Thread by @ismailfahmi

Tulisan yang bagus juga, dari @LokadataID. Mewawancarai Kpoppers.

“Jadi DNA mereka adalah solidarity. Dan mereka benar-benar memanfaatkan itu untuk gerakan kemanusiaan dan kaitannya dengan negara. Dan itu sudah sering mereka lakukan,” katanya (IF).

>>
lokadata.id/artikel/ketika…

Anya, mahasiswa hukum, menyatakan, sudah tidak sepakat dengan omnibus law sejak awal direncanakan karena disinyalir hanya memenuhi kepentingan segelintir orang.

“Walaupun konten (media sosial) saya kebanyakan K-Pop, tetapi bukan berarti hati nasionalisme saya tidak ada. Negara kita lagi dalam situasi seperti ini. Harus siapa lagi yang turun? Ya ujung-ujungnya adalah kita anak muda,” ujar Putri (mahasiswi).

“Kalau apakah mereka mengerti soal isi UU-nya aku rasa enggak semua baca. Beberapa ikut karena solidaritas,” kata Farah (20 th).

“Tapi untuk K-Popers yang mungkin sudah kerja pasti ada yang paham dan peduli karena isi UU-nya ada yang bersinggungan sama pekerjaan mereka.”

“Karena pada dasarnya mereka merasa jadi bagian dari Indonesia juga. Fansbase ini mengimbau anggotanya untuk enggak naikin tagar selain yang Omnibus Law. Itu demi menghargai isu yang lagi terjadi,” kata Rizka

Tak hanya itu, fans K-Pop ini juga turut meramaikan cuitan yang mengangkat puisi Wiji Thukul, aktivis sekaligus korban penculikan..

“Wiji Thukul kan sebetulnya keras puisinya. Mereka pakai itu. Yang meramaikan bisa dikatakan 99,9 persen K-Popers. Faktanya gitu,” ujarnya (IF).