JZ Profile picture
24 Nov, 61 tweets, 10 min read
LOSMEN TUA

[Based on True Story]

@bacahorror
#bacahorror
#kisahnyata

Sebuah losmen tua, bangunan bergaya Belanda yang berdiri kokoh ditengah keramaian salah satu kota di pesisir utara Jawa Timur, menyimpan misteri yang tak terungkap, hingga kini masih terngiang dalam ingatan. Image
Kejadian ini terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, tepatnya saat aku masih duduk di bangku kuliah. Masih bisa kuingat jelas tiap detail kejadian hari itu, yang hingga hari ini pun masih mengganggu pikiranku.
Berawal saat aku dan pacarku, sebut saja Bulan, berkunjung ke salah satu kota di pesisir utara Jawa Timur. Jaraknya sekitar 90km dari kotaku.
Bulan adalah seorang SPG yang memang pekerjaan sehari-harinya berjualan dari satu rumah ke rumah yang lain, hanya dengan berjalan kaki. Usianya masih belum genap 18 tahun, namun semangat kerjanya tak bisa dibandingkan dengan kebanyakan gadis lain seusianya.
Aku selalu mendukung apa yang dikerjakan oleh Bulan, seringkali aku mengantarnya keliling berjualan disaat jadwal kuliahku kosong. Hari itu kami sepakat untuk berjualan ke kota lain, kota yang menjadi favorit Bulan.
Karena warga disana tingkat konsumsinya bisa dikatakan besar, jadi barang jualan Bulan cepat habis. Selain itu kota tersebut juga merupakan kota kelahiran Bulan, dan kami bisa sekalian refreshing ke pantai setelah barang jualan kami habis.
Perjalanan untuk menuju kota tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan motor. Saat itu kami berangkat jam 7 pagi. Dengan membawa 2 ransel besar yang penuh dengan barang dagangan, dengan harapan 2 hari saja tas itu akan kosong.
Sesampainya di kota tersebut kami langsung berkeliling jualan, dari kampung ke kampung, rumah ke rumah, sambil mencari hotel murah untuk tempat menginap kami nanti malam. Hingga siang hari kami masih belum memutuskan untuk menginap di hotel mana.
Saat melewati komplek pasar dan pertokoan, kami melihat papan nama sebuah penginapan "Losmen X". Losmen tersebut tepat berada di jantung kota, terletak di tengah-tengah pertokoan yang ramai. Namun bangunannya terlihat sangat tua, masih bergaya Belanda.
Dari depan tampak seperti rumah biasa, dengan halaman kecil berpagar besi pendek. Bangunan tua yang terlihat normal-normal saja. Tanpa pikir panjang, kami memutuskan untuk berhenti dan masuk kedalam losmen itu. Awalnya sekedar menanyaan tarif menginap.
Setelah memarkir motor, kami mencari penjaga losmen tersebut. Kami memberi salam kepada orang yang berada di sebuah bangunan kecil didepan sebelah kanan losmen tersebut. Bangunannya seperti pos satpam namun agak besar dan memanjang.
Aku menyempatkan diri untuk melirik situasi, mengamati keadaan sekitar sambil menanyakan apakah ada kamar kosong dan tarif menginap semalamnya. Ternyata ada kamar kosong dan tarifnya hanya 50 ribu rupiah per malam. Seketika itu juga kami berucap "Deal !!"
Sekali lagi aku mengamati keadaan sekitar sambil membayar dan menyerahkan kartu identitas kepada orang tersebut. Di dalam bangunan kecil itu ada dua orang, kusimpulkan sepasang suami istri keturunan tionghoa, sudah cukup berumur. Sepertinya mereka pemilik losmen tersebut.
Setelah membayar, pemilik losmen tersebut mengantarkan kami masuk kedalam untuk memilih kamar. Setelah masuk losmen, aku cukup terkesan dengan konsep bangunannya. Sungguh peninggalan Belanda yang masih terawat, karena jarang-jarang ada bangunan seperti ini di kotaku.
Ternyata losmen ini memiliki banyak kamar di dalamnya, pintu-pintu dan jendelanya besar, langit-langitnya tinggi, tekstur temboknya pun masih asli, lantainya juga bukan keramik. Akhirnya aku memilih kamar yang paling depan, dekat pintu utama.
Setelah menyerahkan kunci kamar, pemilik losmen itu mengatakan bahwa kamar mandi ada di bagian ujung belakang rumah. Lumayan jauh dari kamarku. Tapi tak apa, yang penting kami bisa beristirahat dengan harga yang sangat murah.
Maklum lah, kami datang kesini dengan niat mengais rupiah, bukan untuk bersenang-senang.

Kamar kami cukup luas, mungkin ukurannya sekitar 4x4. Ada lemari besar, meja, dan ranjang besi kuno ukuran sedang lengkap dengan kelambunya.
Aku benar-benar terkesan dengan semua perabotnya yang serba kuno, seperti kembali ke jaman dulu.

Kami menata barang-barang kami di meja, kemudian memutuskan untuk tidur istirahat karena sudah setengah hari berkeliling jualan. Bulan pun terlihat sangat lelah.
Disamping Bulan, aku mencoba untuk memejamkan mata. Berusaha agar terlelap karena setelah ashar kami akan melanjutkan berjualan. Namun semakin keras aku berusaha untuk tertidur, semakin keras pula mata ini berusaha untuk terbuka. Sepertinya pikiran dan mataku tak sejalan.
Kulihat Bulan sudah terlelap, aku yang tidak bisa tidur mencoba untuk menjelajahi losmen sekalian mencari lokasi kamar mandi. Di bagian dalam losmen tampak gelap, tak tertembus cahaya matahari. Lalu ada sepasang manusia keluar dari salah satu kamar, ternyata kami tidak sendirian.
Aku merasa lega, ada penyewa lain di losmen ini. Mungkin bagi orang lain losmen ini memang terlihat sangat menyeramkan, tapi entah kenapa aku dari dulu suka tempat seperti ini. Aku sih melihatnya dari sudut pandang seni arsitekturnya. Jadi tak ada lagi perasaan takut di otakku.
Setelah melihat-lihat losmen, aku berpikir tempat ini sangat cocok jika dijadikan lokasi syuting film horror. Semuanya benar-benar autentik.

Aku hanya heran, dengan harga yang sangat murah, mengapa aku hanya melihat sepasang penyewa saja selain aku. Padahal hari ini hari Sabtu.
Biasanya penginapan ramai penyewa saat akhir pekan seperti ini.
Apakah karena saat ini masih siang jadinya sepi, entah kalau malam hari, mungkin akan ramai penyewa.

Setelah aku kembali ke kamar, aku dikejutkan dengan sekelebat sosok yang seakan mengintip dari jendela kamar.
Memang saat itu jendela kamar sedikit terbuka, aku bergegas membuka jendela seluruhnya dan mencari sosok tadi, namun tak ada orang sama sekali. Aku mencoba untuk bepikir positif, mungkin itu pemilik losmen yang sedang lewat. Disamping kamar memang ada lorong kecil.
Sepertinya lorong itu digunakan untuk menjemur pakaian oleh pemilik losmen.
Bulan masih tertidur, aku kembali mencoba untuk merebahkan tubuh yang lelah, menatap langit-langit menanti waktu ashar tiba.
Aku sangat mengantuk kala itu, namun mataku masih sulit untuk diajak bekerjasama. Dalam keadaan setengah sadar entah mengapa aku merasakan ada aktivitas manusia lain, padahal hanya ada aku dan Bulan yang tengah tertidur. Sekelebat bayangan kadang nampak hilir mudik.
Ah, mungkin hanya penunggu losmen. Aku tak menghiraukan, yang penting aku tidak merasa terganggu dengan keberadaan mereka.
Aku memang cukup akrab dengan aktivitas dunia lain. Prinsipku, asal mereka tidak benar-benar mengganggu aku tak pernah mempermasalahkannya.
Akhirnya aku bisa terlelap meski hanya sebentar. Saat aku membuka mata Bulan tidak ada disampingku. Mungkin dia sedang mandi karena kulihat sudah jam tiga sore lebih. Aku menyusulnya ke kamar mandi, sekalian mandi juga dan bersiap untuk mengantar bulan berjualan.
Benar saja, aku melihat Bulan baru keluar dari kamar mandi. Tumben dia berani, pikirku. Padahal biasanya untuk pergi ke kamar mandi saja dia selalu minta antar.
"Surem ya disini", ujar Bulan.
"Biasalah, penginapan tua kan memang kayak gini", timpalku.
Saat aku melangkahkan kaki di kamar mandi, hawanya langsung berubah. Aku merasa sesak, pusing, dan mual. Tiba-tiba aku muntah. Aku merasa ada yang tidak beres disini. Namun kutepis semua pikiran negatifku, mungkin aku hanya masuk angin. Akhirnya kuputuskan untuk cuci muka saja.
Setelah menyiapkan barang dagangan, kami keluar dari kamar dan mengunci pintu. Di halaman losmen kulihat pemilik losmen sedang menyapu, istrinya tampak sedang memasak di dalam bangunan seperti pos satpam memanjang yang mungkin menjadi tempat tinggal mereka.
Keluar dari pagar losmen perasaanku tiba-tiba menjadi lega tanpa beban, sangat berbeda ketika saat berada di dalam. Jalanan depan losmen penuh aktivitas warga, pertokoan juga tak sepi. Aneh sekali, pikirku. Aku menoleh lagi kearah losmen, kali ini pemilik losmen melirik kearahku.
Lirikan penuh makna, entah apa yang ada di pikiran dia.

Aku melanjutkan berkeliling di kampung sekitar untuk mengantar Bulan berjualan.

Di tengah perjalanan aku sengaja membuka obrolan.
"Nyenyak tadi tidurnya?"
"Apaan, aku mimpi setan!!" jawab Bulan dengan nada meninggi.
"Setan gimana?" aku kembali bertanya penasaran.
Kemudian Bulan menceritakan kembali mimpinya padaku.

Saat itu dia bermimpi berada di dalam losmen yang kita tempati tadi namun suasananya sangat berbeda. Losmen tersebut sangat ramai pengunjung. Seakan semua kamar penuh.
Yang menyeramkan ternyata semua pengunjung disana tidak terlihat seperti manusia normal. Semua wajahnya pucat pasi, tanpa ekspresi. Hampir semua berambut pirang dan berkulit putih.
Dari setiap kamat terdengar tangisan serta jeritan merintih seakan ada yang tersiksa didalam.
Namun pengunjung yang berlalu lalang sama sekali tidak berekspresi. Kemudian Bulan merasa seperti ada yang menarik paksa tangannya untuk masuk kedalam salah satu kamar, sontak ia merusaha meronta dan akhirnya terbangun dari tidur.
"Ah, kamu kecapekan kali, makanya mimpi buruk." Aku mencoba untuk menghilangkan rasa takutnya.

Aku merasa kejanggalan sejak tadi ditegaskan kembali oleh mimpi Bulan. Rasanya penunggu losmen itu ingin memberi isyarat pada kami. Tapi aku sama sekali tidak mengerti apa maksudnya.
Tak terasa hari sudah menjelang maghrib. Kami kembali menuju losmen untuk beristirahat agar esok bisa kembali beraktivitas menghabiskan barang dagangan kami. Setibanya di losmen, aku mengernyitkan dahi karena dari depan penerangan losmen tampak sangat minim.
Diparkiran juga tak ada kendaraan lain, tanda bahwa losmen tersebut belum ada penyewa baru. Setelah memarkir motor, kami berjalan melewati teras depan menuju kamar. Dari sinilah pikiranku meracau. Di tangga kecil teras depan kami melihat ada sesajen tergeletak.
Tampak ada beberapa jenis bunga, kopi hitam serta kemenyan yang baru dibakar. Aromanya sangat wangi, aku suka.
Wait, pikirku. Aku teringat bahwa hari ini adalah malam Minggu, bukan malam Jumat. Wajar bagiku jika ada sesajen pada malam Jumat.
Masyaralat di kotaku juga sering menyediakan sandingan pada saat malam Jumat. Tapi sekarang malam Minggu. Sesuatu hal yang sangat ganjil sekali. Apalagi pemilik losmen ini adalah keturunan tionghoa. Mengapa mereka membakar kemenyan?bukannya dupa.
Sungguh aku merasakan bahwa ada yang tidak beres disini. Semua terasa ganjil.

Aku dan Bulan saling menatap mengernyitkan dahi.

Sudahlah, mungkin itu hanya kebiasaan atau rutinitas pemilik losmen saja, pikirku.

Kami bergegas masuk ke dalam kamar.
Aroma kemenyan tercium hingga kedalam kamar kami. Bulan sudah terlihat gusar, namun aku tetap berusaha mengajaknya bercanda untuk mencairkan suasana.

Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol santai hingga pukul 8 sore.
Aku mencoba mengalihkan perhatian Bulan agar dia tidak memikirkan hal-hal yang lain. Padahal sedari tadi aku sendiri merasa sedikit terganggu dengan sosok-sosok yang hilir mudik di dalam kamar ini.
Aku sudah berusaha untuk menghiraukan aktivitas mereka, namun sepertinya mereka ingin untuk tidak dihiraukan. Suasana seperti ini yang aku tidak suka. Seakan mereka sedang mencari perhatian.
Setelah lelah mengobrol akhirnya Bulan merasa mengantuk. Dia memiringkan badannya menghadap tembok membelakangiku. Aku pun juga merasa cukup lelah dan ingin segera beristirahat.
Aku memeluk Bulan dengan sebelah tangan. Sambil sedikit bersenandung lirih agar Bulan cepat terlelap.
Selang lima menit, aku merasa ada sesuatu merayap diatas tanganku yang sedang memeluk Bulan. Kulirik perlahan.
Benar saja, ada sebuah tangan pucat yang menyentuh tanganku.
Sontak aku bangun dan duduk di tepian ranjang. Sumpah serapah kuucap dalam hati.
Namun aku kembali merebahkan tubuhku. Aku mencoba mengindar untuk berinteraksi dengan mereka karena aku tidak ingin terlibat dengan dunia mereka.

Untung saja Bulan sudah terlelap.
Kulihat jam sudah menunjuk angka 10. Aki masih belum bisa tidur. Gangguan berupa bunyi-bunyian terus mengusikku. Aku masih bersikap cuek.

Tiba-tiba ranjang bergetar perlahan seperti ada gempa, semakin lama semakin keras hingga berderit kencang.
Sampai-sampai Bulan terbangun dari tidurnya.

"Ada gempa?" Tanya Bulan dengan ekspresi kaget.
"Iya mungkin, udah tidur lagi sana", jawabku.

Mataku terbelalak ketika melihat dipojok kamar ada sesosok wanita tergantung lemas.
Kedua matanya melotot, lidahnya terjulur hingga seleher. Rambutnya coklat gelap terurai berantakan.
Sialan, pikirku.

"Ayo kita pindah hotel saja", sambil menarik tangan Bulan aku berucap.
"Kenapa emangnya?" Tanya Bulan heran.
"Nanti aja aku cerita, cepat beres-beres", jawabku.
Tanpa pikir panjang kami segera berkemas.

Jujur saja saat itu perasaanku sudah campur aduk, antara kaget, takut, gerah, dan emosi. Aku paling tidak suka jika makhluk dari dunia lain menggangguku, apalagi menampakkan diri dengan wujud yang tidak enak dipandang.
Saat keluar dari kamar aku melirik ke bagian dalam losmen.
Ternyata banyak sekali makhluk gaib yang berada di dalam. Mereka meambaikan tangan seakan mengajakku masuk ke dalam.

Aku segera memalingkan muka dan melangkahkan kaki dengan cepat keluar bangunan losmen.
Kemudian kami mengetuk pintu rumah pemilik losmen untuk mengambil kartu identitas juga menyerahkan kunci kamar. Untung mereka belum tidur.

Pemilik losmen nampak heran melihat wajahku yang penuh keringat dan terkesan check-out terburu-buru.

Mada bodoh, pikirku.
Akhirnya malam itu kami menginap di hotel lain yang tidak jauh dari losmen tadi. Meski harganya sedikit lebih mahal, aku tak keberatan asal tidak ada gangguan seperti tadi.

Sialnya saat aku ingin mengambil uang di dompet, aku tersadar bahwa dompetku tidak ada di saku celana.
Aku teringat bahwa terakhir kali aku meletakkan dompetku dibawah bantal di losmen tadi. Pasti masih tertinggal disana. Siaaaaaaal.

Akhirnya kami terpaksa kembali ke losmen tersebut hanya untuk mengambil dompetku yang tertinggal.
Saat kembali ke losmen, Bulan yang mengambilkan dompetku ditemani oleh pemilik losmen.

Aku menunggu diatas motor di depan pagar. Bukan karena takut, tapi aku berusaha keras untuk menghindar dari makhluk-makhluk tidak jelas itu.
Dari depan saja tampak mereka masih melambaikan tangan kearahku. Entah apakah mereka ingin membuat kami celaka atau mungkin mereka ingin menunjukkan sesuatu padaku.

Hingga kini hal itu masih menjadi misteri yang mengganjal di benakku.
Aku sengaja tidak menyebutkan nama losmen itu, ditakutkan ceritaku akan membawa dampak yang merugikan pihak pemilik losmen. Saat ini aku juga tidak tahu apakah losmen itu masih beroperasi atau tidak.
Jikalau ada warga asli sekitar losmen itu yang tahu lebih banyak cerita ganjil tentang losmen itu silahkan berbagi cerita. Jujur aku masih penasaran ada apa sebenarnya atau pernah terjadi kejadian apa di losmen tersebut.
Semoga ada warga kota santri yang membaca cerita ini.

-JZ-

@bagihorror
@IDN_Horor
@bacahorror

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with JZ

JZ Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!