w a h . Profile picture
Dec 3, 2020 185 tweets 25 min read Read on X
"DISUKAI KUNTILANAK"

Sebuah kisah seorang pemuda yang disukai oleh seorang perempuan, yang ternyata bukan seorang manusia. Melainkan adalah 'Kuntilanak'

- A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #malamjumat Image
Pernah tidak, terbesit dalam pikiran kalau kamu disukai oleh seorang Kuntilanak?

Nah, kalau belum, di cerita kali ini saya akan menceritakan sebuah kisah tentang seorang pemuda yg disukai oleh Kuntilanak di dalam hidupnya.
Seperti biasanya, saya akan mulai cerita nanti kalau sudah lumayan ramai.

Silahkan like dan RT sebanyak-banyaknya dulu, serta notice dan tinggalkan komentar apa saja yg ingin kamu tinggalkan agar tidak ketinggalan ceritanya.
Monggo, sambil menunggu ceritanya bisa baca-baca dulu keseruan cerita-cerita saya sebelumnya. Sampai jumpa nanti!
...

Sebelum mulai dan membaca cerita ini, saya anjurkan berdoa terlebih dulu agar tidak terjadi hal-hal yg tidak diinginkan.

Bismillahirrahmanirrahim....

Semoga kita semua senantiasa terhindar dari segala godaan setan yg terkutuk.
"sodaqollahul adzim......"

Pengajian sore ini selesai, para santri berbondong-bondong keluar dari masjid dan melanjutkan aktifitasnya sore hari ini. Ada yg kembali ke asrama, dan ada yg sekedar ngobrol dengan teman sesama kelasnya nya di pelataran masjid atau di tempat lainnya
"Yok, jagongan nang ngarep kelas 3 kono karo nunggu maghrib(yok, nongkrong di depan kelasa 3 sana sambil nunggu maghrib)" ucapku mengajak segerombol temanku yg sudah ku anggap sebagai saudaraku sendiri

"Yok...." jawab semua temanku tanda setuju
Aku, ditemani 4 temanku Abdul, Angga, Cakra dan Wisnu berjalan kelas nomer dua dari ujung yg ada di pondok ini.

"Sejuk ya hawane sore-sore ngeneki (sejuk ya hawanya sore-sore begini)" terang Angga dengan menghirup dalam-dalam udara sambil berjalan
Sesampainya di depan kelas 3, kami duduk dibangku yg ada di depannya. Kberlima ngobrol ngalor ngidul membicarakan semua hal yg ingin mereka katakan. Bahkan, obrolan kami tak luput membahas tentang para santriwati yg cantik dan anggun-anggun di pondok ini.
Seiring dengan obrolan kami yg kian panjang, temaram perlahan mengintip datang.

Cahaya senja ditemani suara serangga hutan mengintip dari balik pepohonan rimbun yg tumbuh mengelilingi pondok.
Pondok yg berdiri di pegunungan dan hutan rimba yg mengelilingi ini terlihat syahdu di beberapa waktu, salah satunya saat sore hari.

Tapi, tak menutup kemunginan suasana ini berubah menjadi menakutkan saat gelap datang.
"Allahu Akbar....Allahu Akbar" suara adzan menggema di seluruh sudut pondok

Kami lekas-lekas berjalan menuju langgar (musholla) yg ada di tengah-tengah pondok.

Santri yg lain pun juga berjalan dengan kain sarung dan mukenah yg sudah mereka kenakan.
"Assalamualaikum....." salam Abdul pada salah seorang santriwati yg kami temui. Memang, diantara kami, abdul ini lak yg paling agresif jika melihat perempuan yg cantik-cantik

Dengan senyum anggun yg sangat meneduhkan jiwa ia menjawab "Walaikumsalam......"
Dia bernama Lastri, salah satu santriwati primadona di pondok ini.

Tak seorangpun santri laki-laki yg tidak kagum saat melihat senyuman manis di wajahnya yg berhiaskan tai lalat di dekat bibirnya.
"Aduh senyumane rekkk, hawane wes sejuk tambah sejuk ta lah nek ngene iki (Aduh senyumannya rekk, hawanya udah sejuk tambah sejuk deh kalau begini)" ucap Abdul sambil senyum-senyum setelah mendapat jawaban dari salam yg ia ucapkan
"Halah dul...dul...., matamu nek weruh sing bening-bening kok nyerot wae (halah dul....dul.... matamu kalau melihat yg bening-bening kok awas aja)" ujar Cakra sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Abdul
Langkah Lastri kian lama kian menjauh dan masuk ke dalam masjid, seiring dengan kami yg sampai juga di pelataran masjid.

Sudah menjadi kewajiban semua santri menunaikan sholat jamaah di semua sholat lima waktunya.
Setelah maghrib, yg sudah menjadi hal rutin dan wajib adalah mendengarkan kultum yg diisi oleh para santri yg selalu bergantian setiap harinya hingga menunggu waktu isya.
Singkat cerita, setelah isya, makan malam dan kegiatan malam, Aku dan keempat temanku lekas kembali ke kamar karena ingin cepat istirahat.

Kebetulan aku dan ketiga temanku ini menghuni kamar yg sama,
yg mana didalamnya terdapat 2 ranjang tingkat dan 1 ranjang dibawah yg biasakami berlima gunakan istriahat.

Ku lihat Abdul senyum-senyum diatas ranjangnya.

"Kowe kesambet tah dul? kok cengar-cengir karepe dewe (kamu kesambet apa dul? kok senyum-senyum sendiri)" tanyaku
"Haha, orak ron. Aku kelingan Lastri, cah kae kok gelis e ra karuan yo (Haha, engga ron. Aku keingat Lastri, anak itu kok cantik banget ya)" ujar Abdul sambil terus senyum-senyum di wajahnya
"Dul...dul... Njuk kowe meh lahpo? Awake dewe ki nang pondok ora sebebas nyedaki wadon nek pas nang kota ( dul...dul... Lalu kamu mau ngapain? Kita ini di pondok, tidak sebenas mau mendekati perempuan seperti kalau kita hidup di kota)" saut Cakra menasehatinya
Semakin malam, kami mulai tidur dan semakin larut dalam tidur kami masing-masing hingga akhirnya suara adzan membangunkan satu-persatu diantara kami.
Sebelum lanjut ke cerita, aku akan menjelaskan sketsa denah pondok tempatku mencari ilmu

Pondokku ini berdiri di lereng pegunungan kapur yg berada di Jawa Tengah dan berdiri diantara lebatnya rimba hutan.
Berdiri diantara hutan, membuat pondokku ini jauh dari perkampungan penduduk, perkampungan terakhir yg bisa ditemui sebelum sampai di pondok ini adalah di tepi jalan raya antar kota yg letaknya jauh dari pondokku ini.
Disini, air yg didapatkan berasal dari sumber air yg letaknya di lereng pegunungan dekat dalam hutan dan cukup jauh dari pondok. Menghabiskan waktu 15-20 menit ditempuh dengan jalan kaki
Dari sumber air tsb, tersambung pipa paralon hingga ke area pondok yg sengaja dibuat pengurus pondok untuk kebutuhan di dalam pondok.

Berdiri diantara hutan, membuat fasilitas di pondok ini terbatas terlebih pencahayaannya yg masih bisa dikatakan minim.
Tapi, bagi banyak orang yg mengetahui, pondok ini terkenal sebagai pondok yg mampu mencetak santri-santri yg unggul.

Jadi, tak khayal apabila banyak orang tua yg rela mengirim anak-anaknya kemari.
Begini denah sederhananya. Image
Kembali ke alur cerita.

Hari itu, aku melakukan aktiftas biasa seperti sekolah yg mana saat ini aku dan semua tokoh di cerita ini masih menginjak di kelas 10 Aliyah dan sorenya aku kembali nongkrong manis dengan teman-temanku.
Pasca isya hari ini, kami para santri belajar kitab kuning yg rutin dijadwalkan setiap minggunya.

Saat semua santri fokus memperhatikan ustad Ali yg sedang menjelaskan, tiba-tiba gelagat Abdul terlihat berbeda dari biasanya.
Setelah menyadari gelagatnya yg aneh, aku terus mengawasi gerak-geriknya.

Tapi ternyata,

Dengan cepat gelagat Abdul berubah drastis,

Abdul meronta-ronta di posisi duduknya dan membuat seisi kelas kocar-kacir. Benar saja, Abdul kerasukan yg entah dari mana asalnya
Disertai suara geraman yg keluar dari mulutnya, Abdul mengacak-acak semua benda yg ada di dekatnya

Sontak para santri laki-laki yg berada di dekatnya menahan pergerakannya, termasuk aku, Angga, Cakra dan Wisnu.
Tubuh Abdul meronta-ronta begitu hebatnya, hingga membuat cengkereman tangan kami terlepas.

Saat terlepas, entah mengapa si Abdul langsung membogem dengan kepalan tangan besarnya ke arah dada Angga.

Angga terpental dan jatuh tersungkur sambil memegang dadanya.
Tak lama darisitu, Ustad Ali langsung menetralkan suasana dan Abdul perlahan sudah kembali normal.

"Cak, kae Angga diewangi (Cak, itu angga dibantu)" suruhku saat melihat Angga kesakitan akibat dipukul Abdul

Cakra datang menghampiri Angga dibantu yg lainnya.
"Ngga,kowe orapopo? (ngga, kamu tidak apa-apa?)"tanya Wisnu

"Insya Allah,orapopo. Tapi, dadaku panas banget rasane(Insya Allah, aku tidak apa-apa. Tapi, dadaku panas sekali rasanya)"jawab Angga

Ustad Ali meminta kami mencarikan air dingin di dapur untuk menghangatkan dada angga
Kelas malam hari itu dicukupkan karena kejadian ini, lantas aku, Cakra dan Wisnu mengajak Abdul dan Angga untuk langsung kembali ke kamar dan istirahat.

Setelah kejadian itu Abdul baru bercerita, ternyata masalah seperti ini sering terjadi dan menimpanya sejak lama.
Di kamar, aku langsung meminta Abdul dan Angga mengistirahatkan badannya.

Berbeda dengan Abdul yg sudah kembali normal, sekarang Angga banyak sekali melamun.

"Ngga...ngga...." panggilku padanya yg ranjangnya di sampingku
(Tanpa jawaban)

"Ngga....!!!" teriak Wisnu sambil menepuk kakinya barulah ia menjawabnya

"Ehh, iyo kenopo nu? (Ehh, iya kenapa nu)" jawab Angga
"Kowe ki kenopo, kok maleh ngelamun wae (kamu itu kenapa? kok berubah ngelamun aja)" ucap Wisnu padanya

"Ora kok, aku ora kenopo-kenopo (Engga kok, aku gak kenapa-kenapa"

Singkat cerita kami semua tidur,

Tapi, entah jam berapa aku bangun karena ada suara berisik di telingaku
Saat mataku terbuka, mataku tertuju pada Wisnu yg sedang mengambil air

"Ono opo nu? (ada apa nu?) tanyaku

"Kae Angga, emboh ngimpi opo mau bengok-bengok keweden (itu Angga, gak tau mimpi apa tadi teriak-teriak ketakutan)" ucap Wisnu
Sontak aku duduk dan melihat ke arah Angga.

Dengan nafas terengah, Angga duduk diatas ranjangnya.

"Kowe kenopo neh ngga? (kamu kenapa lagi ngga?)" tanyaku
"Iki ombe sek ngga (ini minum dulu ngga)" ujar Wisnu sambil menyerahkan cangkir yg berisi air putih pada Angga

Glegekk....glegekk....
"Dadi ngene, aku mau ngimpi diparani wong wadon medeni nang njero kamar kene. Pas wonge nyedak, ujuk-ujuk aku tangi (Jadi ginu, aku tadi mimpi didatangi seorang perempuan menakutkan di kamar sini. Waktu dia mendekat, tiba-tiba aku bangun)" ucap Angga menjelaskan padaku dan Wisnu
"Kowe mau ora dongo sek yo? Yowes lek ndang turu meneh iki seh tengah wengi, ojo lali ndongo sek (kamu tadi gak berdoa dulu ya? Yaudah buruan tidur lagi, ini masih tengah malam, jangan lupa berdoa dulu)" suruh si Wisnu
-REHAT-

Malam ini, segini dulu ya.
Lanjut?
Setelah ini, saya akan cerita dalam dua sudut pandang agar semuanya jelas.

Tetap stay tuned ya!
Malam itu kami semua tidur lagi ditemani suara jangkrik yg sayup-sayup terdengar hingga dalam kamar, serta angin malam yg masuk diantara ventilasi kamar.

Semua nyenyak dengan bawah sadarnya masing-masing.
Seperti biasa, kami semua bangun tatkala adzan subuh berkumandang dan langsung dilanjutkan dgn aktifitas pagi dan sekolah sampai siang hari.

Para santri lalu lalang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.
Suasana pondok hari itu sedikit berkabut dengan udara dingin yg menusuk melalui pori-pori kulit.

Singkat cerita malam tiba dengan suasana yg masih sama, beberapa pencahayaan di sudut pondok bahkan sampai tak terlihat karena terhalang kabut yg lumayan tebal.
Karena udara yg cukup dingin, malam itu membuat para santri beraktifitas dengan mengenakan jaket yg mereka bawa.

Tibalah waktu makan malam, seperti biasa aku makan bersama keempat temanku yg lainnya.
"Aku kok bosen karo panganan nang pondok sing ngono-ngono wae yo (aku kok bosan dengan makanan pondok yg begitu-begitu aja ya)" gerutu Cakra di tengah waktu makan

"He'e, podo. Aku yo bosen (Iya, sama. Aku juga bosan)" tambah Abdul
"Lha meh pie to? wong onone yo ngene, meh metu? nang njobo isine alas tok yoan kok e (Lha mau gimana lagi? orang adanya juga begini, mau keluar? diluar isinya cuma hutan juga kok)" jawabku
"Wes ta lah, disyukuri wae sing ono. Iseh untung dikei panganan, nek ora njuk pie? (Sudah-suda, disyukuri saja yg ada. Masih untung diberi makanan, kalau tidak gimana?)" ucap Wisnu
Malam ini, Angga terlihat berbeda dari biasanya. Angga terlihat sedikit murung dan banyak melamun sekarang, entah apa yg dipikirkannya.

Jam makan malam hampir selesai,

"Ayo ke kelas" ajak Angga
"Eh tapi, aku meh nang kamar mandi sik, kalian disikan wae (Eh tapi, aku mau ke kamar mandi dulu, kalian duluan aja)" ucapku

"Eh, ehh aku melu ron aku yo ngempet wit mau iki (Eh, ehh aku juga ron, aku juga ngempet daritadi)" saut Abdul

"Aku barang (aku juga)" ucap Wisnu
Jadi, sekarang yg duluan ke kelas Angga dan Cakra. Sementara aku, Wisnu dan Abdul ke kamar mandi terlebih dulu

Selesainya, aku, Wisnu dan Abdul lekas melangkahkan kaki ke kelas yg akan kami gunakan untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran di malam itu.
Langkah kami bertiga terhenti di jarak 20 meter dari kelas yg akan kami tuju, tatkala melihat keadaan santri di kelasku yg kocar-kacir

"Heh, ono opo kae nang kelas? (Heh, ada apa itu di kelas?)" tanyaku

"Heh, iyo ono opo kae (Heh, iya ada apa itu?)" Wisnu ikut bingung
"Wes ayo lek ndang rono (sudah ayo, buruan kesana)" ajak hendro

Kami bertiga berlari ke arah kelas karena bingung sedang terjadi apa disana

Gleekkkkk....

Aku menelan ludahku sendiri setelah melihat keadaan di dalam kelas.
Disitu aku melihat Angga kejang-kejang diatas bangku yg ditempatinya sambil beberapa orang lainnya berusaha membantu menyadarkannya termasuk Cakra.

"Ngga! Kenopo kowe!?(Ngga! kenapa kamu!?)" teriak Abdul sambil berlari menghampirinya, aku dan Wisnu membuntuti Wisnu dari belakang
Nafas Angga tersengal-sengal seperi orang ayan, tatapan matanya tajam ke arah depan kelas.

Keadaan kelas malam itu mencekam campur tegang, ustad yg akan mengajar malam itu juga belum datang.
Beberapa santri katanya juga sedang melaporkan kejadian ini ke pengurus pondok, tapi belum juga kembali.

"Ngga....ngga...." panggilku bersautan dengan yg lainnya sambil menepuk-nepuk bahu dan punggungnya, berharap Angga lekas sadar
Kejadian ini berlangsung hingga kurang lebih 10 menit, hingga akhirnya Angga pingsan dan sadar dengan sendirinya.

"Ada apa? Angga kenapa?" tanya Ustad Somad yg baru datang dengan temanku yg melaporkan kejadian ini tadi
"Ngga tau pak Ustad, ini Angga sudah sadar sendiri" jawab temanku yg juga membantu, yg bernama Fuad

"Angga dibawa saja ke dalam kamar, salah satu teman kamarnya dibantu ditemani" suruh ustad Somad.

Aku, Wisnu, Cakra dan Abdul saling tatap, bingung siapa yg akan menemaninya.
"Eghh, saya aja pak ustad" ucap Wisnu saat itu

Setelah diberi minum, Angga kembali ke kamar ditemani Wisnu. Sementara aku dan santri lainnya melanjutkan pembelajaran malam ini.
Singkat cerita, kelas selesai. Aku, Cakra, dan Abdul langsungkembali ke kamar takut Angga kumat lagi apalagi Wisnu sendiri yg menemaninya.

"Woe ngga, kowe kenopo!? (woe ngga, kamu kenapa?)" teriak Cakra saat baru masuk kamar
Di kamar, Angga murung diatas ranjangnya. Di dekatnya ada Wisnu yg siap siaga mengawasinya

Memang, sejak kejadian semalam Angga berbeda, dia banyak diam dan malah terlihat seperti orang linglung.
"Wes-wes, jarke sek Angga ben istirahat sek (Sudah-sudah, biarkan dulu biar Angga istirahat dulu)" ucap Wisnu,

Malam itu, aku, Abdul, Cakra dan Wisnu bergantian mengawasi Angga sepanjang malam secara bergantian. Karena, kami takut kalau terjadi apa-apa lagi padanya.
Tidurlah kami semua kecuali Wisnu yg mendapat giliran pertama mengawasi Angga.

Singkat cerita, tibalah giliranku mengawasi Angga.

Angga tidur di ranjang tingkat sebelahku, dan dia dibagian bawah. Sementara aku, aku diatas.
Jadi, aku cukup mengawasi Angga dari atas tempatku tidur.

Jam hampir menunjukkan pukul 02.00 pagi, kali ini pandangaku tertuju di wajah Angga yg mulai menunjukkan perbedaannya

Dengan mata yg terpejam, wajah Angga seketika berganti. Senyum tiba-tiba merekah di wajah Angga
Angga terus-terusan senyum-senyum dalam tidurnya, seperti sedang melihat perempuan cantik di hadapannya

"Bocah iki edan tah pie to? (Ini anak gila apa gimana sih?)" pikirku dalam hati
Inginku bangunkan tapi ku urungkan karena hanya sebatas itu takutnya Angga hanya larut dalam mimpi indahnya.

"dul....dul" aku membangunkan abdul

"giliranmu dul" tambahku

"Hoaammmmm, iyo ron" jawabnya dengan mulut yg menguap lebar
Setelah itu, aku tidur lagi,

dan kami semua kembali bangun saat subuh tiba.

Angga, dia tampak seperti kemarin. Lebih banyak diamnya hingga satu-persatu diantara kami semua mulai menyadarinya

Keadaan seperti ini berlangsung hingga 2 hari lamanya.
Kami terus bertanya-tanya sebenarnya apa yg terjadi pada Angga. Raganya sehat-sehat saja, tapi seperti ada yg sedang terjadi didalam pikirannya dan tidak seorang pun yg mengetahuinya.
Dua hari setelah kejadian Angga yg kejang-kejang dalam kelas, ada sesuatu yg janggal kembali terjadi dan ini lebih parah lagi jika dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya.
Setelah sholat isya berjamaah, Wisnu memanggilku

"Ron....ron.... Angga nang ndi? (Angga dimana?)" tanyanya

"Ha? Mau nang kono kok sholat (Ha? Tadi disitu kok sholat)" jawabku sambil menunjuk tempat dimana Angga sholat tadi
"Ora ono ron (Tidak ada ron)" jawabnya lagi

"Ehhh, sing bener (Ehh, yg bener!)" ucapku

Seketika aku mengajaknya, juga Cakra dan Abdul untuk mencarinya.
Saat itu kami belum melaporkan kejadian ini pada pengurus pondok, kami berempat berusaha mencarinya terlebih dulu sampai kalau belum ketemu kami baru melaporkannya.

Malam itu, disaat santri yg lain tengah makan malam.
Aku, Abdul, Cakra dan Wisnu sibuk keliling pondok mencari keberadaan Angga.

Tapi, usaha kami tidak membuahkan apa-apa. Dan jam kegiatan malam sudah kembali mulai,

"Pie iki ron? (gimana ini ron?)" tanya Cakra
"Wes ayo laporan nang pengurus pondok wae (Sudah ayo laporan ke pengurus pondok saja)" saut Wisnu di tengah kebingungan kami

Dengan nafas yg masih terengah kami berempat berjalan cepat ke ruang pengurus pondok.
"Kalian mau kemana?" tiba-tiba ada suara yg memanggil kami, dan saat kami cari darimana sumber suaranya ternyata Ustad Ali di depan masjid.

Disitulah kami langsung menceritakan kabar hilangnya Angga
Setelah kami menceritakan kronologi lengkapnya, Ustad Ali buru-buru ke ruang pengurus pondok untuk mengabarkan kepada yg lainnya dan langsung meminta semua santri yg ditemuinya untuk mencari Angga.

Dalam sekejap, suasa pondok gempar akibat berita hilangnya Angga.
Hampir seluruh Santri dari yg muda hingga senior mencari keberadaan Angga yg entah hilang kemana

"Ron...ron...." ada seseorang memanggilku, ternyata Arum teman sekelasku
"Aku mau ngerti Angga lewat pas nang ngarep kelas tapi pas aku tekon meh nang ndi ora dijawab, Angga mung mblandang ngono wae ron (aku tadi lihat Angga jalan pas di depan kelas, tapi pas aku tanya mau kemana tidak dijawab, Angga terus jalan gitu aja ron)" ucapnya
"Sing temenan? (serius?)" tanyaku

"Mlaku nang ndi wonge? (jalan ke arah mana dia?)"

"Kono (kesana)" jawabnya sambil menunjuk arah kelas yg ada di paling pojok

Aku yg saat itu bersama Abdul, mulai mengelilingi tempat yg dimaksud Arum, tapi kami tidak menemukan apa-apa.
Hingga aku dan Abdul memiliki inisiatif mencarinya ke sumber air yg ada di dalam hutan.

Jam sudah menunjukkan hampir jam 11 malam, sebenarnya ada keraguan padaku dan Abdul untuk mencarinya kesana, karena sumber air yg letaknya lumayan di dalam hutan.
Dengan membawa lentera, aku dan Abdul perlahan memberanikan diri masuk ke dalam hutan. Image
Gelapnya hutan ditambah suara serangga hutan memang benar-benar membuat kami berdua bergidik ngeri

Sempat terbesit dalam pikiranku takut kalau Abdul kesurupan lagi. Tapi, semoga aja tidak terjadi apa-apa
"dul, ojo adoh-adoh. Rene (dul, jangan jauh-jauh, sini)" ucapku, karena Abdul berjalan agak jauh di belakangku

Sesampainya kami disana, tidak ada apapun yg kulihat. Yg ada hanyalah air yg mancur dan terus mengalir, serta pipa paralon yg tersambung hingga pondok
Mendapati tidak ada tanda-tanda Angga disini, aku dan Abdul langsung kembali ke pondok.

Setibaku di pondok, aku dan Abdul mendapat kabar kalau Angga ditemukan dan dia tidak kenapa-kenapa, sekarang dia sedang di masjid bersama Ustad dan senior yg lainnya.
"Alhamdulilah" ucapku dan Abdul

Saat di masjid, aku dan Abdul bertemu Cakra dan Wisnu

"Angga ketemu nang ndi? (Angga ketemu dimana?)" tanyaku
"Mau senior ngerti Angga nembe lungguhan ng ngarep kelas ujung kono (Tadi, senior melihat Angga sedang duduk di depan kelas ujung pondok sana)" jawab Wisnu
"Ha? Demi Allah Aku karo Roni mau muter-muter nang kono ora ndelok sopo-sopo opo meneh Angga (Ha? Demi Allah aku dan roni tadi keliling disitu tidak melihat siapapun apalagi Angga)" ucap Abdul sambil terbelalak kaget
Aku hanya melamun kebingungan mengetahui kejadian ini sambil berpikir sebenarnya apa yg sedang terjadi pada Angga hingga belakangan banyak sekali kejadian janggal menimpanya.

Tak lama, Angga keluar dengan dibantu beberapa orang.
Rehat sebentar, mau buat kopi ☕️
Cerita ini masih lumayan panjang, malam ini aku akan cerita semampuku. Jika belum selesai malam ini, akan kulanjutkan besok.

Oke, lanjut lagi
"Ini Angga diantar ke dalam kamar" suruh Ustad Ali pada kami berempat karena tau kalau kami adalah teman sekamarnya

Malam itu, aku, Abdul, Wisnu dan Cakra tetap mengawasi Angga bergantian seperti malam-malam berikutnya.
Malam itu, aku, Abdul, Wisnu dan Cakra tetap mengawasi Angga bergantian seperti malam-malam berikutnya.

Di kamar tubuh Angga lemas, dia hanya tiduran merebahkan fisik dan pikirannya.

"Ngga, kowe mau maring ndi sakjane? (Ngga, tadi kamu kemana sebenarnya?)" tanya Abdul
Sambil tiduran, Angga bercerita.

(Saya langsung terjemahkan ke bahasa indonesia saja biar gak kepanjangan)
"Tadi, waktu aku keluar dari masjid. Gak tau kenapa rasa-rasanya aku pengen dudukan di kursi depan kelas yg ada di pojok sana. Aku tau ini aneh, tapi gak tau kenapa tadi aku pengen sekali kesana, seperti ada yg memintaku kesana"
"Lalu, itu kan di samping kelas tanah kosong kan, pas aku lagi duduk, tiba-tiba ada perempuan cantik lewat, cantik sekali pakai gaun putih. Aku terus melihatnya karena emang bener-bener cantik, sampai akhirnya perempuan itu berhenti dan menolehkan wajahnya ke arahku sambil senyum
manis banget senyumannya"

"Lebih manis dari senyuman Lastri dul" ejek Angga pada Abdul

"Ehh semprul! Teruske wae ceritane (lanjutkan aja ceritanya)" jawab Abdul
"Saat itu aku terus ngelihatin perempuan itu dan dia juga terus senyum-senyum melihatku. Tapi, disuatu waktu tiba-tiba wajahnya berubah, wajahnya yg cantik nan anggun itu setengahnya berubah hancur"
"Seketika itu wujudnya berubah menyeramkan, Setengah wajahnya tanpa kulit sedikit tertutup rambutnya yg terurai dengan pipinya yg robek hingga ke pipi sampai gigi dan lidahnya kelihatan, dan matanya yg satu terbelalak hingga hampir lepas" Image
"Seketika itu juga aku terkejut dan ketakutan melihatnya,perempuan yg awalnya enak dipandang berubah menjadi menakutkan itu lama-lama jalan perlahan mendatangiku. Aku mau lari darisitu tapi tubuhku gak bisa digerakkan, aku mau teriak juga gak bisa,badanku seperti terkunci disana"
"Sampai akhirnya ada seseorang yg menepuk pundakku dan ternyata mas Qomar, seketika itu juga perempuan tadi menghilang dari hadapanku dan entah kemana perginya"
"Ngga, kowe ora lagi ngapusi kan? (Ngga,kamu tidak sedang berbohong kan?)" tanya Abdul dengan wajah sedikit ragu mendengar ceritanya

"Ora dul, temenan.Aku yo keweden, aku meh mlayu tapi aku ora iso (Gak dul, serius.Aku juga ketakutan, aku ingin lari tapi tidak bisa)" jawab Angga
"Aku mau muter-muter nang ngarep kelas iku sampe ora keitung, tapi aku ora ndelok kowe babar blas, iyo rak ron? (Aku tadi keliling di depan kelas situ sampai gak kehitung, tapi aku tidak melihatmu, iya kan ron?)" ujar Abdul kebingungan

Aku mengangguk pelan.
"Terus sing nang kelas wingi? (lalu pas di kelas kemarin?)" tanyaku

"Oh iyo aku kelalen cerito (Oh iyo, aku kelupaan cerita)" saut Cakra

"Dadi, wingi pas Angga kejang-kejang nang kelas. Sebelume tingkahe Angga wis aneh, kae si Adam sing nang cedake ngeroso terus Angga dicekeli
(Jadi, kemarin waktu angga kejang-kejang di kelas. Sebelumnya tingkah Angga udah aneh, si Adam yg ada didekatnya merasa lalu Angga dipegangi)

"Pas iku, ujuk-ujuk Angga ngguyu banter banget terus ngguyune koyok suarane wong wadon tur banter, seketika sak kelas krungu podo wedi"
(Waktu itu, tiba-tiba si Angga tertawa keras sekali dan tertawanya mirip suara perempuan dan sangat keras, seketika satu kelas dengar dan ketakutan)
"Waktu kui juga, sing lanang-lanang nyekeli Angga njuk si Adam tekon sakjane sopo sing nang njero awake Angga, dan waktu iku juga demit sing nang awake Angga jawab nek jenenge Shela dan asale seko lampung"
(Waktu itu juga, yg laki-laki megangi Angga lalu si Adam tanya sebenarnya siapa yg ada di dalam tubuh Angga, dan waktu itu juga sosok yg ada di badan Angga menjawab jika namanya Shela dan asalnya dari Lampung)

Panjang lebar Cakra menjelaskan
"Lampung? Sak daerah karo kowe brarti ngga, kowe kenal? (Sedaerah denganmu brarti ngga, kamu kenal?)" tanya Wisnu karena mengetahui jika Angga juga berasal dari Lampung

Angga menjawab tidak sambil menggelengkan kepalanya
"Emang, waktu iku aku weruh wong wadon sing tak temoni nang ngimpi wingi, wadon iku nembe nempel nang tembok nduwur pintu kelas karo nyawang aku (memang, waktu itu aku melihat perempuan yg ku temui dalam mimpi kemarin,
perempuan itu di atas pintu menempel di sudut langit-langit kelas sambil melihatku)"

Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.
Aku, Abdul dan Wisnu saling tatap mendengar cerita Angga dan Cakra. Kami bingung harus melakukan apa

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau masalah seperti ini bisa datang menimpa salah satu diantara kami.
Tak seorang pun dari kami berani melanjutkan percakapan lagi, karena jam sudah lebih dari jam 1 malam.

Suasana pondok saat malam sudah sering bikin merinding ditambah keadaan seperti ini.

"Yowes ayo turu wae ngko isuk sekolah (Yaudah ayo tidur, nanti pagi sekolah)" ajakku
"Sopo sing jogo disek? (siapa yg jaga duluan?)" tanya Wisnu

"Aduh, aku lupa masih haru mengawasi Angga malam ini. Perasaan sudah kalut dan ketakutan ditambah harus berjaga" gerutuku dalam hati

"Wes ora usah jagani aku orapopo (Sudah, tidak perlu menjagaku gakpapa)" ujar Angga
"Orapopo ngga, awake dewe khawatir kowe kenek opo-opo, santai wae (gakpapa ngga, kami khawatir kalau kamu kenap-kenapa, santai saja)" jawab Wisnu
"Pie nek wong loronan sing jogo? aku karo Wisnu disikan engko gantian Abdul karo kowe Cak (Gimana kalau berdua yg jaga? Aku dengan wisnu duluan nanti gantian Abdul denganmu Cak)" usulku
Semua mengiyakan usulanku karena memang tak seorangpun dari kami berani terjaga sendirian malam ini.

Singkat cerita, kami berjaga bergantian dan masing-masing diantara kami berempat hanya tidur kurang dari dua jam malam ini.
-REHAT-

Cukup sampai disini dulu malam hari ini.

Saya mau istirahat dulu, lelah dan tidak berenergi lagi malam ini.

Sampai jumpa malam minggu nanti!
Siap-siap lanjut lagi
Sebelumnya,
Terima kasih buatmu yg selalu mensupport cerita-cerita yg saya tuliskan.

Bagi kamu yg ingin memberikan saweran pada tulisan-tulisan saya, bisa berikan melalui >> saweria.co/wahwahyu
Yuk cabs!

kita lanjut lagi di part-part akhir dari cerita ini.

Bismillahirrahmanirrahim...
Angga masih dengan kebiasaannya yg berbeda dihari-harinya sekarang, belum ada perubahan yg ada pada dirinya.

Dia masih bisa jika diajak komunikasi, hanya saja dia lebih pendiam dari biasanya dan seperti linglung jika diperhatikan.
Antara aku dan ketiga temanku yg lain bingung ingin melakukan apa pada temanku satu ini, setiap hari kami selalu mengawasinya. Bahkan, ketika hendak ke kamar mandi pun salah satu diantara kami mengikutinya.
Hingga disuatu malam berikutnya kami lengah, pada malam jumat, saat para santri sedang berkegiatan bahtsu masail di dalam masjid, lagi-lagi Angga menghilang.
Saat itu juga aku dengan keempat temanku izin dengan senior untuk mencarinya. Kami ditemani salah seorang senior yg memang tau dengan keadaan Angga
Saat itu, Angga kembali hilang dari pondok, bedanya kali ini hanya kami berempat, beberapa senior dan pengurus pondok yg tau kabar hilangnya Angga. Kami semua memilih menutupi ini dari santri lainnya agar suasana pondok tidak gaduh lagi seperti kemarin.
Dengan orang yg terbatas, berbekal senter, lampu dan lentera seadanya kami berpencar ke seluruh sudut pondok, aku dan Wisnu kebagian mencarinya ke arah kamar mandi para santri.

"Ngga....ngga....." panggilku bersautan dengan Wisnu mencari keberadaan Angga malam jumat kala itu.
Lagi-lagi kami dihadapkan dengan situasi mendebarkan malam itu, malam yg terkesan berbeda bagi sebagian orang dan Angga menghilang lagi.

Rasa takut tiba-tiba muncul dalam perasaanku karena teringat cerita Cakra dan Angga tempo lalu tentang seorang perempuan yg bernama Shela.
"Nu, nek Angga digowo Shela meneh pie njaluke yo nu? (Nu, kalau Angga dibawa Shela lagi bagaimana kita memintanya ya nu?)" tanyaku diantara langkah malam itu

"Wes pokoe goleki disek (Sudah pokoknya cari dulu)" jawab Wisnu
Di kamar mandi, kami berdua tidak menemukan tanda-tanda adanya Angga. Lantas, kami melanjutkan mencarinya di dekat asrama santri perempuan.

Saat kami sedang menelusuri samping Asrama, tiba-tiba telingaku terdengar suara rintihan seseorang yg sedang menggigil.
"Ngga......" ucapku memanggil Angga, barangkali itu dia

Suara rintihan itu semakin lama semakin jelas.

"Nu.... krungu rak? (dengar gak?)" tanyaku pada Wisnu

Kami berdua diam ditempat dan saling tatap,
Wisnu mengangguk, tanda kalau dia juga mendengarnya

Suara rintihan itu semakin jelas,

semakin jelas

dan semakin jelas,
Keringat terasa mengalir dari balik bajuku

Kepalaku ku tengokkan ke segala arah mencari darimana sumber suara rintihan itu,

dan ternyata...

dengan jantung yg terus berdetak kencang, kali pandanganku tertuju ke arah kamar mandi santri
"Astagfirullah, Ngga...!!!" teriakku karena melihatnya muncul dari belakang kamar mandi

Sontak aku berlari menghampirinya diikuti Wisnu di belakangku.

Aku terkejut dengan keadaan Angga, dia menggigil dengan badannya yg basah kuyub, mukanya pucat dan bibirnya membiru
Tanpa berpikir, aku melepas sarungku yg ku pakai, dan ku bentangkan dibadan Angga untuk mengurangi rasa dinginnya.

Kini, aku berjalan menuntunnya hanya dengan baju koko dan celana pendek yg aku pakai.
Tak lama, semua yg mencari Angga sudah berkumpul dan menghampiriku yg membawa Angga.

"Dibawa kemana ini mas?" tanyaku pada salah seorang senior yg ikut mencari

"Dibawa ke masjid aja, ada para ustad disana" jawabnya
"angga biar ganti baju dulu ya mas" ucapku

Setelahnya, aku dan Angga ke masjid. Semuanya sudah menunggu disana.

Disana, Angga banyak dicecar tentang masalah yg menimpanya belakangan ini.
Setelah semuanya jelas akar masalahnya, kami berempat diminta mencari 10 santri laki-laki untuk dibawa kemari.

Dan ternyata, malam ini Angga akan di ruqyah, dan yg melakukannya Ustad Yahya.

Dan 10 santri yg baru datang sengaja dipanggil untuk membantu
Semua santri diminta duduk melingkari Angga dan berdzikir, sementara Ustad Yahya tepat di depan Angga memegang ubun-ubun kepalanya.

Ini berlangsung agak lama,
lantunan doa dan dzikir mengisi seluruh bagian masjid malam hari itu.

Tidak ada perlawanan atau reaksi apapun yg ditunjukkan Angga tatkala di ruqyah, dia hanya diam dengan sesekali nafasnya terengah.
Ini berlangsung agak lama, lantunan doa dan dzikir mengisi seluruh bagian masjid malam hari itu. dan Tidak ada perlawanan atau reaksi apapun yg ditunjukkan Angga tatkala di ruqyah, dia hanya diam dengan sesekali nafasnya terengah.
Hingga singkat cerita, Angga selesai di ruqyah dan beberapa hari setelah itu Angga sudah kembali menjadi seperti Angga yg ku kenal dan ketiga temanku kenal sebelumnya.
Apakah ini sudah selesai?

Jawabny, belum!

Saya akan cerita dengan sudut pandang yg lainnya,

Yap, aku akan bercerita dengan sudut pandang Angga, agar semuanya jelas sebenarnya bagaimana kejanggalan itu semua bisa terjadi.
Tapi, saya perlu waktu sebentar untuk mempersiapkannya.

Jadi, rehat dulu sebentar 🙏🏻
Maaf, semalam mau lanjut malah kuota habis.

Nanti akan saya tuntaskan hingga akhir, harab bersabar ya gaiss 😅
Saya lanjut lagi ya, udah ditagih banyak orang...
Selama hidupku, aku belum pernah sama sekali melihat/ merasakan hal-hal janggal sebelumnya, semua terasa baik-baik saja. Tapi, semua ini terjadi pasca tragedi itu. Dimana saat aku membantu menyadarkan Abdul saat sedang kerasukan dan dadaku menerima hantaman keras dari tangannya
Pasca kejadian itu, dadaku kerap sekali merasakan panas hingga beberapa kali tak tertahankan. Hingga malam tepat setelah kejadian itu, aku bermimpi didatangi oleh seorang perempuan yg menurutku dia adalah kuntilanak yg menemui dan menerorku berkali-kali hingga sekarang.
Dan semua kejadian janggal yg menimpaku semuanya pasti diawali dengan rasa panas yg timbul dalam dada.

Hingga, di suatu malam tepatnya malam jumat saat para santri tengah bahtsu masail di masjid.
Aku yg baru datang dengan keempat temanku tiba-tiba merasakan panas dalam dadaku. Karena, sudah hafal kalau ini adalah pertanda buruk, saat itu aku mulai berdzikir, bersholawat agar tidak ada hal yg tidak ku inginkan terjadi.

Tapi naas, ini aneh tapi benar terjadi pada tubuhku.
Rasa panas dalam dada semakin menjadi-jadi, hingga penglihatanku kabur dan pusing di kepala.

Karena sudah tidak tahan dengan kondisiku saat itu, aku keluar dari masjid tatkala yg lain sedang seksama belajar dan memperhatikan,
sehingga aku merasa tidak ada yg memperhatikanku.

Diluar, keadaanku tidak kunjung membaik. Rasa panas dalam dada tidak juga hilang,ditambah detak jantung yg berdebar kencang.

"Angga....." sayup-sayup suara seorang perempuan memanggilku dari kejauhan
"Angga....." suara itu datang lagi

"dimana dia? siapa yg memanggilku?" pikirku dalam hati

Setelah ku dengarkan dengan seksama, aku bisa mengetahui kalau yg menanggilku dari arah kamar mandi.

Batinku mengatakan "ngga, jangan kesana" , berkali-kali batinku mengatakan demikian.
Tapi, entah apa yg terjadi padaku dan mempengaruhi pikiranku, saat itu aku berjalan mendatangi asal dari suara tsb.

Aku tak ingat kenapa bisa aku berjalan menghampiri suara tsb kesana.
Aku melangkahkan kakiku perlahan kesana, disana, di depan kamar mandi aku disambut oleh seorang perempuan yg ku temui tempo lalu saat sedang di pojokan kelas dengan wajahnya yg setengah hancur, dan dia ternsenyum melihatku.

Senyum yg membuatku seketika bergidik ngeri.
Tapi, sejak darisitu, aku kehilangan sadarku.

Sampai-sampai dalam bawah sadar aku merasa kalau aku sedang tidur dipangkuan seorang perempuan yg sangat menyayangiku dan parasnya sangat cantik sekali.
Bahkan, dia adalah salah satu perempuan tercantik yg pernah ku temui di dunia ini sampai sekarang.

Dengan senyuman yg merekah di bibirnya, ia lantas membelai lembut rambutku.

Lembut sekali...
Hingga akhirnya aku terbangun dari bawah sadarku yg sempat ku kira adalah kenyataan.

Tapi, apa yg sedang ku rasakan tadi, benar terjadi sekarang. Aku terbangun tepat diatas pangkuan seorang perempuan dengan tangan yg membelai lembut rambutku.
Bedanya, kali ini bukan perempuan cantik yg ku lihat, melainkan adalah sesosok perempuan yg ku sebut sebagai Kuntilanak dengan setengah wajahnya yg hancur.

Dan, posisiku sekarang ini berada di tepi aliran air dekat sumber air yg ada di dalam hutan
sehingga membuat tubuhku kala itu seperti orang yg baru saja selesai mandi. Basah kuyub semuanya

Ternyata firasatku tadi benar, rasa panas dalam dadaku adalah pertanda buruk. Tapi, lagi-lagi aku kalah dalam mengendalikan tubuhku sendiri.
Aku sempat menganggap bahwa yg ku lihat sekarang adalah mimpi buruk, ku tutup lagi mataku dan kubuka lagi hingga berkali-kali, dan ternyata masih sama, kuntilanak itu masih ada di hadapanku.
Seketika itu timbul rasa ingin kabur dan lari darisana, tapi lagi-lagi badanku terkunci sehingga membuatku tak bisa bergerak walau hanya sekedar menggerakkan jari-jariku.
"Astagfirullah....astagfirullah....." dalam hatiku terus beristigfar agar aku bisa lekas keluar darisini.

Kuntilanak ini tak henti-hentinya menatapku dan terus membelai tangan kasarnya di rambutku.
Mataku tak sedikitpun berani melihat ke arahnya, aku hanya mampu memejamkan mata atau melihat ke arah yg lainnya.

Entah sampai berapa lama aku terjebak di dalam situasi sulit itu, sampai akhirnya aku bisa sedikit menggerakkan badanku,
dan saat itu pula aku bangun dan cepat berlari ke arah pondok.

Aku berlari tanpa melihat ke belakang sedikitpun, tak peduli kakiku yg terluka perih akibat batu atau ranting tajam yg ku pijak di hutan karena sandalku yg entah kemana perginya.
"Ikhhiiihihihiii" kuntilanak tsb tertawa melengking yg membuatku takut jika dia mengejarku

Saat hampir sampai di pondok tubuhku melemas, aku hanya mampu berjalan dengan sedikit menyeret-nyeret satu kakiku yg sudah teramat sakit.
Tak jauh darisana, setelah melewati kamar mandi pondok, Roni menemukanku.

Dia memanggilku dari kejauhan, Roni berlari lantas menyelimutkan kain sarung yg dipakainya pada badanku yg tengah menggigil hebat.

Setelah dari situ, Roni mengantarku ganti baju lantas membawaku ke masjid
Disana, kedatanganku sudah disambut beberapa ustad pondok dan senior.

"Kamu itu darimana?" tanya ustad Yahya
"Gak tau pak ustad, sekarang dada saya sering panas. Dan tadi saya juga merasakannya sampai-sampai ada seorang perempuan yg memanggil saya di kamar mandi dan setelah darisitu saya tidak tau lagi, sadar-sadar saya sudah ada di dalam hutan dekat pancuran air"
"Disana, badan saya dipangku kuntilanak pak ustad, badan saya gak bisa gerak sama sekali. Mukanya hancur separo" jawabku sambil ketakutan

"Kamu habis melakukan apa kok bisa begitu?" tanya ustad Yahya

"Saya gak ngapa-ngapain kok pak"
"Kamu melihatnya baru sekali apa sudah pernah sebelumnya?"

Darisini, aku menjelaskan sejak dari aku bermimpi, kerasukan di kelas, hingga aku ditemui kuntilanak itu pertama kali nya.
Setelahku menjawab demikian, ustad Yahya tak lagi bertanya. Beliau seperti sedang mempersiapkan sesuatu tapi aku sendiri belum tau apa yg akan dilakukannya.

Hingga hampir 10 menit, beliau mengatakan kalau aku akan di ruqyah dengan metode khusus yg tidak bisa aku tuliskan disini.
Ustad Yahya memanggil 10 santri untuk duduk mengelilingiku. Sementara ustad Yahya memegang kepalaku tepat di ubun-ubun.

Semua berdzikir menghadapku, semua lantunan doa terucap hingga masuk ke telingaku.
Perlahan, rasa panas tsb kembali datang di dadaku. Aku takut kalau kuntilanak tadi datang lagi membawaku.

Semuanya terus berdzikir, badanku terasa sangat ringan hingga sampai aku merasa ada sesuatu yg diambil dari badanku tapi entah apa itu.
Singkat cerita, aku telah selesai di ruqyah oleh ustad Yahya.

"Dia itu menyukaimu" ucap ustad Yahya sambil memberiku minum

"Menyukaiku pak ustad?" jawabku terkejut

Beliau mengangguk.
"Ngga, kowe wes orapopo? (kamu sudah gakpapa?)" tanya Roni yg tiba-tiba menghampiriku

"Alhamdulilah ron" jawabku

"Kamu kembali ke kamarmu, istirahat. Insya Allah sudah tidak akan ada lagi" ujar ustad Yahya kepadaku
Pasca di ruqyah, aku tidak lagi melihat keberadaan kuntilanak itu.

Rasa panas dalam dadaku lambat laun menghilang dengan sendirinya.
Beberapa kali, rasa takut kerap kali datang menghantuiku tatkala aku sedang sendiri. Tapi, alhamdulilah aku memiliki teman yg selalu ada untukku, teman yg sudah ku anggap seperti keluargaku sendiri.

Mereka adalah Roni, Abdul, Wisnu dan Cakra.

-SELESAI-
Terima kasih yg membaca hingga akhir, jangan lupa follow @wahyuariyantn_ agar tidak ketinggalan cerita-cerita saya yg lainnya.

Dan follow instagram saya instagram.com/wahyuariyantn_…

Sampai jumpa di cerita-cerita saya berikutnya 👋🏻

Terima kasih.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with w a h .

w a h . Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wahyuariyantn_

Nov 9, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 3 - Kematian Pertama

Dia terduduk ketakutan sambil menangis di depan kamarnya, ia mencoba menutupi wajahnya dengan lutut dan kedua tangannya. Dalam takutnya, ia terus berkata "Aku tidak mau Mati"

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Selamat malam! Setelah 3 minggu, akhirnya saya bisa kembali menulis lagi 😁 Mohon maaf ya
Untuk part-part sebelumnya bisa lebih dulu dibaca di sini.

Part 1
Read 97 tweets
Oct 19, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 2 - Bayangan Di Dalam Kegelapan

Sesuatu bersembunyi diantara gelap malam itu. Meski samar, semakin lama bayangan sosok itu semakin tinggi dengan buntalan ikatan di ujung kepalanya

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Update pelan-pelan, karena sedang dalam perjalanan. Jika yg ingin langsung baca tanpa jeda, part 2 dan 3 sudah tersedia di platform sebelah ya

Part 2 : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Part 3 - Kematian Pertama : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Read 83 tweets
Oct 12, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Diantara gelap, dia mencari mangsa, menghabisi satu-persatu penghuni di sana, seolah kematian sudah melekat kepada siapa saja yang memilih tinggal.

- a thread

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR #bacahorror Image
“Hallo, Mas Wahyu! Aku ada cerita, yang mungkin bisa untuk diceritakan. Cerita kelam, yang mungkin akan terus teringat entah sampai kapan, karena saat itu aku hampir mati” Ucap seseorang pria yang aku kenal melalui seorang kawan.
Saya menyebut pria ini dengan nama “Santo” . Usianya sekarang baru menginjak kepala tiga, dan saat kejadian kelam ini terjadi, Santo masih berusia 21 tahun dan sedang menjalani semester akhirnya sebagai seorang mahasiswa.
Read 61 tweets
Sep 2, 2023
"NANDUR NYAWA"

Part 2 - Mulai Terlihat

Sosok dibalik tanah ini mulai memperlihatkan eksistensinya. Tubuhnya setinggi langit-langit rumah, wajahnya mengerikan dengan empat taring yang tumbuh di dua rahang mulutnya.

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror Image
Ini merupakan lanjutan dari cerita Nandur Nyawa di part pertama
Untuk part pertama, silakan bisa dibaca disini ya
Read 14 tweets
Aug 26, 2023
"NANDUR NYAWA"

Apa jadinya jika tanah subur yang kamu ketahui selama ini ternyata rahasianya adalah nyawa manusia yang ditanam di dalam tanahnya?

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror #threadhorror #ceritahorror Image
“Akhirnya sampai juga.” ucap pama Sanjaya.

“Paman Sapto, Na. Panggil saja pamanku dengan itu.”

“Di mana tempat tinggal, Paman? Kami sudah kedinginan.” Tanya Sanjaya.
“Di sana, tapi, rumah yang akan kalian tempati nanti tidak di rumah paman. Tempat untuk kalian sudah disediakan oleh juragan.” Tutur paman Sapto sebelum menuntun sepeda untanya mengarahkan Sanjaya dan Kelana.
Read 9 tweets
Jun 15, 2023
"BELENGGU SUKMA"

Mereka ada dimana-mana, mengintai hampir setiap malam. Pengabdian KKN yg diperkirakan lancar, ternyata malah akan merenggut nyawa mereka satu-persatu setelah kutukan desa tempatnya KKN kembali muncul setelah puluhan tahun menghilang

@bacahorror @IDN_Horor Image
Detik demi detik berputar, tanpa terasa satu persatu dari mereka datang lalu memperkenalkan dirinya masing-masing. Pertemuan itu, akan mereka gunakan untuk membahas susunan tugas serta program bersama yang akan mereka bawa saat terjun di desa.
Namun, sudah tiga puluh menit berlalu sejak orang terakhir datang, ada satu orang yang belum juga terlihat wujudnya. Dia adalah Maya. Bahkan, sejak komunikasi melalui grup whatsapp, Maya pun belum sama sekali merespon.
Read 99 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(