Melanjutkan trit yang ini ya. Intinya, sebelum jaman tukin, pi in is gajinya secara garis besar bisa dibagi 2: basic income (gapok) + dan proyek income (honor2 kegiatan, espipidi, dll). Gapok dibiayai akun 51, proyek dari akun 52.
Bisa dibilang, gapok ini gaji yang dibayar buat ngerjain tupoksi. Kita dapat uang extra kalo ada proyek tambahan. Yaa semacam 'tugas tambahan lainnya yang diberikan atasan'.
Masalahnya, 'tugas tambahan' ini malah banyak banget ngelebihin tupoksi, dan sering dibilang 'kerjaan yang ada duitnya'. Masalah lain ya emang biasanya pi in is gak punya tupoksi de facto juga sih. Gapok jadi serasa passive income 😌😌😌
Makin parah, kami kalo bikin program ya yang dipikiran kami gimana bikin kegiatan yang semudah mungkin tapi porsi honor dan espipidinya sebanyak mungkin. Jadinya ngajuin program kerja yang boros dan nir manfaat macem sosialisasi naik pesawat nginep do hotel. Gampang, cepat, cuan.
Akibatnya, porsi '52' jadi penuh kegiatan sampah seperti ini. Bos juga dibebani dengan berbagai komitmen dan memikirkan nasib anak buahnya, karena ngandelin pasif inkam ya seret 😌😌. Jadi pi in is ni sebenernya kerjaannya ya project based. Bos=project hunter, ga sekadar zuma aja
Tentu saja 'kerjaan yang ada duitnya' tidak hanya ngegarong apeben tapi juga yang berhubungan dengan ijin-ijin dan pemasukan negara. Sering kan denger kasus di situ jaman dulu? 😌😌😌😌
Nah, kemudian muncullah wacana: semua honor-honor extra akan dibuang dari kegiatan di akun '52'. Semua perjalanan dan belanja barang dibuat 'at cost'. Ga ada pemasukan xtra. Semua income akan ada di '51' supaya bikin kegiatan bukan berdasarkan insentif pribadi tp sesuai rakyat 😌
Lahirlah tukin yang kita kenal sekarang. Lalu bagaimana penerapannya? 😌😌😌
Tentu saja perubahan ini adalah sebuah perubahan besar. Karena itu dibuat pilot project di sebuah institusi yang ketika itu korupnya pol polan. Dengan argumen tambahan institusi ini bertanggung jawab atas income negoro jadi harus dibersihkan duluan. Tukin cukup, korup berkurang
Jadi sejarahnya ya dikasi tukin tinggi biar ga korup. Kurang-kurangi perjadin ga penting, dan bisa profesional tanpa mikirin nyari-nyari income tambahan. Apakah reform di institusi ini berhasil?
Sepertinya instansi ini cukup berhasil direform. Tidak hanya dapat dukungan tukin tinggi, instansi ini juga selalu dipimpin dewadewi professional terbaik di bidangnya. Pokoknya urusan RB selalu dapet privilese deh. Dijauhi dari jamaahan dewadewi titipan.
Sultan was born.
Ketika sultan terlahir kembali, masi banyak instansi yang bahkan absennya masih pake tanda tangan di kertas. Ya allah bagaikan langit dan bumi.
Tentu saja sultan pun masih suka melakukan beberapa hal yang lucu-lucu 😌😌 tapi dibanding lembaga jelata? Jauhhhh. Lulusan luwar negri juga banyak. Keren lah.
Lama-lama, sistem tukin ini pun secara bertahap diterapkan di lembaga lain. Pi in is yang masuknya jaman pak biway mungkin sempet ngerasain sistem old dan beralih ke sistem tukin yang sekarang kita kenal.
Yang dulu telat ga ada yang peduli, sekarang wajib absen tepat waktu.
Iya, sistem yang dulu ga peduli-peduli amat sama absen. Honor dan gaji selalu masuk dan tergantung bendahura dan bos. Kerjaan kelar ya dibayar. Selama bos mengamini kita masuk ke tim-tim kegiatan dan ngerjain kerjaan xtra tersebut.
Dengan sistem tukin, tukin kita akan dipotong sekian persen jika terlambat masuk. Jika terlambat pulang? Ya salah sendiri 😌😌😌
Seru loh itu waktu awal-awal diterapkan sistem tukin dipotong jika telat absen. Kami sering mendengar kasus mesin absen dirusak oleh oknum tertentu. Memang ya kita selalu resisten dengan perubahan 😌😌😌😌
Duh cape tuip. Istirahat bentar 😌😌
Dilanjut besok ya tritnya 😌😌
Lanjut ya 😌
Sedikit rekap dari yang kemaren tentang income pi in ice:
Pi in is jadul: passive income (51) + active income (52)
Pi in is sekarang (teorinya): passive income (51) + tunjangan kinerya (51) + 0 (52, prinsipnya proyek tambahan tidak nambah income karena sudah embedded di tukin)
kenapa berubah? Karena saking prevalensinya active income, sampe-sampe pi in is jadi proyek hunter dan ga mau kerja kalo ga ada tambahan. Gapok yang harusnya cover tupoksi, malah dianggap jadi passive income. Mending ga punya tupoksi karena toh tetep dapet gapok.
Selain itu, proyek hunternya jadi semakin inefisien karena pi in is bukan rencanain proyek yang berguna untuk program, tapi bikin proyek yang ngerjainnya gampang dan proporsi honornya tinggi.
oh iya, meskipun di trit ini kami bilang tukin, ini ga berarti kami ga ngomongin tunjangan lain yang sejenis ya, misalnya sertifikasi dosen dan guru. Ini sama aja sebenarnya dengan tukin. Intinya adalah tunjangan yang melekat ke kinerja.
Apa itu tunjangan yang melekat ke kinerja? Ya income yang bervariasi tergantung kinerja. kinerja buruk, tukin yang diterima tidak full. Dipotong. Kalo kinerjanya sesuai target baru deh dikasih full.
prinsipnya kan mirip honor berbasis proyek jadinya. variasi tergantung kerjaan
Masalah dari tunjangan kinerja ini ya ada dua. Di sisi tunjangan, dan di sisi kinerja.
sisi tunjangan: berapa banyak akun 51 akan membengkak? Apakah apebennya cukup? Kalo dari pilot projek di sultan sih udah keliatan agak bahaya kalo semua dapat angka yang sama 😌
tentu saja masalah berikutnya adalah kalo tunjangannya sama, maka yang sekarang tukinnya gede akan jadi keliatan kurang penting. Akhirnya jadi ada semacem pertahapan: tidak semua lembaga dapat tukin yang sama. Kalo sudah dirasa kinerja baik, baru dinaikin ke 100% value 😌😌
kami kan sempet cerita kemaren ya, ketika sultan udah absen pake alat, banyak yang absennya masih pake kertas, pada bolos, ga punya intranet, dst. Yang gini-gini akhirnya dibikin jadi benchmark untuk menuju tukin full.
bagaimana penerapannya sampai sekarang? Mungkin kalian udah pada tau ya 😌😌 sekarang yang tukinnya udah wah kalo di pusat tata surya ya tentu sultan, tapi juga ring 1 presi*den udah lumayan banget (skab,sneg). Dan auditor. yang ngurusin R&B juga. Siapa lagi?
selainnya? jelata
Makanya semangat ya bikin webeka-webekaan biar kalian dapat tukin gede juga 😌😌😌😌😌😌😌😌
Daerah lebih susah dibahas karena tiap daerah boleh bikin sendiri. Semangatnya opkors desentralisasi. Daerah sultan yang apebed nya guede bisa punya cukup spasi fiskal untuk kasi tukin gede. Daerah jelata ya harap maklum aja ya.
Menariknya, karena lembaga jelata ini tukinnya kecil, mereka protes dong kalau hepeng dari '52' benar-benar ditekan sampai 0. Lah duitnya jauh bos. Akhirnya nego: beberapa dibatasi secara bertahap. Honor kegiatan dibatasi setiap orang, tidak unlimited lagi. narsum boleh. RDK bole
jadinya yang terjadi di sebagian besar lembaga saat ini adalah pseudo-tukin jadinya. Tidak full no income dari '52'. Satker jelata masih suka kasih honor narsum tidak hanya ke pi in is nya sendiri (meski aturan diperketat), tapi juga narsum dari lembaga lain.
Termasuk sultan😌
Oh iya, penting juga untuk diketahui bahwa di sultan pun terjadi kesenjangan. Ada direk*torat yang super sultan, tapi ada juga yang semi-sultan. Tidak jarang kami mendengarkan celoteh kesedihan dari dir yang semi-sultan ini 😌😌😌
Akhirnya yang terjadi adalah klasik pi in is: mau teoretikal tukin, tapi ga mau kasih full tukin karena masalah yang kami sebut tadi. Akhirnya ya malah 2 2 nya ga jalan 😌😌
miriplah spt birokrezi ramping: idenya pi in is dikit, kerjaan di outsource. Yg terjadi malah 2 2 nya 😌
Masalah berikutnya adalah kinerja. Bagaimana cara mengukur kinerja yang obyektif? Apakah kalau seorang penarik pajack tidak perform maka salah dia? Tentu tiduck, karena pajack berhubungan dengan, salah satunya ekonomi. Kalo lesu ya targetnya tidak tercapai. mosok harus dipotong?
kalo masih pake honor, gampang kan ngukurnya. Ada proyek ya dibayar, ga ada proyek ya dibayar.
tapi masalah kerja-ga kerja tetap dapat duit itu tidak berubah. keduanya masih full diskresi pimpinan. Mungkin tukin ini malah lebih ribet. 😌😌😌
tidak jarang juga kami dapat keluhan orang dengan grade tukin rendah tapi kerjaannya lebih banyak daripada orang dengan grade tukin tinggi. Kalo jaman honor kegiatan masih enak nolak kerjaan. "lho aku kan tidak termasuk di tim. ga dapet honor. mosok aku yang kerja"
Di awal-awal penentuan tukin, komponen 'absen' menjadi sesuatu yang paling penting dan paling gampang diukur/obyektif. ga absen, potong. simpel. Absen menjadi sesuatu yang penting ketika itu, padahal dulu mana pernah. Jadi harus agak kreatif kalo mau bolos 😌
bagaimana ketentuan di luar absen? Masih jadi problem sampai sekarang. Apalagi di lembaga yang emang selama ini ga ada kerjaannya 😌😌
Kami udah cerita ya di atas soal project hunter. Beberapa lembaga malah bener-bener project based kerjaannya. Ganti bos, ganti project. ga tetap
Artinya, tupoksi lembaga ini sebenarnya cukup fleksibel. Bos mau ganti tinggal ganti. Penghasilan variabelnya kan tergantung proyek, bukan kinerja. Ga perlu bikin dokumen yang mengikat. Yang penting masuk tim, kerjain proyek, honor cair.
Tentu saja di tengah situasi politik yang begitu ganti bos ganti semua kebijakan, sistem yang modular seperti honor kegiatan ini sebenarnya lebih cocok.
Kinerja di pi in is sangat bervariasi, dan sangat susah digeneralisir.
Dan ini menjadi permasalahan ke-3. Soal ego sektoral 😌😌
Sayangnya, dewa dewi pusat tata surya kurang ngobrol atau main dengan pi in is jelata yang banyak bergerak di sektor riil. Banyak yang merasa sudah tau yang terbaik buat yg lain, mengira di tempat lain sama kayak mereka.
Masalahnya sistem bottom-up juga kurang pas. Dewa dewi punya power yang sangat kuat di instansi masing-masing. Kalo dewa dewi nya bego atau ignoran ya otomatis RB ga bakal jalan.
Dewa-dewi kalo ngomong cuma kebijakan makro apalah-apalah. Ga sadar kalo kebijakan itu harus ada yang kerjain di lapangan. Kebijakan secerdas apapun ga akan jalan kalo yang eksekusi bego.
Tapi ya tentu saja bukan salah mereka.Yang salah pasti instansi lain, atau cina dan yahudi
Dan akhirnya malah makin ego sektoral. Yang satu merasa penting, pintar dan sebelahnya bego. Yang satu lagi merasa sebelahnya ga ngerti lapangan, sok elit, dan sombong. Yaudah ga nyambung-nyambung dan berantem sendiri. Harusnya kan yang nyambungin ya dewa dewi kan? Kemana mereka?
Makanya usahakan main yang jauh. Jangan stuck di tempat sendiri aja. Pi in is ini variasinya luar biasa dan sulit melakukan generalisasi. Susah memang kalo ga ngerasain sendiri, tapi bisa dimulai dengan membuka pikiran, bahwa pi in is lain mungkin ada benarnya 😌😌😌
Udah ah capek. ga ada honornya. Intinya ya kalian harus anti-kritik dan jago kandang ya. kalo nggak nanti gimana mau jadi pejabut yang baik😌😌😌
"kamu sih enak tukin gede" vs "kamu sih enak espipidi dan honor masih bisa dapet" akhirnya ga kelar-kelar. Tapi naga-naganya bakal tetap jalan nih mengurangi hepeng dari 52 lewan pengurangan erdeka, espipidi dan honor. Tukin sih nanti dulu ya
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Coba ya kami ilustrasikan yang kami maksud sebagai kegiatan modular, dan kenapa susah distandardisasi
Kalo pajack atau beyatjukay, mau sampay kiamat juga kerjaannya sama: realisasi penerimaan.
Juga dengak sekre yang kerjaannya tiap taun selalu sama. Ini gampang standardisasinya.
Tapi bagaimana dengan kegiatan seperti misalnya penyaluran pupuk bersubsidi? Kalau tiba-tiba dewa berkehendak subsidi dihentikan lalu diganti kerjaan lain, artinya tupoksi harus diredesain.
Masalahnya dewa dewi kita ababil. Program ganti-ganti mulu. Abis waktu cuma revisi KPI.
Tapi ini semua berpangkal di honorarium dan espipidi. Potong anggarun=potong income. Lho katanya income pi in is semua sama? Sesuai U*U? Itu mah gaji alias Passive income. REAL Income beda lagi 😌😌😌
Jadi jaman dulu tuh pi in is kan gajinya kecil banget. Tapi tiap ada proyek, ada duitnya. Jadi pendapatan pi in is tuh gini:
Base income + proyek income
Base income semua pi in is sama diatur oleh PP sesuai golongan dan pangkat. Semua sama dari sabang-merauke.
Yuhuuu tuips pi in is berprestasi! Di hari minggu yang indah ini, kita bahas tentang pimpinan inkompeten yuk! Tentu saja pimpinan inkompeten di pi in is jelas hanya oknum dan cuma segelintir. Tapi tetap penting dibahas. Kita pake artikel ini yak! ideas.ted.com/why-do-so-many…
artikel-artikel tersebut membahas soal kenapa banyak orang bego kok bisa jadi bos. Kenapa banyak bos tuh abusive, toxic, lebay, tukang marah-marah, baperan, gak suka kritik, narsis dan kayak ga peduli sama anak buah maupun institusi. Bos kan harusnya orang terbaik. kok bisa?