Apa yg kita blm ketahui: Profil efektivitas dari kandidat vaksin Sinovac ini dlm memberikan perlindungan terhadap Covid-19 (apakah level respons imun tsb cukup/tidak?), yg akan dijawab oleh uji klinis fase 3.
Target WHO sendiri tidak muluk2 amat: 50% efficacy utk pemberian izin.
Uji klinis fase 3 mengukur perbedaan tingkat infeksi antara kelompok yg divaksin dg yg plasebo. Masalah dg desain studi di Bandung adl jumlah relawannya tll kecil (1.620 orang saja) & tingkat infeksinya tidak tll tinggi. Krn itu hasilnya tidak secepat uji Pfizer/Moderna yg di AS.
Karena itu, likely kita akan mendapatkan hasil uji klinis fase 3 dr Brasil dulu ketimbang dr Bandung. Di Brasil jumlah relawannya lebih besar (10 ribu org) & memiliki risiko tinggi terinfeksi (nakes). Idealnya, di Indonesia studinya dilakukan di Jkt dgn relawan puluhan ribu org.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Akar masalahnya di mindsetnya, yaitu ingin mencari2 'kabar baik' sampai perlu menggunakan indeks yg irelevan spt % kasus aktif dan glorifikasi tingkat kesembuhan.
Dan pemerintah pun bingung melihat masyarakat meremehkan wabah ini. Like whaddya think?!
Belum lagi masalah klasik tidak sinkronnya data pusat dgn daerah, yg mengakibatkan sulitnya 'membaca' data Indonesia, apakah merefleksikan skala wabah yg sesungguhnya atau tidak.
@jokowi tahu/tidak kalau sistem pelaporan data @KemenkesRI perlu dibenahi?
Sebenarnya saya sudah capek ngomong tentang hal berikut, tapi berhubung @KemenkesRI-nya bebal dan tidak kapok2 juga, berikut utas untuk mendokumentasikan buruknya pelaporan data Covid-19 oleh @KemenkesRI. ⬇️⬇️
Pada dasarnya ada 2 isu yg sudah lama & tidak kunjung dibereskan juga:
(1) Pelaporan yg tidak apa adanya, bisa ditahan-tahan atau sebaliknya dirapel sekaligus.
Hal ini juga sudah dihighlight oleh @WHOIndonesia sejak lama dalam Situation Report mingguannya sampai skrg.
Contoh baru2 ini: Pelaporan data kematian di Jabar. Sempat ada pelaporan sebanyak 15 kematian/hari selama 7 hari berturut-turut, yg sebenarnya itu sedang ngerapel ketinggalan dengan jumlah kematian versi provinsi.
Dapat dilihat bgmn selisihnya berkurang spjg rapelan tsb.
Mengapa kami di @KawalCOVID19 mengadvokasikan lockdown / #KarantinaWilayah / apapun namanya, intinya setiap warga di wilayah tsb diwajibkan diam di rumah & dipelihara oleh negara selama masa karantina utk menjamin putusnya rantai penularan wabah ini utk sementara.
[sebuah utas]
Pendahuluan: biasakan untuk berpikir dalam kerangka EKSPONENSIAL ketika membahas wabah ini.
Ini tdk intuitif, krn kita terbiasa dgn cara berpikir linear. Linear itu sederhana. Kalau dari 1 kasus menjadi 2 kasus butuh 4 hari, dari 1.000 kasus menjadi 2.000 kasus butuh 4.000 hari.
Sementara eksponensial itu begini.
Kalau dari 1 kasus menjadi 2 kasus butuh 4 hari, maka:
- Dari 100 kasus menjadi 200 kasus butuh 4 hari juga
- Dari 1.000 kasus menjadi 2.000 kasus butuh 4 hari juga
- Dari 10.000 kasus menjadi 20.000 kasus butuh 4 hari juga
* Wabah coronavirus di Cina. Yang mengerikan dari wabah ini? Ratusan juta warga Cina akan mudik pekan ini untuk Imlek dan berpotensi semakin memperluas penyebaran virus ini.
"A Chinese government expert said that the Sars-like virus is contagious between humans, fuelling fears of a major outbreak as millions travel for the festive period." #coronavirus#Wuhan#CNY#LunarNewYear
"A China national has tested positive for the Wuhan virus in Singapore, with another likely to have the virus.