Aku, ibu,ayah dan pria kecil saat ini berada dalam satu ruangan di dalam rumah. Ibu meminta saran dan bantuan kepada pria kecil itu agar diriku ini tidak terus menerus kesurupan di sekolah. Selain memang mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah,hal itu sangat mengganggu ku
berkosentrasi dalam semua hal. Nilai ku di sekolah anjlok, aku tidak dapat mengikuti kegiatan apapun di luar sekolah. Aku bahkan tidak menonjol dalam bidang akademik. Ibu sangat khawatir dengan masa depan ku sekarang.
Pria kecil diam duduk bersila sambil memejamkan mata.
Dia sedang mencoba untuk mencari tahu tentang diriku lebih jauh lagi dengan kelebihannya. Dia menyuruhku untuk tidak memikirkan apapun selain membaca sholawat dan berdzikir. Aku kini yang sedang duduk bersila tepat di hadapannya mulai menatap dan memperhatikannya.
Aku melihat gerakan jarinya seperti menghitung sesuatu,bibirnya berucap lirih berbisik.
Ada pertanyaan dalam hati apakah dia akan tau soal mereka yang selalu mendampingiku?
Tak lama pria kecil berkata padaku sambil tetap memejamkan mata,"kamu pernah bertemu dengan seorang kakek?
Mungkin lewat mimpi? Kakek itu kalau tidak salah memakai sorban atau memakai blangkon?"
Aku menjawab sedikit ragu sambil mengingat," iya pernah mungkin."
Pria kecil berkata kembali," kakek itu sengaja bertemu denganmu karena kamu masih keturunannya. Ibu benar ya masih keturunan
Sunan?"
Lalu Ibuku menjawab sambil mengingat," Tidak tahu juga, cuma memang buyutnya saya dulu pernah cerita kalau sebenarnya buyut ada keturunan dari kerajaan. Kalau tidak salah dulu ceritanya neneknya buyut kabur dari kerajaan karena tidak mau di jodohkan dan memilih menjadi
rakyat jelata."
Pria kecil mengangguk-anggukan kepala sambil terus memejamkan mata dan masih terus menggerakkan bibirnya berucap lirih.
Aku berpikir kembali apakah yang di maksud adalah kakek yang aku temui saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar? Memang kadang sampai saat
ini aku masih bermimpi tentang kakek itu, walau hanya sekilas atau sebentar yang kuingat. Seringnya aku bertemu kakek dalam mimpi dimana semua suasana serba putih. Aku melihat kakek tersenyum kemudian menghilang tak bicara sepatah katapun.
"Iya dia Sunan, Insya Allah benar ibu
ada keturunan Sunan. Dan anak perempuan ibu memang punya kelebihan sudah dari lahir, dari Sunan tersebut." berkata pria kecil itu, yang sudah membuka matanya.
"Ini tidak bisa di tutup bu, pak, maaf, kelebihan anak ibu dan bapak di ibaratkan sekarang sedang menggebu-gebunya.
Kalau saya nanti tutup paksa malah kasihan sama anak ibu nanti. Karena kelebihan ini udah memang dari diri anak ibu, nanti jadinya ga baik buat fisik dan kejiwaannya" lanjutnya berkata.
Ibu mengkerut kan kening tampak sedih dan bingung. Ayah pun mulai bertanya,"kalau kelebihannya
di asah saja bagaimana?"
"Itu yang mau saya bilang pak, di latih saja, agar anak bapak bisa mengendalikan dengan baik, nanti saya bantu ajarkan caranya" jawabnya dengan senyum.
Aku yang hanya diam dan tak banyak bicara lalu melirik wanita ungu yang sedari tadi telah berdiri
di depan pintu menatapku. Wanita ungu pun menganggukkan kepala sambil tersenyum mengisyaratkan setuju.
---
Aku terbangun terkejut. Lagi-lagi ku lihat jam dinding menunjukkan tepat pukul 02.00 dini hari. Nafasku tidak beraturan, berulang kali aku menarik nafas dalam lalu
ku hembuskan keluar, dadaku terasa sesak. Ini ke tiga kalinya aku bermimpi yang sama. Mimpi yang sama 3 malam berturut dan terbangun tepat di jam yang sama. Aneh? Sangat.
Aku mimpi tenggelam di telan ombak laut dan terseret jauh ke dalam. Terasa lama diriku ini saat masuk, seakan
ada yang menarik ku ke dasar lautan. Hingga akhirnya aku melihat Istana bawah laut yang begitu megah. Istana terbuat dari emas dan berkilauan.Aku diajak masuk ke istana oleh seseorang yang bentuk dan wajahnya tak ku ingat,hanya samar hitam.Kemudian dihadapkan aku pada kursi tahta
berwarna hijau kebiruan dihiasi ukiran emas dan permata.
Tak ada seorangpun yang duduk di kursi tahta tersebut. Seseorang yang mengantar ku pun hilang entah kemana. Hanya aku sendiri yang berada di tempat itu. Saat aku akan mencari jalan untuk keluar, dari kejauhan aku mendengar
desis ular yang sangat mengerikan. Aku sempat terhenti melangkah dan terdiam untuk mendengarkan suara desis itu. Suara desis itu makin mendekat, jantungku berdegup kencang karena takut. Tak lama, ku dengar sangat jelas desis tepat dibelakang ku. kemudian aku menoleh ke arah suara
desis berasal, ku lihat tepat di depan mata, seekor ular raksasa bermata merah bersisik hijau gelap datang dan menyerang ku, seketika itu aku pun terbangun dari tidur.
Aku tahu mimpiku memiliki arti. Firasat ku mengatakan ada sesuatu yang akan terjadi, tapi entah apa itu.
Aku mulai banyak membaca doa dan mohon perlindungan-Nya.
-
Keesokannya, pria kecil tiba-tiba datang ke rumah tanpa di undang oleh ke dua orang tuaku.
Dia menatapku lama dan berkata," jangan pergi ke laut ya. Sampai waktu yang belum di tentukan.
Pokoknya jangan ke laut dulu. Laut
manapun jangan."
Aku yang sedikit terheran mendengar peringatan itu hanya menganggukkan kepala mengiyakan.Tapi entah mengapa aku ada rasa lebih tidak menghiraukannya.
Mungkin memang inilah takdir ku, sampai suatu sore saat aku sedang libur sekolah, seakan lupa siapa diriku,
seakan lupa akan peringatan dari pria kecil dan mimpiku, aku pun pergi ke pantai.
Ku kendarai sepeda motor kesayanganku yang bercorak hitam oranye. Ku standar kan sepeda motor, kemudian aku melangkah turun menuju pantai yang masih sepi. Benar saja, pantai yang ku datangi ini
adalah pantai yang saat itu masih jarang orang ketahui dan datangi. Sengaja aku memilih pantai ini, karena aku ingin menenangkan hati dan pikiran menikmati kesendirian.
Selangkah demi selangkah ku susuri pantai, aku mulai nikmati indahnya pemandangan laut sambil tersenyum,
ku nikmati terpaan angin yang menyejukkan menyentuh diriku. Ku dengar suara deburan ombak bergulung yang menenangkan hati. Entah mengapa aku merasa nyaman seperti ini, terkadang lebih suka menghabiskan waktu sendiri di tepian pantai.
Tak terasa hari sudah makin petang, matahari
mulai tampak redup berganti warna lebih gelap. Aku segera bergegas keluar pantai menuju kendaraan ku. Keadaan pantai sudah sedikit menjadi lebih ramai dibandingkan saat aku awal datang.
Saat aku melangkah beranjak akan pergi dari pantai, samar-samar ku dengar dari kejauhan
seperti ada yang berkata lirih memanggilku, "kembali...kembali...kembalilah..."
Aku tersentak terhenti kemudian menoleh kearah lautan. Seketika aku merinding di seluruh tubuh, dan jantungku mulai berdebar kencang. Baru aku teringat akan peringatan pria kecil dan mimpiku. Aku
semakin cemas dan khawatir pada diriku sendiri. Pikirku, bodohnya aku kenapa malah pergi ke pantai?!
Ku laju sepeda motorku agak cepat, sampai aku dihadapkan pada sebuah genangan air yang luas menutup jalan, dan aku sedikit kebingungan untuk melewatinya. Akhirnya aku memilih
melewatinya lebih ke tepi dan sedikit menanjak, tiba-tiba entah seperti ada yang menarik ku dari bawah genangan, membuatku jatuh ke arah kiri masuk ke dalam kubangan yang lebih dalam.
Dan saat itu juga aku merasa diriku seperti terseret ke lautan dalam yang luas, sekilas
aku melihat istana yang sama persis dengan mimpiku. Seperti nampak beberapa bayangan orang memegangi tanganku dan akan membawaku ke istana. Tapi diriku ini melawan, ada rasa tidak mau masuk ke dalam sana. Seketika aku tersadar, aku sudah berada di dalam air.
Aku melihat cahaya
dari luar, ku dengar suara keramaian, aku pun segera bangun dan berdiri. Terkejut aku berada di tengah agak jauh dari tepi dimana seharusnya aku terjatuh. Dan aku melihat banyak orang berkerumun seolah mencari ku.Ku mulai melangkah ke tepi menuju mereka, ku rasakan dan aku lihat
air hanya setinggi antara mata kaki dan lutut tidak begitu dalam. Salah satu dr mereka ada yang bertanya," neng gapapa neng? Neng nya kemana aja, lama banget kok ga muncul-muncul?? di cariin dari tadi."
Aku dengan keadaan basah kuyup dan masih dalam keadaan kaget hanya diam
menganggukkan kepala. Perasaanku masih merasakan tidak enak, hatiku gelisah. Pandanganku kosong, aku tak begitu menghiraukan keramaian orang. Aku terfokus pada sepeda motorku yang sudah berada di tepi dan di jaga beberapa orang bapak-bapak. Aku melempar senyum seraya mengucap
terima kasih, lalu aku meminta izin untuk pergi. Salah satu dari mereka ada yang bertanya kembali,"mbaknya beneran enggak apa-apa? Duduk dulu aja mbak."
Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum, kemudian bergegas pergi untuk pulang.
Aku berharap tidak ada hal buruk terjadi lagi
pada diriku, tapi aku salah. Saat aku tiba di depan rumah, kereta kencana tidak berkuda berwarna emas sudah menungguku datang.
-selesai-
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Berulang kali aku mencoba merapikan baju kemeja putih dan bawahan rok berwana hitam yang aku kenakan.
Berulang kali pula aku menarik nafas panjang dan mengeluarkannya.
Aku menatap tajam diri ku dalam cermin. Hari ini adalah hari sidang pendadaran ku. Kuliah ku selama 3,5 tahun
Akan dipertaruhkan di hari ini. Aku memiliki nilai IPK yang tidak terlalu kecil, hampir mendekati cumlaude. Dahulu memang aku sangat ingin sekali lulus dengan predikat cumlaude, tetapi sekarang yang aku inginkan hanya ingin segera lulus dan pergi dari kampus ini. Aku merasa jenuh
Jarum jam menunjukkan pukul 23.16 WIB. Dan aku masih dalam perjalanan pulang menuju rumah kontrakan seorang diri dengan menggunakan kendaraan roda dua ku. Hari ini aku baru saja pergi dari kos salah satu teman untuk berdiskusi mengenai skripsi yang sedang kami kerjakan.
Karena kota besar tentu saja jam selarut ini masih terlihat ramai kendaraan berlalu lalang di jalanan. Terlihat pula beberapa cafe dan tempat-tempat nongkrong masih padat di kunjungi oleh para pemuda dan pemudi.
Aku masuk ke dalam kamar kos yang memiliki ukuran cukup besar. Ini adalah kamar kos kakakku. Setelah seharian mencari kos untuk aku nantinya, akhirnya kami dapat berbaring beristirahat. Aku sengaja mencari kos yang
tidak terlalu jauh dari kampus, karena untuk beberapa hari ini aku belum memiliki kendaraan pribadi.
Sebenarnya aku masih sangat ragu untuk tinggal di salah satu kos tepat depan kampus swasta ternama ini, tapi karena waktu yang mendekati hari dimana aku harus melaksanakan ospek,
Matahari senja kian redup. Cerahnya langit akan segera terganti dengan gelapnya malam. Terdengar lantunan merdu adzan maghrib menggema terasa menggetarkan jiwa.
Mataku menatap ragaku yang kini sedang dililit ular raksasa bersisik warna hijau gelap dan bermata merah. Sedangkan aku
kini terjebak dikelilingi beberapa sosok makhluk hitam tinggi besar bermata merah menyala. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, aku tidak tahu apa yang mereka inginkan. Satu yang ku tahu, mereka berniat buruk padaku.
Aku duduk memeluk lutut, terdiam menggigit bibir
Aku menatap kedua telapak tanganku yang berwarna putih pucat dan tampak gemetar. Nafasku berhembus tak beraturan.Keringat dingin mengalir jatuh menetes dari ujung hidung ke telapak tangan.Ada sesosok makhluk mencoba mengambil alih ragaku. Makhluk mengerikan yang haus akan ragaku.
Matanya besar melotot tak memiliki kelopak mata,mulutnya robek hingga ke belakang dan tak memiliki bibir.Rambutnya tipis nyaris botak.Aroma makhluk ini sangat amis menyengat. Jari-jarinya yang panjang menyatu dengan kuku memegang ubun-ubun kepala ku dari belakang berusaha menarik