KISAH RASULULLAH SAW

Bagian ke 6

Sifat Muhammad

Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan pernikahan ini. Dari seorang pemuda tidak kaya, Allah telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan tinggi dengan harta yang mencukupi.
Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan yang hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal ini kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama Quraisy.
Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan harta berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa Muhammad yang bijak dan cerdas akan membimbing istrinya menuju kebahagiaan hidup.
Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu dalam pergaulan yang baik dengan masyarakat membuat orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat kehormatan demikian itu, Muhammad tetaplah seorang yang rendah hati. Itu adalah sifatnya yang menonjol.
Jika ada yang mengajaknya berbicara, tidak peduli siapa pun itu, ia akan mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja mendengarkan dengan hati-hati, Muhammad bahkan memutar badannya untuk menghadap orang yang mengajaknya berbicara
Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia justru lebih banyak mendengarkan pembicaraan orang lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang tidak bisa diajak bergurau.
Ia sering juga membuat humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu yang benar.

Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, tidak pernah sampai terlihat gerahamnya.
Apabila marah, tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia marah hanya dari keringat yang tiba-tiba muncul di keningnya. Muhammad selalu menahan marah dan tidak menampakkannya keluar.
Orang-orang menyayangi Muhammad karena ia lapang dada, berkemauan baik, dan menghargai orang lain. Ia bijaksana, murah hati, dan sangat mudah bergaul dengan siapa saja.
Namun, dibalik semua kelembutan itu, ia mempunyai tujuan yang pasti, berkemauan keras, tegas, dan tidak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian berpadu dalam dirinya sehingga menimbulkan rasa hormat yang dalam bagi orang-orang yang bergaul dengan Muhammad.
Mahar Pernikahan

“Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal dengan suara agak keras. “Saksikanlah bahwa aku menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin senilai 12 ekor unta betina."
Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad memerintahkan agar seekor kambing disembelih di depan pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin. Itu belum termasuk para undangan yang menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun dapat membawa pulang ke rumah beberapa kantung daging.
Baqum Si Pedagang Romawi

Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan, tetapi aktif bergaul dalam masyarakat. Suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad menjadi semakin harum.
Peristiwa itu didahului oleh banjir besar yang melanda Mekah. Bukit-bukit di sekitar Mekah tanpa ampun menumpahkan air hujan yang jarang turun itu ke kota yang tepat berada di bawah. Banjir itu menyebabkan dinding Ka'bah yang memang sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.
Sebenarnya, sebelum banjir tiba, sudah ada gagasan untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi orang-orang takut apabila Tuhan Ka'bah marah. Setelah banjir, tidak bisa dielakkan lagi bahwa dinding Ka'bah harus diperbaiki dan ditinggikan.
Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga tersiar berita ada sebuah kapal Romawi terdampar di laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu'aibah. Kapten kapal Romawi itu adalah seorang Nasrani yang berasal dari Mesir. Baqum, namanya.
Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan serombongan orang untuk membeli kapal itu, membongkar kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun kembali Ka'bah. Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai ahli kayu.
Pada mulanya, tidak seorang pun berani membongkar dinding Ka'bah walau sedikit, karena takut dikutuk Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa yang menimpa Abrahah dan pasukan gajahnya saat ingin menghancurkan Ka'bah.
Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan diri merombak sudut bangunan bagian selatan. Setelah itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia tidak juga dikutuk, mereka pun mulai melakukan pembenahan Ka'bah.
Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi menjadi empat bagian. Setiap kabilah masing-masing mendapat pekerjaan satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali.
Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung Hubal dan patung kecil lainnya. Setelah itu, pekerjaan dilanjutkan dengan membersihkan pelataran dan membongkar dinding serta fondasi. Muhammad ikut terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-hari itu.
Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yg tidak bisa dibongkar dengan cara apa pun. Karena itu, batu itu mrk biarkan Selanjutnya, didatangkanlah batu-batu granit biru dari bukit sekitarnya. Sebuah bahan pencampur semen bernama bitumen yg didatangkan dari Syria pun mulai digunakan
Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Pondasi Ka'bah ditinggikan sampai empat hasta ditambah satu jengkal atau sekitar dua meter. Dalamnya diuruk tanah menjadi lantai yg sulit dicapai air apabila banjir datang kembali
Bersamaan dengan itu, pintu di sisi timur laut pun diangkat setinggi pondasi. Dinding dinaikkan sampai 18 hasta. Saat itulah Ka'bah mulai diberi atap bekas kapal yang kandas itu. Sebuah tangga untuk naik turun juga disiapkan. Kini Ka'bah bebas dari banjir.
Isinya terlindungi dari hujan, panas dan tangan jahil pencuri.

Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana sampai dinding tembok mencapai tinggi satu setengah meter dan tiba saatnya batu hitam, Hajar Aswad, ditempatkan kembali ke tempatnya semula di sudut timur.
Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan, berebut lah setiap kabilah untuk melaksanakannya. Kabilah Abdu Dar merasa lebih berhak daripada Kabilah lain sehingga kedua kelompok saling beradu mulut sampai suasana menjadi semakin panas.
Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al Mughirah. Ia adalah orangtua yang dihormati dan dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah usul yang disetujui oleh semua pihak, “Serahkanlah putusan ini di tangan orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."
Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa adalah Muhammad. Orang-orang pun bersorak lega.

“Ini dia Al Amin" seru mereka.
“Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia bisa memecahkan persoalan ini. Kami akan menerima putusannya."
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang mereka alami. Muhammad yang saat itu belum berumur 30 tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan pada mata setiap orang dari masing masing kabilah Quraisy.
Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah mengambil keputusan, akan terjadi pertumpahan darah di antara kabilah kabilah itu.

Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata,
“tolong bawakan sehelai kain."
Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan menghamparkan kain itu. Dia lalu mendekati Hajar Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di tengah-tengah.

“Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini," kata beliau lagi.
Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan bersama-sama mengangkat Hajar Aswad. Di tempat Hajar Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan meletakkannya kembali.
Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad yang adil itu. Demikianlah, pada waktu muda. Rasulullah telah menjadi orang yang cerdas dan bijaksana.
Putra Putri Muhammad

Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau wanita yang penuh kasih, setia, dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk suami tercinta. Khadijah juga wanita yang subur.
Setelah lima belas tahun berumah tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka adalah:
Ruqayyah, Zainab, Ummi Kultsum, Fatimah, Qasim dan Abdullah.
Namun, Qasim dan Abdullah wafat ketika masih bayi, sedangkan keempat anak perempuan yang lain tetap hidup hingga dewasa. Kita dapat membayangkan betapa sedihnya Muhammad dan Khadijah kehilangan kedua putra mereka.
Ketika pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah, Muhammad sering melihat kesedihan di wajah istrinya itu. Saat itu, mempunyai anak laki laki bagi masyarakat jahiliah adalah hal yang amat penting dan dianggap sebagai sebuah kebanggaan.
Sebaliknya, mempunyai anak perempuan adalah hal yang amat memalukan, bahkan banyak orang yang memilih mengubur bayi perempuannya hidup hidup dari pada membesarkannya.

Tentu saja Muhammad dan Khadijah tidak merasa malu memiliki anak-anak perempuan.
Mereka menyayangi semua anak mereka tanpa pilih kasih. Apalagi putri bungsu mereka, Fatimah, yang saat itu masih berusia lima tahun, anak cantik yang sedang lucu-lucunya. Hanya saja kehilangan dua anak laki laki yang masih bayi merupakan derita yang berat bagi orangtua mana pun.
Kekayaan Terbesar

Rasulullah pernah berkata : “bahwa kekayaan terbesar adalah istri yang salehah.” Khadijah adalah kekayaan terbesar Rasulullah pada saat-saat paling sulit dalam hidup beliau.
Rumah Tangga Muhammad

Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan keramahan. Beliau suka berkelakar kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat orang-orang di sekitar beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju berwarna merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik atau putih.
Rasulullah juga gemar memakai surban dengan salah satu ujungnya menggelantung antara pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera.
Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau mengangkatnya sebagai anak.
Zaid bin Haritsah

Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seperti seekor kuda.
Bunda Khadijah membeli Zaid dan memperlakukannya dengan baik.

Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara diculik.
Lima belas tahun lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ketika datang para perampok gurun. Zaid disergap & dibawa lari Sejak itulah ia hidup sebagai seorang budak yg diperjualbelikan kesana kemari. Nasiblah yg membawanya bertemu Rasulullah, org yg amat Zaid cintai
Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khadijah yang bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid seolah sebagai pengganti Qasim dan Abdullah yang telah tiada.
Muhammad segera memerdekakan Zaid. Namun, secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.

Haritsah telah bertahun tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi dan merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan tentang anaknya itu.
Zaid pun amat menyayangi ayahnya.

“Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada Haritsah. “Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad. Muhammad amat bahagia sehingga mengangkat Zaid sebagai putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin “Muhammad.”
Di kemudian hari, Allah melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan anak angkat. Maha adil Allah Yang Agung.
Gua Hira

“Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali pun, bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?" demikian pikir Muhammad.
“Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan tebaran bintang? Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas terbakar kilauan matahari?
Siapa pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua keindahan ini?"
Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia mencari kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari keramaian dan pergi ke Gua Hira.
“Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-sianya hidup manusia karena tertipu dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna.'"
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh.
Sampai suatu ketika, saat usia Muhammad menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani dan tenang itu amat terkejut melihatnya.
Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia datang membangunkan Muhammad yang sedang tidur karena kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad; “Iqra (Bacalah)!"

Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, “Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekapnya sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan dekapannya, lalu berkata lagi, “Iqra” (Bacalah)
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, “Apa yang harus saya baca?" barulah Jibril membacakan Surat Al-alaq ayat pertama hingga ayat kelima:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan

Surah Al-'Alaq (96:1)

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

Surah Al-'Alaq (96:2)
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah

Surah Al-'Alaq (96:3)

الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam

Surah Al-'Alaq (96:4)
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Surah Al-'Alaq (96:5)

Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad yang hatinya terhujam oleh firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-tanya dalam hati, “Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar dengan tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri celah-celah gunung sambil mengulang pertanyaan dalam hati, “Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil. Panggilan tersebut terasa dahsyat sekali. Beliau memandang ke cakrawala dan melihat malaikat dalam bentuk manusia. Muhammad tertegun ketakutan dan terpaku di tempatnya.
Ia memalingkan wajah, tetapi di seluruh cakrawala, ke mana pun beliau memandang rupa malaikat yang indah itu tidak juga berlalu.
Di rumah, Khadijah tiba tiba merasa khawatir dengan nasib suaminya. Beliau mengutus orang untuk mencari suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang, Muhammad berjalan pulang dengan hati yang sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus berdenyut keras dan hati berdebar ketakutan, beliau pulang ke rumah.

“Selimuti aku, wahai istriku” pinta Muhammad kepada Khadijah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil kedinginan seperti terkena demam. Setelah rasa takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta kekuatan dan perlindungan.

“Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa ia takut semua itu bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
“Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, “bergembiralah dan tabahkan hatimu. Demi Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan menjadi Nabi atas umat ini.
Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah yang mempererat tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau selalu mau memikul beban orang lain dan menghormati tamu serta menolong mereka yang dalam kesulitan atas jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam hati suaminya yang sedang gelisah. Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau malah memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu, kehidupan penuh perjuangan keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang Rasulullah, utusan Allah
Kabar dari Waraqah bin Naufal

Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang tertidur dengan nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa yang baru saja dituturkan suaminya. Firman Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!
“Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang Nabi untuk menuntun umat ini keluar dari kegelapan,"demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang, berganti rasa takut memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal menimpa suaminya itu apabila orang-orang ramai menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-ganti dalam benak Khadijah. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang bijak yang dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang jujur, dan menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, “Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus besar' seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya tetap tabah."
Namus Besar

Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, artinya kitab undang undang atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah dalam Al Qur'an.
Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril membawakan wahyu kepadanya

Bersambung besok, insya Allah 🙏🏿

Sallu ala Nabi 🌹

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Sayid Machmoed BSA

Sayid Machmoed BSA Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @sayidmachmoed

28 Oct
KISAH RASULULLAH SAW

Bagian ke 8

Minta Mukjizat

Bersungguh-sungguh atau hanya sekedar mengejek, orang-orang Quraisy sering meminta mukjizat kepada Rasulullah. Image
“Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pasti akan beriman kepadamu!" demikian seru salah seorang dari mereka kepada Rasulullah.

“Muhammad! Kalau engkau benar benar Rasulullah, mintalah Tuhan agar menyulap Bukit Shafa dan Marwa menjadi bukit-bukit emas!" seru yang lain.
“Ya, itu benar! Tetapi kalau Tuhanmu tidak sanggup membuat bukit emas, cobalah turunkan ayat-ayat Allah itu dalam sebuah kitab yang diturunkan langsung dari langit! Itu pun sudah akan membuat kami beriman!"
Read 83 tweets
27 Oct
Thoriqoh Alawiyah

Habib Abu Bakar Al Adny Al Mahsyur berkata :

Thoriqoh kami adalah thoriqoh Sayyidina Ali bin Abu Thalib karamallahu wajhah yaitu thoriqoh yang di saat berkuasa tidak menjajah dan tidak merasa berkuasa. Image
Thoriqoh kami adalah thoriqoh Sayyidina Hasan ra., yaitu thoriqoh yang mengalah untuk kebaikan umat Islam

Thoriqoh kami adalah thoriqoh Sayyidina Husain ra., yaitu thoriqoh yang berani melawan kemungkaran hinggga tetes darah penghabisan
Thoriqoh kami adalah thoriqoh Sayyidina Ali Zainal Abidin ra., yaitu thoriqoh yang pemaaf dan tak pendendam kepada orang yang telah membunuh keluarganya di depan mata beliau sendiri
Read 5 tweets
27 Oct
KISAH RASULULLAH SAW

Bagian ke 7

Orang yang Berselimut

Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril membawakan wahyu kepadanya.

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ

Hai orang yang berkemul (berselimut)

(QS: Al-Muddassir 74:1) Image
قُمْ فَأَنْذِرْ

bangunlah, lalu berilah peringatan! (74:2)

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ

dan Tuhanmu agungkanlah! (74:3)

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

dan pakaianmu bersihkanlah, (74:4)

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (74:5)
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ

dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (74:6)

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ

Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (74:7)
Read 98 tweets
23 Oct
KISAH RASULULLAH SAW

Bagian ke 5

Percakapan Buhaira

Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu yang kurang dari rombongan Quraisy itu. Maka, ia kembali mengulangi permintaannya
“Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak makan makananku ini."
Salah seorang Quraisy berkata;

“Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan rombongan."
Buhaira menggeleng-geleng kepala
“Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan bersama kalian!."

Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari mereka bahkan berkata;
Read 127 tweets
23 Oct
Saat Nabi SAW Bersujud

Suatu saat Rasulullah SAW keluar pergi ke suatu tempat, Sayyidina Abdurrahman bin 'auf melihat, lalu mengikuti, hingga sampailah masuk ke kebun kurma, dalam kebun tersebut beliau tiba-tiba bersujud, keadaan sujudnya pun berlangsung lama,
Abdurrahman bin 'auf takut dalam kondisi itu Allah mencabut nyawa Rasulullah, setelah lama memperhatikan dengan penuh khawatir, Rasulullah pun mengangkat kepala lantas berkata: "Apa yang terjadi denganmu Wahai 'Abdurrahman?"
Jawab Abdurrahman, menceritakan rasa kekhawatiran dirinya pada Rasulullah.

Kemudian Beliau berkata: "Sesungguhnya Malaikat jibril membawa kabar gembira bahwa Allah Ta'ala bersabda :
Read 5 tweets
22 Oct
KISAH RASULULLAH SAW

Bagian ke 4

Percakapan dengan Aminah

Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima kedatangan mereka dengan rasa heran
”Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal denganmu?"

“Ya," jawab Halimah
“Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya. Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan."
Read 86 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!