My Authors
Read all threads
Mengapa kami di @KawalCOVID19 mengadvokasikan lockdown / #KarantinaWilayah / apapun namanya, intinya setiap warga di wilayah tsb diwajibkan diam di rumah & dipelihara oleh negara selama masa karantina utk menjamin putusnya rantai penularan wabah ini utk sementara.

[sebuah utas]
Pendahuluan: biasakan untuk berpikir dalam kerangka EKSPONENSIAL ketika membahas wabah ini.

Ini tdk intuitif, krn kita terbiasa dgn cara berpikir linear. Linear itu sederhana. Kalau dari 1 kasus menjadi 2 kasus butuh 4 hari, dari 1.000 kasus menjadi 2.000 kasus butuh 4.000 hari.
Sementara eksponensial itu begini.

Kalau dari 1 kasus menjadi 2 kasus butuh 4 hari, maka:

- Dari 100 kasus menjadi 200 kasus butuh 4 hari juga

- Dari 1.000 kasus menjadi 2.000 kasus butuh 4 hari juga

- Dari 10.000 kasus menjadi 20.000 kasus butuh 4 hari juga
Selanjutnya, dalam wabah spt ini selalu ada lag factor, karena akan selalu ada kasus-kasus yang sudah terinfeksi namun masih dalam masa inkubasi.

Jadi, ketika membayangkan apa yang harus dilakukan sekarang, bayangkan kondisinya dalam 2-3 minggu ke depan.
Selama kita hanya meresponi kondisi saat ini, kita akan selamanya ketinggalan.

Karena itu, bayangkan kondisinya dalam 2-3 minggu ke depan, dan jangan bayangkan skenario terbaik tapi selalu asumsikan skenario TERBURUK ketika membayangkan apa yang harus dilakukan sekarang.
Pertanyaan selanjutnya, berapa jumlah kasus yang sesungguhnya skrg di Indonesia?

Untuk ini, jangan melihat dari jumlah yg terkonfirmasi, yg lebih merefleksikan keterbatasan kapasitas testing kita, yg dapat dilihat dari banyaknya PDP yang meninggal dunia sblm hasil tesnya keluar.
Dengan kata lain, data jumlah pasien COVID-19 di Indonesia yang meninggal dunia pun lagging saking kecilnya kapasitas dan lamanya proses testingnya.

Jumlah tersebut bukan jumlah total yang meninggal dunia sampai hari ini, namun sampai beberapa hari yang lalu!
Namun data kematian tetap lebih akurat daripada jumlah kasus yang terkonfirmasi dalam mengestimasi jumlah kasus yang sebenarnya saat ini.

Berikut data COVID-19 di ASEAN sampai 28 Maret.

Perhatikan ada 2 negara dengan tingkat kematian yang sangat tinggi: Indonesia & Filipina.
Hampir semua negara ini mengkonfirmasi kasus impor dari Wuhan/Tiongkok di bulan Jan ketika wabah ini sedang parah-parahnya di sana.

Hanya 1 yang tidak: Indonesia, yg baru ada kasus tgl 2 Mar. Sampai akhir bulan Feb, Indonesia dan Filipina yang terkecil dengan 0 dan 3 kasus saja.
Namun sekarang justru Indonesia & Filipina yg memiliki jumlah dan tingkat kematian yg tertinggi di antara semua negara tsb.

Mengapa? Simply karena jumlah kasus yg kecil s/d Feb itu sebenarnya menunjukkan tingkat deteksi yg sangat buruk di kedua negara ini selama bulan Jan-Feb.
Hal ini bukan berarti negara lain sempurna. Setiap negara pasti ada kasus yg tidak terdeteksi.

Namun ini artinya fenomena gunung es COVID-19 di Indonesia & Filipina jauh lebih besar ketimbang negara-negara lain ketika kasus2 yg tdk terdeteksi dr bln Jan terus berlipat ganda.
Jadi berapa jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sekarang? Easily mencapai puluhan ribu.

Berikut contoh bgmn 1 kasus saja di akhir bulan Jan dapat menjadi 30 ribu lebih dlm waktu 2 bulan. Perhatikan bgmn jumlahnya masih relatively kecil slm Feb sblm meledak di Mar.

EKSPONENSIAL.
Apa implikasinya jika jumlah kasusnya sudah puluhan ribu? Lagi-lagi, ingat konsep eksponensial.

Kalau doubling time-nya 4 hari, artinya tiap hari jumlahnya bertambah ~20% (1,2^4 = 2,07).

Kalau doubling time-nya 7 hari, artinya tiap hari jumlahnya bertambah ~10% (1,1^7 = 1,95).
Dengan kata lain, jika kita mengambil asumsi jumlah kasus sekarang di 30.000 & doubling time-nya setiap 7 hari, hari ini jumlah kasusnya bertambah sebanyak 3.000 kasus!

Pertanyaannya, berapa jumlah kasus yg kita dapat temukan per hari sampai saat ini? Seratusan saja!
Artinya adalah dengan kapasitas testing kita sekarang, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia setiap hari itu bukannya berkurang namun malah masih bertambah terus!

Inilah mengapa kami menyerukan #KarantinaWilayah, simply karena situasi sekarang sebenarnya semakin tidak terkendali.
Apa alternatifnya? Kalau kita bisa tes PCR masif spt Korsel. Masalahnya seperti kita tahu bersama kita tidak memiliki kapasitas seperti Korsel. Untuk dapat mengejar ketinggalan, kita perlu melakukan tes PCR sebanyak puluhan ribu sampel/hari.

Rekor kita skrg? 1.439 sampel/hari!
Bagaimana dengan rapid test? Rapid test juga bukan solusi karena rawan false negative (seharusnya positif tapi hasilnya negatif), dimana yang negatif perlu dites kembali beberapa hari kemudian.

Yang dibutuhkan adalah tes PCR masif seperti Korsel. Dan kita tidak bisa seperti itu.
Kesimpulannya sederhana: We can't catch up with this virus now.

Kita butuh #KarantinaWilayah untuk memastikan putusnya rantai penularan wabah ini untuk sementara dan memberi waktu bagi pihak berwenang untuk menemukan dan merawat kasus-kasus yang belum terdeteksi ini.
#KarantinaWilayah juga dibutuhkan supaya wabah ini tidak malah terus menyebar dari wilayah-wilayah yang sudah terpapar parah ke daerah yang relatively masih bersih seperti yang terjadi sekarang ini dengan kebijakan sekedar himbauan yang tidak jelas oleh pemerintah pusat.
Selama masa #KarantinaWilayah ini, kita juga harus menggunakan waktunya untuk meningkatkan kapasitas sistem kesehatan publik kita (SDM, testing, APD, ventilator, etc etc) sebisa mungkin sehingga sistem kita akan menjadi lebih siap ketimbang sekarang ketika wabahnya kembali lagi.
Basically, #KarantinaWilayah adalah usaha membeli kembali waktu yang kita buang selama ini.

Karena kita tidak berhasil mendeteksi wabah COVID-19 ini di bulan Januari-Februari, kita perlu membayar harganya yang mahal sekarang untuk mengendalikannya.
#KarantinaWilayah adalah sebuah keniscayaan dengan kondisi kita saat ini. Pertanyaannya soal kapannya saja.

Semakin diundur, semakin luas wilayah yang perlu dikarantina, semakin mahal pula ongkosnya.

Seminggu lalu mungkin cukup Jabodetabek saja. Sekarang sudah tidak cukup lagi.
Apa alternatifnya?

Jika wabah COVID-19 ini terus tidak terkendali seperti sekarang, skenario terburuknya adalah 60-70% penduduk Indonesia dapat terinfeksi penyakit ini dengan tingkat kematian 1-4% yaitu 1,6-7,5 juta orang. Bukan ratus, bukan ribu, tapi JUTA.

[sekian]
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Septian Hartono ن

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!