereka. Maka, aneh sekrang orang sibuk dgn label halal MUI
7. Tak ketinggalan mahasiswa minta penjelasan ayat 69, yang tampaknya membuka jalan keselamatan bagi orang-orang Yahudi dan Kristen. Kriterianya hanya dua: iman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat baik. Saya jelaskan ini ayat favorit kawan2 yang mendorong dialog agama.
8. Namun demikian, bnyk ayat lain mempromosikan teologi eksklusivis. Ayat 3 dan 51 disebut sebagai contoh. Bbrp ayat dalam surat tersebut memperkenalkan model Kristologi yg berbeda dari yg umum diyakini umat Kristen. Bahkan, bnyk ayat bersifat polemik terhadap keyakinan Kristen.
9. Saya betul2 menikmati diskusi ttg tema2 tersebut yg terjadi secara dinamis. Yg menarik, mahasiswa2 tampak tidak tertarik bagaimana seharusnya pandangan Qur’an yg ambivalen itu disintesiskan. Saya kira memang tdk perlu. Pandangan2 itu ada di sana, dan solusinya bukan sintesis.
10. Saya juga tidak suka pada teori abrogasi, nasikh-mansukh. Sangat mungkin pandangan yang beragam itu merefleksikan faksi-faksi dalam komunitas Nabi Muhammad. Seperti saat ini, dalam setiap agama ada beragam sikap. Meminjam komentar kawan, “kadrun ada di mana-mana.”
11. Saya sepenuhnya paham mahasiswa lebih tertarik pada Kristologi Qur’an yang unik. Misalnya, Qur’an menyebut Yesus sebagai al-masih, tapi kenapa tidak menyematkan kekuatan redemptive untuk keselamatan. Apa implikassi teologis menyebut Yesus sebagai al-masih?
12. Juga, mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus dirinci dalam surat itu, yakni ayat 110. Bahkan, Qur’an memasukkan mukjizat2 Yesus yg tdk terdapat dalam injil resmi. Menariknya, mukjizat2 tersebut tidak dikaitkan dengan misi Yesus, tapi dilakukan karena “dengan izin Allah.”
13. Hal tersebut jelas berbeda dari bagaimana Alkitab menggambarkan mukjizat Yesus, yg tak menunggu izin Tuhan. Mukjizat itu dilakukan dari otoritasnya sendiri. Orang bisa sembuh hny dgn menmyentuh pakaian Yesus, bahkan tanpa sepengatahuannya. Jadi, Yesus sendiri adalah mukjizat.
14. Saya jelaskan, keunikan Kristologi Qur’an perlu dipahami dalam konteks teologi tertentu yang dikembangkan Qur’an sendiri. Yesus itu, disebut sebagai Isa dlm Qur’an, adalah salah seorang Nabi yang agung. Qur’an meneguhkan keagungannya, tapi membatasi kekuatan ilahiyah-nya.
15. Di akhir kelas, kita sadari perbedaan teologi Kristen dan Islam tak perlu direduksi. Biarlah perbedaan itu ada. Tugas kita ajarkan agar umat Kristiani dan Muslim saling menghargai perbedaan. Tak perlu paksakan persamaan. Perbedaan klaim teologis itu nyata, jangan ditutupi.
16. Merasa klaim teologisnya paling benar itu boleh. Tapi jngan diumbar-umbar. Jika diumbar, maka klaim kebenaran (truth claims) menjadi bersifat ideologis. Itu yg berbahaya, karena bisa menjadi landasan sikap diskriminatif, intoleran, bahkan kekerasan. Selamat berakhir pekan ya!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Mun'im Sirry

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!