Hei Bung Bongasal eh Bonanza, ...
ga usah ngomong kemana-mana yang ga jelas lah, mana pake ngumpat segala. Jawab saba soal buku yang bukan Primbon yang bikin kamu percaya Utsmaniyah pernah punya daulat di Nusantara—bahkan sebelun abad XIV?
🙂
Ini lho Bung @mahadika25 alias Bongasal eh Bonanza, pertanyaam dari saya yang belum kamu jawab tuntas—karena agaknya memang ga ada buku rujukannya sih ya.
😁
"Pengen jelasin"
apa
"Ga pengen jelasin"
apa
"Ga bisa jelasin"
???
Cara ngeles lo murah dan amatiran, Bung.
😁
Tubir ini ga ditentukan dengan tawaran kompromimu yang konyol kayak cucian direndem seminggu.
Ini ditentukan dengam kamu bisa nyebut satu saja buku ilmiah non Primbon yang kemarin kamu klaim.
😁
Pengen tahu "TETOOOT" apa?
Itu adalah mantra tradisional Jawa warisan zaman Medang supaya terhindar dari ketularan bodoh dan ngasal dari lawan bicara.
Saya sudah membuktikannya dalam 70 x 7 x tubir sebelumnya.
😁
Emang di kitab-kitab itu termuat bahwa Utsmaniyah sudah pernah punya daulat atas Kepulauan Asia Tenggara, bahkan sebelum era Majapahit?
Ditanya apa, nyambernya apa.
Ya kan ini masih pertanyaan yang nyambung sama twit awal maupun twit kemarin.
TETOOOT ...
Aku mah ga masalah mesti baca umpatan apa cap apa pun, asal disebutkan saja buku rujukan yang kamu bilang ilmiah tentang kekuasaan Ottoman sampai Nusantara.
Jika khususnya utk poin 2, suksesi takhta lebih ditentukan oleh mekanisme internal pihak kesultanan/kerajaan di Nusantara ketimbang izin Ottoman, ya itu artinya ga ada kepemimpinan riil Ottoman di Nusantara.
🙂
Sebelum seorang calon raja di Kesultanan Yogyakarta dpt naik takhta, dng siapa ia mesti bernego utk rumuskan hak-kewajiban selama memerintah, dng VOC & kemudian Kolonial Belanda atau dng pihak Ottoman?
🙂
Br sj dikabari @Rudy_Setyawan33
tentang 1 akun yg ngetwit demikian. Awal baca cm mesem. Lama-lama mangkel bgt.
Lalu jd ingat bahwa ini 13 Nov, sudah begitu dekat dng 17-19 Nov, tanggal yg mana 126 th lalu, 1894, ada suatu banjir darah di Lombok.
Tak kurang dari 800 laki-laki maupun perempuan Bali & Lombok mati di kompleks Puri Cakranegara. Mereka termangsa serbuan pasukan ekspedisi pihak Belanda yang tentu saja bersenjata jauh lebih moderen dibandingkan persenjataan orang Bali & Lombok.
Jumlah korban di pihak Bali-Lombok malah ada disebut mencapai sekitar 2.000 orang.
Belanda sebagai pihak penyerbu—dalam ekspedisi intervensi militer di antara perang pihak Bali vs Sasak—kehilangan 40-an hingga 160-an personelnya.
Jd setahumu, Islam hadir di Jawa mulai sktr abad brp?
NKRI sdh ada sjk abad 7M?
Kerajaan apa yg sdh dkt dng Islam sjk sktr abad 7 M?
Apa sj bagian Negarakretagama yg bwtmu bs berpendapat itu palsu?
Jika mnrtmu Negarakretagama palsu, gmn kamu bs yakin Majapahit cm di Jatim?
🙂
Oh ya, @marsel_trii, tentang Sumpah Palapa, yang dimaksud dengan palsu gimana sbnrnya, tidak pernah ada pengucapan sumpah atau ternyata tidak terpenuhi?
Bukti sejarah pengaruh politik riil Majapahit di luar Jatim:
-Insiden diplomatik berdarah vs Tiongkok 1379 soal takhta penguasa Sumatra yg dicatat pihak Tiongkok
-Catatan Tome Pires pd 1500-an: Jawa/Majapahit pernah punya dominasi atas Kepulauan AsTeng
Terlalu byk kengawuran sejarah dlm 1 twit 🙂: 1. Mpu Mada nyatanya tidak pernah sampai menyatukan Sabang-Merauke. 2. Pd akhir abad XIII-mid abad XIV, wilayah kekuasaan Turki Utsmaniyah baru sebatas sktr Anatolia & mulai merambah Balkan. Pengaruhnya blm sampai Asia Tenggara.
Atau Anda mengelirukan JB van Heutz, yg pd akhir abad XIX-awal abad XX adalah Jenderal KNIL & kemudian GubJen Hindia Belanda, dng Gajah Mada?
Soalnya yg berhasil menyatukan Sabang-Merauke itu Meneer Van Heutz itu.
🙂
Dengan tingkat kengawuran seperti yg Anda twitkan ini, jadi pengen tahu buku ilmiah yg bisa Anda sarankan utk belajar sejarah apa sih ... atau ada ga sih benernya?
🙂
Pernah denger mitos soal gunung-gunung sebagai pasak/paku penyeimbang Pulau Jawa?
Nah, lebih percaya mana versi Kisah Syech Subakir apa versi Tantu Panggelaran?
🙂
Hmmm versi yang kedua sih hampir pasti dicipta lebih tua dari versi yang pertama.
🙂
Menurut naskah 'Tantu Panggelaran', yg berangka tahun 1557 S alias 1635 M, Jawa pernah menjadi sebuah pulau yg terombang-ambing oleh ombak lautan.
Untuk menjadikannya jadi mantap & seimbang, sehingga memungkinannya aman didiami manusia, para dewa konon lantas berembug.
Sbg suatu tulisan yg berlatar sejarah, meski utk penyajian populer, lebih lagi berpenulis mahasiswa S2 Sejarah & Peradaban, berkisah tentang Ken Angrok dng masih mengisahkannya sbg pebinor bandit, jg disertai soal kutukan keris Mpu Gandring, sungguh banal.
cc @doneh@vonninar
Kisah Ken Angrok dng plot masih bertumpu soal jadi bandit, pebinor, jg pemicu sekaligus korban kutukan keris Mpu Gandring, adalah sesuatu yg boleh dibilang kadaluwarsa atau setidaknya tidak bisa lagi ditempatkan sbg narasi utama tentangnya, setidaknya sejak akhir 1970-an.
Terbilang kedaluwarsanya kisah Ken Angrok sbg bandit, pebinor, jg pemicu sekaligus korban kutukan keris Mpu Gandring, terjadi sejak ditemukannya Prasasti Mula Malurung berangka tahun 1255, prasasti terpenting peninggalan Kemaharajaan Tumapel-Singhasari.