Tapi ini semua berpangkal di honorarium dan espipidi. Potong anggarun=potong income. Lho katanya income pi in is semua sama? Sesuai U*U? Itu mah gaji alias Passive income. REAL Income beda lagi πππ
Jadi jaman dulu tuh pi in is kan gajinya kecil banget. Tapi tiap ada proyek, ada duitnya. Jadi pendapatan pi in is tuh gini:
Base income + proyek income
Base income semua pi in is sama diatur oleh PP sesuai golongan dan pangkat. Semua sama dari sabang-merauke.
Proyek income ini variabel. Tiap ngerjain proyek, dapat duit. Komponen proyek tuh biasanya ada belanja honorarium, jasa narsum, dan uang harian perjalanan dinice.
Kalo pi in is nya kreatif bisa ambil tiket, hotel, dan belanja bahan juga πππ
Jumlah proyek yang bisa dikerjain agak bervariasi tergantung apeben. Makin banyak apeben, makin banyak proyek, makin banyak komponen proyek incomenya.
Contoh proyek sosialisasi per*da 200 juta. Kalo apebennya semilyar, bisa 5x sosialisasi. Contoh aja ya bukan kenyataan kok ππ
Nah kalo 200 juta itu isinya: 1. Barang habis pakai (atk, tinta printer, cetak baligo, beli flash disk dll) 2. Honor tim & honor nasum 3. Perjalanan dinice 4. Akomodasi 5. Dll
Setidaknya kan ada proporsi active income nya di situ ππ
Nah semakin gede apeben, semakin banyak sosialisasi / proyek lain yang bisa dikerjain. Akibatnya, active income ini jadi jauh lebih banyak daripada basic income.
Jadi meski pi in is punya basic income, tapi sebenernya kami ga aman2 banget. Bos harus berjuang mengamankan proyek.
Dan jadi tergantung dewa juga. Kalo dewa bilang alokasi anggarun infrastraktur harus tinggi, duitnya kan diambil dari institusi lain. Umbi di instansi infrastruktur hepi, umbi di instansi lain harus gigit jari. Apalagi daerah. Udahlah πππ
Masyarakat umum ga aware sama kenyataan ini, biasanya. Akibatnya kalo liat pi in is sukses, dipikirnya jadi pi in is enak. Ternyata itu pi in is dari instansi banyak apeben. Pas anaknya daptar di satker gersang apeben, kecele πππ
Tentu saja kelebihannya adalah, jika anda aktif, anda akan dapat banyak uwit. Income jadi sesuai dengan berapa proyek yang dikerjakan. Anda harus rajin. Bos punya power untuk memilih pi in is rajin untuk banyak terlibat di kegiatan, yg males cuekin aja. Biar dapat pasif inkam aja
Tapi kenyataan tidak begitu. Bos kami biasanya kekeluargaan dan rela berbagi proyek meskipun pada ga kerja ππ
Kelebihan ke-2 akan terkait dengan sistem akuntansi keuangan negoro. Basic income pi in is itu dapat kode '51' kalo di badan akun standar. Sementara proyek-proyek seperti sosialisasi pake kode '52'. Kode '53' untuk pengadaan barang modal.
Nah, kalo ditanya berapa proporsi gaji pi in is di apeben, biasanya dewa akan jawab jumlah mata anggaran di akun '51' saja, dan keliatannya jadi ga terlalu banyak. Padahal duit kami banyakan dari '52' ππππ
Tapiiiii ada push untuk perubahan soal gaji pi in is ini. Tentang so called 'tunjangan kinerja' dan 'single salary system'. Bahas ga nih?
β’ β’ β’
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Coba ya kami ilustrasikan yang kami maksud sebagai kegiatan modular, dan kenapa susah distandardisasi
Kalo pajack atau beyatjukay, mau sampay kiamat juga kerjaannya sama: realisasi penerimaan.
Juga dengak sekre yang kerjaannya tiap taun selalu sama. Ini gampang standardisasinya.
Tapi bagaimana dengan kegiatan seperti misalnya penyaluran pupuk bersubsidi? Kalau tiba-tiba dewa berkehendak subsidi dihentikan lalu diganti kerjaan lain, artinya tupoksi harus diredesain.
Masalahnya dewa dewi kita ababil. Program ganti-ganti mulu. Abis waktu cuma revisi KPI.
Melanjutkan trit yang ini ya. Intinya, sebelum jaman tukin, pi in is gajinya secara garis besar bisa dibagi 2: basic income (gapok) + dan proyek income (honor2 kegiatan, espipidi, dll). Gapok dibiayai akun 51, proyek dari akun 52.
Bisa dibilang, gapok ini gaji yang dibayar buat ngerjain tupoksi. Kita dapat uang extra kalo ada proyek tambahan. Yaa semacam 'tugas tambahan lainnya yang diberikan atasan'.
Masalahnya, 'tugas tambahan' ini malah banyak banget ngelebihin tupoksi, dan sering dibilang 'kerjaan yang ada duitnya'. Masalah lain ya emang biasanya pi in is gak punya tupoksi de facto juga sih. Gapok jadi serasa passive income πππ
Yuhuuu tuips pi in is berprestasi! Di hari minggu yang indah ini, kita bahas tentang pimpinan inkompeten yuk! Tentu saja pimpinan inkompeten di pi in is jelas hanya oknum dan cuma segelintir. Tapi tetap penting dibahas. Kita pake artikel ini yak! ideas.ted.com/why-do-so-manyβ¦
artikel-artikel tersebut membahas soal kenapa banyak orang bego kok bisa jadi bos. Kenapa banyak bos tuh abusive, toxic, lebay, tukang marah-marah, baperan, gak suka kritik, narsis dan kayak ga peduli sama anak buah maupun institusi. Bos kan harusnya orang terbaik. kok bisa?