Matahari senja kian redup. Cerahnya langit akan segera terganti dengan gelapnya malam. Terdengar lantunan merdu adzan maghrib menggema terasa menggetarkan jiwa.
Mataku menatap ragaku yang kini sedang dililit ular raksasa bersisik warna hijau gelap dan bermata merah. Sedangkan aku
kini terjebak dikelilingi beberapa sosok makhluk hitam tinggi besar bermata merah menyala. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, aku tidak tahu apa yang mereka inginkan. Satu yang ku tahu, mereka berniat buruk padaku.
Aku duduk memeluk lutut, terdiam menggigit bibir
menahan air mata yang akan jatuh menetes. Ku berusaha melawan ketakutan yang muncul dalam diri.
Karena perasaan takut yang amat sangat, membuat aku sempat terlupa akan kebiasaan ku untuk selalu berdoa memohon perlindungan-Nya.
Hingga aku teringat beberapa saat yang lalu,
saat penguasa laut selatan mendatangiku dengan menaiki kereta kencana emasnya. Ketika dia turun dari kereta kencana, semua makhluk tak kasat mata berlutut di hadapannya termasuk wanita merah, si bocah dan si kakek. Tetapi tidak untuk wanita ungu, dia tetap berdiri diam
menatapnya.
Masih jelas dalam ingatanku matanya berwarna kecoklatan, dan pipinya sebelah kanan sedikit ada goresan luka sayatan, tetapi itu tidak menghilangkan kesan cantik rupawan pada wajahnya. Dagunya terbentuk lancip menawan, rambutnya lurus tebal panjang berkilau hingga
ke pinggang. Aura wibawanya terlihat dari raut wajah layaknya pemimpin yang tegas dan bijaksana.
Dia memang sedikit terlihat tak ramah, tak ada senyum di raut wajahnya, tapi aku yakin setiap yang melihat wajahnya akan sangat terpesona dan akan sangat mengaguminya.
Sang penguasa laut selatan mengenakan mahkota yang elegan di kepala. Mahkota berkilauan dilapisi emas, dan dihiasi batu permata yang berwarna warni. Bentuk mahkota tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, cocok dan sesuai terbentuk indah melingkar menghiasi kepala.
Balutan gaun khas jawa berwarna dominan hijau kebiruan di lapisi emas dengan pundak terbuka menambah kesan anggun pada dirinya. Tubuhnya tinggi langsing semampai. Dia berdiri tegap dengan dada di busung kan dan tangan kiri memegang tongkat yang panjangnya melebihi beberapa senti
tinggi dari badannya. Tongkat dengan ujung berbentuk seperti kelopak bunga dihiasi batu permata bermacam warna yang senada dengan mahkota di kepala.
Aku dan penguasa laut selatan cukup lama bertatap mata. Sampai suara wanita ungu berkata mencairkan ketegangan diantara kami,
"Ada keperluan apa hingga membuatmu datang ke sini?"
Sang penguasa laut selatan maju beberapa langkah mendekati kami. Seketika tercium aroma khas pesisir pantai yang menyegarkan berlapis aroma bunga.
"Aku datang untuk mencari saudari perempuanku. Dia sudah berulang kali membuat
keributan dimana-mana.Aku tak masalah karena itu adalah urusannya.Yang aku permasalahkan adalah dia selalu membuat keributan mengatasnamakan ku.Aku sudah sangat murka atas perbuatannya, terakhir ku dengar kabar bahwa dia sedang mencari mangsa keturunan dari musuh lama kami Sunan"
berkata dia sambil melirik ke arahku.
Segera wanita ungu maju untuk membelakangi ku seakan berusaha menutupi dan melindungi ku, di ikuti wanita merah berada tak jauh di sebelah kiri ku dan berkata sambil menyeringai lebar," cih! Aku tidak takut denganmu walau kamu beribu kali
lipat lebih kuat dariku. Dia ini milik ku."
Kakek pun berdiri dari berlutut nya sambil berkata," Sang penguasa, bisakah kita bicarakan ini? dia tidak ada sangkut pautnya dengan masa lalu mu."
Sang penguasa laut selatan seketika tertawa terbahak tapi tetap tidak menghilangkan
keanggunan dan kewibawaannya, kemudian dia berkata," Kalian salah paham tentangku, aku bukan saudariku yang suka sekali dengan keributan, aku datang dengan damai. Di masa lalu, aku sudah mengaku kalah dan berjanji tidak akan mengganggu keturunannya dengan pengecualian.
Akan tetapi berbeda jauh dengan saudariku, dia memiliki watak pendendam pembenci dan dengki. Justru aku hadir di sini untuk meluruskan semuanya. Dan memberi peringatan untuk kalian."
Wanita ungu kemudian berkata,
" bagaimana bisa kamu menjadi sebaik ini?"
Sang penguasa laut selatan tersenyum kecil dan berkata," Kebaikan akan di balas kebaikan. Aku juga sangat menghargai kebaikan sekecil apapun yang dilakukan oleh seseorang. Hai keturunan Sunan, ingatkah kamu saat kamu tersenyum tulus pada pemulung menjijikan dan miskin di pesisir
pantai beberapa waktu lalu? Ketahuilah pemulung itu adalah aku. Aku sengaja menguji mu. Kehadiranmu sudah terdengar sampai ke telingaku. Aku ingin mengenalmu, ingin mencari tahu siapa dirimu. Memang benar kamu memiliki jiwa yang mirip sekali dengannya."
Tentu saja aku sangat terkejut mendengarnya, walau hanya samar aku mengingatnya tetap saja tak ku sangka pemulung yang pernah aku temui itu adalah dirinya. Aku sama sekali tidak menduga dia dapat merubah wujudnya menjadi seperti manusia.
"Aku suka kepribadianmu. Aku suka dirimu. Kamu selalu ramah dan baik pada setiap makhluk tanpa memandang apapun. Dan Kamu selalu mengingat, tidak pernah lupa untuk memohon berdoa kepada-Nya di dalam keadaan apapun juga. Teruslah seperti itu, menjadi dirimu dan jangan pernah
mengharapkan kepada yang lain selain Sang Pencipta. Dan aku akan membalas kebaikanmu di waktu dulu, membantumu dari niat buruk saudariku." lanjut sang penguasa laut selatan.
Mengingat semua hal itu membuat aku kembali berdoa penuh keyakinan memohon perlindungan dan pertolongan
dari-Nya. Aku melihat mulut ular raksasa itu sudah memakan dan menelan kepala sampai setengah ragaku. Mungkin itu lah cara ular raksasa mengendalikan ragaku. Sebenarnya aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku di dunia nyata, yang aku tahu pria kecil sudah datang dan mencoba
mengusir ular raksasa itu dari ragaku.
Wanita merah sudah jatuh tersungkur. Dia terluka, dia memaksa untuk melawan ular raksasa itu. Tapi apa daya, kekuatannya jauh di bawah ular raksasa. Hatiku terasa perih melihatnya, aku merasa tak tega, si kakek dan si bocah pun sudah duduk
terjatuh di bayangi beberapa makhluk hitam tinggi besar bermata merah menyala.
Aku yang masih di kelilingi makhluk hitam tinggi besarpun hanya bisa diam tidak dapat berkutik. Kemudian beberapa makhluk hitam itu memegang kedua tanganku, menyeret ku membawaku jauh dari raga.
Dan ini bukan sesuatu yang baik, aku tidak boleh terlalu jauh dari raga, bisa saja aku tidak dapat kembali ke ragaku. Tak terasa air mataku menetes, aku sangat ketakutan. Aku berharap ada yang segera menolong. Aku merindukan wanita ungu, sedari awal aku tidak melihatnya,
aku sangat berharap tidak terjadi hal buruk menimpanya dan aku sangat berharap dia segera datang.
Tak lama berselang, terdengar lonceng kereta kencana dari kejauhan.
Suaranya begitu nyaring terdengar hingga ke penjuru. Makhluk hitam tinggi besar tiba-tiba menghentikan langkahnya
dan melepas kedua tanganku. Mereka semua duduk berlutut seraya menyembah.
Resah dan ketakutan yang muncul dalam diri seketika berubah menjadi tenang.
Wanita ungu hadir di belakangku dan berkata," maaf aku baru datang kepadamu, kamu baik-baik saja?"
Aku menganggukkan kepala lalu
memeluknya erat, aku merasa sangat senang, aku lega melihat dia baik-baik saja, dan berada bersamaku sekarang.
"Sang penguasa laut selatan sudah datang, semua keadaan akan membaik. Mari kita dekati ragamu, dalam keadaan seperti ini jangan terlalu jauh dengannya ."
lanjutnya berkata sambil tersenyum.
Wanita ungu menarik ku kemudian memegang erat tanganku sambil sedikit terburu-buru, aku memperhatikan dia dari belakang. Baru kali ini aku melihat dirinya tampak bersinar.
Sang penguasa laut selatan melangkah mendekati ular raksasa.
Terlihat jelas di raut wajahnya kemarahan yang terpendam. Dia melihat sekeliling, dia menoleh menatap ke arahku, dan aku pun hanya terdiam. Kemudian dia tersenyum kecil sambil mengangkat tongkat ke atas agak tinggi lalu menghentakkan nya ke bawah, seketika semua makhluk hitam
tinggi besar berteriak kesakitan, suaranya seperti lolongan anjing dan serigala saling bersahutan, seketika itu juga mereka melebur dan menghilang.
Suasana menjadi sangat hening, ular raksasa melirik ke arahku, dan menyeringai, dengan perlahan dia membuka mulutnya melepas
ragaku dari mulut besarnya. Akan tetapi ekornya yang panjang masih tetap membelit ragaku.
Dia mulai mengamati sekeliling, dan di tatap nya tajam sang penguasa laut selatan, dia pun berkata," Saudari apa yang telah kamu lakukan? Untuk apa kamu datang kemari?"
"Bodoh! Aku yang seharusnya bertanya padamu apa yang kamu lakukan?! Tidak seharusnya kamu terus-terusan membuat kekacauan mengatasnamakan ku. Sudah cukup sampai di sini kamu membuatku murka!" teriak tegas marah sang penguasa laut selatan.
Ular raksasa semakin erat membelit ragaku dan berkata," Tapi lihat! aku telah berhasil menemukan keturunan dari musuh lama kita. Dan apabila aku berhasil dengan sempurna merasuki raga ini, aku akan dapat dengan mudah memperdaya mereka. Jadi jangan halangi aku."
Sang penguasa laut selatan menatap ular raksasa dengan tajam dan amarah, di angkatnya tongkat sangat tinggi, lalu berkata dia,
"Jika tidak kamu lepaskan raganya, aku lah lawan mu sekarang!"
Ular raksasa menyeringai senang, "Baiklah, ini akan sangat menyenangkan."
Wanita ungu tiba-tiba berada di depanku,dia menutup mata dan wajahku dengan kedua tangannya sambil berkata," ini bukan sesuatu yang harus kamu ketahui, pertarungan ini tidak harus ada tersimpan di benakmu."
Tak lama aku mendengar suara gemuruh yang begitu dahsyat. Suara bagaikan kilat dan petir yang menyambar tepat berada di gendang telinga. Hal itu benar-benar sangat mengerikan, seakan membuat jantung berhenti berdetak, dan seakan membuat diri berhenti menghembuskan nafas.
Aku kurang begitu ingat seberapa lama pertarungan itu berlangsung. Dan aku tidak tahu yang terjadi selanjutnya setelah itu. Yang aku ingat, saat aku membuka mata, diriku sudah kembali di dalam ragaku.
Aku melihat dan menatap langit-langit kamarku. Ku lihat sinar mentari telah
masuk dalam sela-sela tirai kamar. Lalu aku mencoba untuk bangun dan duduk. Kepalaku terasa sangat berat dan pusing. Aku merasakan tubuhku yang sangat hangat, aku merasa sangat kelelahan. Perutku mulai berbunyi merasa lapar seakan sudah berhari-hari tidak makan.
Aku melangkah keluar kamar, dan langsung menghampiri ibuku yang sudah berada di dapur. Ibu memandang ku dengan tersenyum, sambil menyodorkan buah pisang dan berkata,"eh sudah bangun? Ini ada buah pisang, mau?"
Aku mengambil pisang yang berada di tangan ibu,dan entah mengapa, aku merasa asing dengan buah ini dan aku lupa cara memakannya.
-selesai-
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Berulang kali aku mencoba merapikan baju kemeja putih dan bawahan rok berwana hitam yang aku kenakan.
Berulang kali pula aku menarik nafas panjang dan mengeluarkannya.
Aku menatap tajam diri ku dalam cermin. Hari ini adalah hari sidang pendadaran ku. Kuliah ku selama 3,5 tahun
Akan dipertaruhkan di hari ini. Aku memiliki nilai IPK yang tidak terlalu kecil, hampir mendekati cumlaude. Dahulu memang aku sangat ingin sekali lulus dengan predikat cumlaude, tetapi sekarang yang aku inginkan hanya ingin segera lulus dan pergi dari kampus ini. Aku merasa jenuh
Jarum jam menunjukkan pukul 23.16 WIB. Dan aku masih dalam perjalanan pulang menuju rumah kontrakan seorang diri dengan menggunakan kendaraan roda dua ku. Hari ini aku baru saja pergi dari kos salah satu teman untuk berdiskusi mengenai skripsi yang sedang kami kerjakan.
Karena kota besar tentu saja jam selarut ini masih terlihat ramai kendaraan berlalu lalang di jalanan. Terlihat pula beberapa cafe dan tempat-tempat nongkrong masih padat di kunjungi oleh para pemuda dan pemudi.
Aku masuk ke dalam kamar kos yang memiliki ukuran cukup besar. Ini adalah kamar kos kakakku. Setelah seharian mencari kos untuk aku nantinya, akhirnya kami dapat berbaring beristirahat. Aku sengaja mencari kos yang
tidak terlalu jauh dari kampus, karena untuk beberapa hari ini aku belum memiliki kendaraan pribadi.
Sebenarnya aku masih sangat ragu untuk tinggal di salah satu kos tepat depan kampus swasta ternama ini, tapi karena waktu yang mendekati hari dimana aku harus melaksanakan ospek,
Aku, ibu,ayah dan pria kecil saat ini berada dalam satu ruangan di dalam rumah. Ibu meminta saran dan bantuan kepada pria kecil itu agar diriku ini tidak terus menerus kesurupan di sekolah. Selain memang mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah,hal itu sangat mengganggu ku
berkosentrasi dalam semua hal. Nilai ku di sekolah anjlok, aku tidak dapat mengikuti kegiatan apapun di luar sekolah. Aku bahkan tidak menonjol dalam bidang akademik. Ibu sangat khawatir dengan masa depan ku sekarang.
Pria kecil diam duduk bersila sambil memejamkan mata.
Aku menatap kedua telapak tanganku yang berwarna putih pucat dan tampak gemetar. Nafasku berhembus tak beraturan.Keringat dingin mengalir jatuh menetes dari ujung hidung ke telapak tangan.Ada sesosok makhluk mencoba mengambil alih ragaku. Makhluk mengerikan yang haus akan ragaku.
Matanya besar melotot tak memiliki kelopak mata,mulutnya robek hingga ke belakang dan tak memiliki bibir.Rambutnya tipis nyaris botak.Aroma makhluk ini sangat amis menyengat. Jari-jarinya yang panjang menyatu dengan kuku memegang ubun-ubun kepala ku dari belakang berusaha menarik