Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril membawakan wahyu kepadanya.
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berkemul (berselimut)
(QS: Al-Muddassir 74:1)
قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan! (74:2)
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
dan Tuhanmu agungkanlah! (74:3)
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah, (74:4)
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (74:5)
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (74:6)
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (74:7)
Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang bertambah besar. Beliau perlahan mendekati suaminya. Khadijah dengan lembut memintanya agar kembali tidur.
“Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi, Khadijah," demikian jawab Rasulullah.
“Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya mereka beribadah hanya kepada Allah. Namun, siapa yang akan kuajak? Siapa pula yang akan mendengarkan?"
Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya. Diceritakannya apa yang tadi dikatakan Waraqah. Dengan penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang yang mengimani Rasulullah
Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah
Untuk lebih menentramkan Rasulullah, Khadijah meminta suaminya memberitahu dirinya apabila malaikat datang.
Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah yang dapat melihatnya.
Khadijah mendudukkan Rasulullah di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah kanan. Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah. Namun, ketika Khadijah melepas penutup wajahnya, Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.
Dari kejadian itu, Khadijah merasa yakin bahwa yang datang itu benar-benar malaikat, bukan jin.
Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullah sedang melaksanakan thawaf.
Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya, Waraqah berkata, “Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akan didustakan, disiksa, diusir, dan diperangi orang.
Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula."
Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun Rasulullah.
Kini Rasulullah memalingkan wajah ke sekitarnya, melihat orang orang yang menyembah patung patung batu. Orang-orang ini juga menjalankan riba dan memakan harta anak yatim. Mereka jelas-jelas berada dalam kesesatan.
Kepada orang-orang inilah Rasulullah diperintahkan untuk menyeru agar mereka menghentikan perbuatan perbuatan itu.
Namun apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang orang Quraisy itu benar-benar amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.
Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan mereka. Untuk itu, Rasulullah memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.
Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak juga turun. Jibril tidak pernah datang lagi untuk waktu yang lama. Rasulullah merasa amat terasing. Rasa takutnya kembali muncul. Beliau takut jika Allah melupakan bahkan tidak menyukainya.
Rasulullah kembali pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin rasanya beliau membumbung tinggi dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan.
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah untuk menuntun umat ternyata menjadi kering. Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus asa.
Surat Adh Dhuha
Tiba-tiba, wahyu itu turun:
وَالضُّحَىٰ
Demi waktu matahari sepenggalahan naik
Surah Ad-Duha (93:1)
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ
dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (93:2)
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (93:3)
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). (93:4)
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. (93:5)
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (93:6)
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (93:7)
وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (93:8)
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
(93:9)
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
(93:10)
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (93:11)
Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang sudah. Betapa damainya firman Allah itu terasa di hati beliau. Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan mungkar dan membersihkan pakaian. Beliau harus mengajak orang mengingat Allah.
Beliau harus tabah menghadapi gangguan, tidak boleh menolak orang yang meminta bantuan, dan berlaku lembut kepada anak yatim.
Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu Allah melindunginya lewat asuhan kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.
Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya kekayaan. Allah pula yang telah menyandingkan beliau dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan semasa beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta kasih, yang memberi nasihat dengan rasa kasih sayang.
Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan, lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian. Cukuplah semua itu. Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah mengajak orang kepada kebenaran, sedapat mungkin, sekuat mungkin.
Shalat
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah SAW Suatu saat, ketika Rasulullah dan Khadijah sedang melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib.
Ali yang saat itu masih anak-anak, tertegun melihat Rasulullah dan Khadijah rukuk, sujud, serta membaca ayat-ayat Al Qur'an.
“Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika Rasulullah dan Khadijah selesai shalat.
“Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, “Allah telah mengutusku dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah."
Kemudian, Rasulullah mengajak sepupunya itu untuk beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan berhala berhala semacam Lata dan Uzza.
Rasulullah pun membacakan beberapa ayat Al Qur'an yang membuat Ali bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu demikian indah.
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahu kan kepada Rasulullah dan Khadijah bahwa ia akan mengikuti mereka berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu Thalib.
“Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan ayah saya (Abu Thalib)," demikian kata Ali, “apa gunanya saya harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?"
Jadi, Ali adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, Zaid bin Haritsah bekas budak yang ikut Rasulullah, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau, serta bekas budak yang ikut beliau.
Apa yang harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam lebih luas lagi? Beliau tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy menyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang mereka
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.
Keislaman Abu Bakar
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah teman akrab Rasulullah sejak zaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah.
Rasulullah amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah. Beliau segera keluar mencari sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah:
“Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau tidak lagi terlihat di majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan."
Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah, sabda Rasulullah
“Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada agama Allah dengan keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa yang kusampaikan adalah kebenaran.
Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat kepada-Nya."
Rasulullah memperdengarkan beberapa ayat Al Qur'an Selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung memeluk Islam Melihat keislaman sahabatnya, Rasulullah amat gembira. Tidak seorangpun yg ada di antara dua gunung di Mekah yg kegembiraanya melebihi kegembiraan Rasulullah saat itu
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada teman-temannya. Beliau juga mengajak mereka mengikuti Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abu Waqash pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
Keislaman Utsman bin Affan
Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang keislamannya:
“Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit. Tidak lama kemudian, Rasulullah datang ke tempat itu juga dan aku perhatikan beliau.
Waktu itu, tampak jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan berkata: “Wahai Utsman, mengapa kau memerhatikan aku begitu rupa?"
Aku menjawab, “Aku merasa kagum terhadap engkau dan terhadap kedudukan engkau di antara kami. Aku juga kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai dirimu."
Utsman melanjutkan, “Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi Allah, mendengar kalimat itu, hati ku langsung bergetar.
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka, demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan."
(Adz Dzariyat, 51: 22-23).
Kemudian, Rasulullah berdiri dan pergi keluar. Aku pun mengikuti beliau dari belakang. Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."
Pengorbanan Seorang Istri
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak akan dibenci oleh orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang tidak pernah beliau nikmati.
Kaum Muslimin Awal
Mengetahui betapa kerasnya kebencian orang-orang Quraisy, kaum Muslimin permulaan (Assaabiquunal Awaluun), melaksanakan ibadah mereka secara sembunyi-sembunyi. Jika hendak shalat mereka pergi ke celah-celah gunung di Mekah.
Keadaan ini berlangsung selama tiga tahun berturut turut. Sementara itu, sedikit demi sedikit Islam semakin meluas. Firman Allah yang turun satu demi satu semakin memperkuat keyakinan kaum Muslimin.
Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah yang beliau contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang penuh bakti dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat rendah hati sekaligus gagah berani.
Tutur kata beliau lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti ditunaikan sebagaimana mestinya. Perlakuan Rasulullah SAW terhadap orang-orang yang lemah, yatim piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut dan sayang.
Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang disampaikan Allah padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya. Beliau juga merenungkan betapa luar biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya.
Seluruh permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti itu membuat orang-orang yang sudah beriman semakin bertambah cintanya kepada Islam dan semakin kukuh keimanannya.
Mereka sudah berketetapan hati meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka dan tidak takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.
Kalau orang lain telah Rasulullah dakwahi bagaimana dengan keluarga beliau? Apakah beliau juga berdakwah kepada paman-paman beliau yang sebagiannya merupakan para pembesar Quraisy yang disegani?
Apa yang mereka lakukan ketika mereka tahu bahwa Rasulullah mengajak meninggalkan sesembahan berhala yang telah begitu lama diwariskan oleh nenek moyang mereka
Jamuan Makan Untuk Kerabat
Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah SAW daripada kaum kerabatnya sendiri. Setelah tiga tahun, turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau berdakwah kepada kerabatnya.
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين
Dan berilah peringatan kepada kerabat kerabat mu yang terdekat
Asy-Syu'ara' (26:214)
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan;
Asy-Syu'ara' (26:216)
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang
Asy-Syu'ara' (26:217)
Rasulullah mengundang makan keluarga besar beliau. Mereka pun datang,
“Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau yang bernama Zubair
Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah berdiri dan berkata,
“Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini.
Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?"
Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun mereka kembali terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih remaja bangkit seraya berseru lantang!:
“Rasulullah, saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!"
Rasulullah menepuk bahu sepupunya Ali, sambil berkata kepada yang lain;
“Inilah saudaraku, pembantu, dan pengganti ku. Ikuti dan patuhilah dia!"
Mendadak tawa hadirin meledak. Seseorang berkata kepada Abu Thalib;
“Ia memerintahkan engkau supaya mendengar dan mematuhi anakmu sendiri"
Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang pun di antara para undangan yang tertawa terbahak-bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan ditebas Ali memang bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu.
Walid bin Mughirah
Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat yang merupakan penyair hebat. Dengan syair syairnya, mereka berusaha menjelek jelekkan Rasulullah. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat penyairnya
Penduduk Mekah Tidak Hirau
Meski ajaran Rasulullah meluas dengan cepat, penduduk Mekah masih berhati-hati dan tidak terlalu hirau. Mereka menduga ajakan Rasulullah akan hilang dengan sendirinya dan orang akan kembali menyembah kepercayaan nenek moyang mereka.
Yang akhirnya, yang menang pasti Hubal, Latta dan Uza pikir mereka, tidak sadar bahwa keimanan murni yang diajarkan Rasulullah SAW tidak dapat dikalahkan.
Seruan dari Bukit Shafa
Rasulullah menaiki Bukit Shafa. Kemudian dengan suara lantang, beliau memanggil-manggil
“Wahai orang-orang Quraisy Wahai orang-orang Quraisy!"
Penduduk Mekah yang sibuk dengan urusannya terkejut dan menoleh
“Muhammad berseru dari atas Shafa!" seru mereka
Seketika, orang-orang datang berduyun sambil bertanya-tanya khawatir,
“Ada apa?"
Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya.
“Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda yang siap menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"
tanya Rasulullah
“Kami percaya!" jawab orang-orang yang di berkerumun itu.
“Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta."
Rasulullah menarik napas dan menyampaikan seruannya;
“Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang amat berat! Wahai orang-orang Quraisy, Allah memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa yang terbaik bagi kehidupan dunia dan akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasulullah."
Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab yang juga hadir di situ, dengan cepat naik darah. Ia berseru keras-keras mencaci Rasulullah
“Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah seluruh hari-harimu! Hanya untuk omong kosong itukah kamu mengumpulkan kami?"
Rasulullah tidak berkata apa-apa dihina sekeras itu. Beliau hanya menatap tajam wajah Abu Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang Quraisy seperti disadarkan dari rasa terpesonanya. Mereka bubar dengan bermacam tingkah.
Ada yang mengerutkan kening, ada yang berbisik bisik, ada yang melirik Rasulullah SAW sambil tersenyum mencibir.
Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah. Turunlah firman yang mengutuk perbuatan itu.
Turunnya Surat Al-Lahab
Allah berfirman: mengutuk Abu Lahab
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”
Surah Al-Lahab (111:1)
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
“Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”
Surah Al-Lahab (111:2)
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak”
Surah Al-Lahab (111:3)
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
Surah Al-Lahab (111:4)
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Surah Al-Lahab (111:5)
Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau katakan? Dengarlah, keponakanmu Muhammad tidak akan pernah lagi bungkam terhadap orang yang menentangnya. Keponakanmu Muhammad tidak akan pernah lagi menerima caci maki dan hinaan dari siapa pun sekali pun dari pamannya sendiri.
Jika caci maki itu ditujukan pada ajaran Allah yang dibawanya. Keponakanmu Muhammad bahkan siap terjun ke medan laga untuk menghadapi orang orang yang sombong dan congkak seperti dirimu.
Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman Allah yang baru turun itu! Bukankah firman itu seperti gelegar petir yang menyambar dirimu?
Dirimulah yang binasa Abu Lahab! Seluruh hari harimulah yang binasa! Binasalah kedua tanganmu dan sungguh engkau akan benar-benar binasa!
Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab artinya si “Umpan Api"
Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah dihina Abu Lahab. Abu Lahab adalah paman Rasulullah SAW
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum dengan ke dua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.
Selain Abu Lahab, ada seorang lagi yang amat murka dengan turunnya Surat Al Lahab. Dia adalah Ummu Jamil, istri Abu Lahab.
Begitu mendengar bunyi Surat Al Lahab yang disampaikan orang kepadanya, hati Ummu Jamil menggelegak marah. Ia keluar rumah dan berjalan ke sana kemari mencari sasaran pelampaisan kemarahan. Tidak lama kemudian, ia bertemu dengan Abu Bakar. Amarahnya naik ke ubun ubun.
“Apa maksud temanmu melantunkan syair tentang diriku?" bentak Ummu Jamil kepada Abu Bakar.
Abu Bakar mengerti bahwa yang dimaksud Ummu Jamil adalah Rasulullah. Sebenarnya, saat itu Rasulullah ada di sisi Abu Bakar, tetapi Allah menutupi beliau dari pandangan Ummu Jamil.
“Demi Allah, temanku itu tidak pandai bersyair!" sanggah Abu Bakar.
“Bukankah temanmu itu mengatakan bahwa di leherku ada tali dari sabut yang dipintal?"
Ummu Jamil meraba raba lehernya. Di leher itu, ada untaian kalung yang amat indah. Ia mempertontonkan perhiasannya itu kepada Abu Bakar sampai Abu Bakar merasa jengah dan memalingkan wajahnya.
“Inilah tali sabut yang dimaksud temanmu itu?" ejek Ummu Jamil sambil tersenyum. “Tidakkah ini merupakan tali sabut paling indah di dunia?"
Ummu Jamil kemudian berlenggak-lenggok genit sambil mempermainkan kalungnya. Ia tertawa dengan congkak. Abu Bakar tidak membalas, beliau cuma memejamkan mata.
Melihat Abu Bakar yang tetap tenang, Ummu Jamil melengos pergi sambil mengomel
“Semua orang Quraisy tahu bahwa aku adalah putri kebanggaan mereka!"
Ummu Jamil adalah wanita yang sangat cantik. Ummu Jamil berarti "Ibu Kecantikan". Namun, seperti suaminya, Ummu Jamil sangat membenci Rasulullah dan kaum Muslimin.
Begitu bencinya sampai ia menyuruh budak budaknya melemparkan kotoran dan batu kepada Rasulullah SAW setiap kali beliau lewat.
Bersambung besok, insya Allah 🙏🏿
Sallu ala Nabi🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bersungguh-sungguh atau hanya sekedar mengejek, orang-orang Quraisy sering meminta mukjizat kepada Rasulullah.
“Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pasti akan beriman kepadamu!" demikian seru salah seorang dari mereka kepada Rasulullah.
“Muhammad! Kalau engkau benar benar Rasulullah, mintalah Tuhan agar menyulap Bukit Shafa dan Marwa menjadi bukit-bukit emas!" seru yang lain.
“Ya, itu benar! Tetapi kalau Tuhanmu tidak sanggup membuat bukit emas, cobalah turunkan ayat-ayat Allah itu dalam sebuah kitab yang diturunkan langsung dari langit! Itu pun sudah akan membuat kami beriman!"
Thoriqoh kami adalah thoriqoh Sayyidina Ali bin Abu Thalib karamallahu wajhah yaitu thoriqoh yang di saat berkuasa tidak menjajah dan tidak merasa berkuasa.
Thoriqoh kami adalah thoriqoh Sayyidina Hasan ra., yaitu thoriqoh yang mengalah untuk kebaikan umat Islam
Thoriqoh kami adalah thoriqoh Sayyidina Husain ra., yaitu thoriqoh yang berani melawan kemungkaran hinggga tetes darah penghabisan
Thoriqoh kami adalah thoriqoh Sayyidina Ali Zainal Abidin ra., yaitu thoriqoh yang pemaaf dan tak pendendam kepada orang yang telah membunuh keluarganya di depan mata beliau sendiri
Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan pernikahan ini. Dari seorang pemuda tidak kaya, Allah telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan tinggi dengan harta yang mencukupi.
Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan yang hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal ini kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama Quraisy.
Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan harta berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa Muhammad yang bijak dan cerdas akan membimbing istrinya menuju kebahagiaan hidup.
Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu yang kurang dari rombongan Quraisy itu. Maka, ia kembali mengulangi permintaannya
“Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak makan makananku ini."
Salah seorang Quraisy berkata;
“Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan rombongan."
Buhaira menggeleng-geleng kepala
“Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan bersama kalian!."
Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari mereka bahkan berkata;
Suatu saat Rasulullah SAW keluar pergi ke suatu tempat, Sayyidina Abdurrahman bin 'auf melihat, lalu mengikuti, hingga sampailah masuk ke kebun kurma, dalam kebun tersebut beliau tiba-tiba bersujud, keadaan sujudnya pun berlangsung lama,
Abdurrahman bin 'auf takut dalam kondisi itu Allah mencabut nyawa Rasulullah, setelah lama memperhatikan dengan penuh khawatir, Rasulullah pun mengangkat kepala lantas berkata: "Apa yang terjadi denganmu Wahai 'Abdurrahman?"
Jawab Abdurrahman, menceritakan rasa kekhawatiran dirinya pada Rasulullah.
Kemudian Beliau berkata: "Sesungguhnya Malaikat jibril membawa kabar gembira bahwa Allah Ta'ala bersabda :
Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima kedatangan mereka dengan rasa heran
”Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal denganmu?"
“Ya," jawab Halimah
“Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya. Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan."