[sebuah utas]
Ini tdk intuitif, krn kita terbiasa dgn cara berpikir linear. Linear itu sederhana. Kalau dari 1 kasus menjadi 2 kasus butuh 4 hari, dari 1.000 kasus menjadi 2.000 kasus butuh 4.000 hari.
Kalau dari 1 kasus menjadi 2 kasus butuh 4 hari, maka:
- Dari 100 kasus menjadi 200 kasus butuh 4 hari juga
- Dari 1.000 kasus menjadi 2.000 kasus butuh 4 hari juga
- Dari 10.000 kasus menjadi 20.000 kasus butuh 4 hari juga
Jadi, ketika membayangkan apa yang harus dilakukan sekarang, bayangkan kondisinya dalam 2-3 minggu ke depan.
Karena itu, bayangkan kondisinya dalam 2-3 minggu ke depan, dan jangan bayangkan skenario terbaik tapi selalu asumsikan skenario TERBURUK ketika membayangkan apa yang harus dilakukan sekarang.
Untuk ini, jangan melihat dari jumlah yg terkonfirmasi, yg lebih merefleksikan keterbatasan kapasitas testing kita, yg dapat dilihat dari banyaknya PDP yang meninggal dunia sblm hasil tesnya keluar.
Jumlah tersebut bukan jumlah total yang meninggal dunia sampai hari ini, namun sampai beberapa hari yang lalu!
Hanya 1 yang tidak: Indonesia, yg baru ada kasus tgl 2 Mar. Sampai akhir bulan Feb, Indonesia dan Filipina yang terkecil dengan 0 dan 3 kasus saja.
Mengapa? Simply karena jumlah kasus yg kecil s/d Feb itu sebenarnya menunjukkan tingkat deteksi yg sangat buruk di kedua negara ini selama bulan Jan-Feb.
Namun ini artinya fenomena gunung es COVID-19 di Indonesia & Filipina jauh lebih besar ketimbang negara-negara lain ketika kasus2 yg tdk terdeteksi dr bln Jan terus berlipat ganda.
Kalau doubling time-nya 4 hari, artinya tiap hari jumlahnya bertambah ~20% (1,2^4 = 2,07).
Kalau doubling time-nya 7 hari, artinya tiap hari jumlahnya bertambah ~10% (1,1^7 = 1,95).
Pertanyaannya, berapa jumlah kasus yg kita dapat temukan per hari sampai saat ini? Seratusan saja!
Inilah mengapa kami menyerukan #KarantinaWilayah, simply karena situasi sekarang sebenarnya semakin tidak terkendali.
Rekor kita skrg? 1.439 sampel/hari!
Yang dibutuhkan adalah tes PCR masif seperti Korsel. Dan kita tidak bisa seperti itu.
Kita butuh #KarantinaWilayah untuk memastikan putusnya rantai penularan wabah ini untuk sementara dan memberi waktu bagi pihak berwenang untuk menemukan dan merawat kasus-kasus yang belum terdeteksi ini.
Karena kita tidak berhasil mendeteksi wabah COVID-19 ini di bulan Januari-Februari, kita perlu membayar harganya yang mahal sekarang untuk mengendalikannya.
Semakin diundur, semakin luas wilayah yang perlu dikarantina, semakin mahal pula ongkosnya.
Seminggu lalu mungkin cukup Jabodetabek saja. Sekarang sudah tidak cukup lagi.
Jika wabah COVID-19 ini terus tidak terkendali seperti sekarang, skenario terburuknya adalah 60-70% penduduk Indonesia dapat terinfeksi penyakit ini dengan tingkat kematian 1-4% yaitu 1,6-7,5 juta orang. Bukan ratus, bukan ribu, tapi JUTA.
[sekian]