Lo ngerasa nggak sih di sekitar kita udah terlalu lama terbiasa dengan kultur nggak enakan?
Apa lo pernah mau minta tolong sama seseorang, tapi karena merasa nggak enak akhirnya lo nggak jadi minta bantuan?
Atau tanpa sadar, terkadang kebutuhan diri lo sendiri malah lo nomor duakan dibanding kebutuhan orang lain. Sering banget, kan?
Atau pernah nggak lo menutupi rasa kecewa lo terhadap sesuatu? Jadinya, lo cuma bisa memendam emosi supaya bisa menghindar dari konflik.
Kalo emang lo ngerasa relate, bisa jadi lo termasuk orang yang punya pola komunikasi yang kurang efektif nih, alias pasif atau malah pasif-agresif.
Kalo lo punya komunikasi pasif, lo cenderung untuk ngikut aja sama pendapat orang lain dan cenderung menghindari konflik.
Kadang lo malah membiarkan orang lain untuk menyepelekan kebutuhan lo sendiri. Hal-hal yang kaya gini yang bikin ngerasa lo nggak diperlakukan adil.
Sementara itu kalo lo pasif-agresif, lo biasanya mengiyakan sesuatu yang sebenernya nggak lo setujui.
Lagi-lagi, komunikasi ini bikin lo nggak sadar kalo lo nggak nyaman untuk menyampaikan kebutuhan dan perasaan lo.
Ada banyak banget faktor yang membentuk pola komunikasi kayak gitu, salah satunya adalah budaya.
Etika di Asia cenderung bersifat ‘hormat’, atau ‘nurut’ sama apa yang dikatakan orang yang lebih tua dari kita.
Mungkin beberapa dari lo jadi sulit mengungkapkan rasa marah karena selalu dididik untuk nggak boleh menyinggung orang lain.
Malah, kalo kita nggak setuju sama pendapat atau keputusan orang yang lebih tua, kita diajarkan untuk menelan amarah dan nggak berdebat dengan mereka.
Meskipun ini memang tergantung konteks dengan siapa dan di mana kita berbicara, tapi hal ini juga ada implikasinya.
Dari budaya ini timbul pola perilaku yang terekam di otak kita, baik verbal atau non-verbal.
Hal ini terbentuk jadi kebiasaan dan memungkinkan untuk nggak sejalan dengan pikiran dan emosi kita yang berkembang.
Nah, dari sini, kita jadi tanpa sengaja sering menyampaikan hal yang bukan kita maksud. Pengennya makan sushi, tapi bilang sama pacar “terserah kamu aja.”
Kebiasaan ini bisa memberi kesan yang salah dan memengaruhi orang lain merespons kita selama berinteraksi. Tapi berita baiknya, komunikasi adalah skill yang bisa diperbaiki, salah satunya dengan jadi asertif.
Ada beberapa manfaat yang bisa lo dapatkan dari jadi asertif.
Meningkatkan rasa percaya diri.
Kemampuan berkomunikasi asertif bisa membuat seseorang merasa yakin dalam mengatakan pendapatnya dan lebih mengutamakan rasa hormat pada orang lain. Jadinya, orang lain juga akan ikut respect sama lo dan membuat lo lebih PD.
Mengurangi resiko stres.
Simple sih, karena udah nggak ada yang namanya rasa nggak-enakan dan maksud lo sudah tersampaikan dengan jelas, jadi lo akan merasa terbebas dari tekanan.
Membuat lo semakin produktif.
Saat lo menerapkan komunikasi asertif, lo akan merasa gak keganggu dengan pandangan orang lain yang beda dari lo. Lo akan lebih fokus sama tanggung jawab lo sendiri. Karena lebih bebas, lo akan menjadi lebih produktif terhadap apa yang lo kerjakan.
Komunikasi yang asertif berarti memahami apa yang lo butuhin, belajar bagaimana mengekspresikannya dengan jelas, dan juga terbuka dengan pendapat orang lain.
Mempelajari komunikasi yang lebih baik dapat membantu hidup lo banget.
Anggep aja kaya investasi diri sendiri untuk meningkatkan hubungan lo dengan orang lain, mendorong kesuksesan, dan membangun kepercayaan di antara sekeliling lo.
Nah, lo bisa juga mempelajari ini dengan ikut kelas online dari Satu Persen.
Kalo lo ikut kelas online “Kalahkan Rasa Malu: Menjadi Pribadi yang Lebih Percaya Diri” ini lo bisa mendapat materi-materi yang membantu lo menumbuhkan percaya diri untuk lebih asertif.
Peter Pan Syndrome
.
.
.
Sudah Tua tapi Belum Dewasa, A Thread
Pict: Pinterest
“All children, except one, grow up.”
Kalimat ini ditulis sama J.M Barrie di novelnya yang judulnya “Peter Pan and Wendy.”
Lo semua pasti tau cerita Peter Pan adalah anak laki-laki yang gak pernah tumbuh jadi orang dewasa, bahkan tubuhnya juga tetep kaya anak kecil.
Tapi menariknya, orang-orang di sekitar lo mungkin ada yang tetap tumbuh secara fisik jadi orang dewasa, tapi ada juga yang 'dalamnya' gak tumbuh jadi dewasa.
Dia gak siap untuk bener-bener jadi orang dewasa dan harus bertanggung jawab sama beberapa hal di hidup mereka.
Yuk, kita mulai bahas soal komunikasi di dunia kerja
Dari pertanyaan yg masuk, pada nanya soal gimana sebaiknya bersikap ke orang yang posisinya di atas, baik senior ataupun atasan
Kalau menurut kalian gimana guys? Apa sih yang seharusnya diperhatikan dalam hubungan kayak gini?
Hal pertama banget yang harus diperhatikan adalah, siapa sih mereka sebelum mereka jadi atasan atau senior kalian?
Ingat bahwa sebelum jadi atasan/senior...
Bahkan sebelum mereka jadi pekerja atau pengusaha...
Mereka adalah...
*jreng jreng*
MANUSIA
Nah, apa pentingnya menyadari bahwa atasan/senior kalian adalah manusia?
Gini, manusia itu punya segudang keanehan, setumpuk kelemahan, mudah terjebak dalam bias dan juga punya masa lalu yang panjang yang udah ngebentuk mereka jadi kayak sekarang
Tips Sederhana Bersikap Baik ke Siapapun
.
.
.
Belajar Bersikap Baik Lewat Karakter 'Halmeoni' di Serial Start-Up, A Thread
Apakah lo ngikutin serial Start-Up? Start-Up jadi salah satu K-drama yang sering diperbincangkan. Drama ini gak hanya menyuguhkan kisah cinta, tapi juga perjuangan anak muda dalam meraih impian, hangatnya hubungan persahabatan dan keluarga, sampai gambaran realistis dunia bisnis.
Nah, ada satu hal inspiratif yang mungkin jarang orang perhatikan karena terlalu fokus sama pemeran utama di serial ini.
Gue mau ngebahas tentang kebaikan Choi Won Deok aka “Halmeoni”
Mengerti Kesepian
.
.
.
Mengatasi Rasa Kesepian, A Thread
Pict: Stefan Stefancik
Kesepian bisa menghantui siapa saja. Bahkan, lo bisa merasa kesepian meskipun lo punya banyak teman atau berada di tengah keramaian.
Tapi, kenapa lo kesepian?
Manusia adalah makhluk sosial. Artinya secara natural, manusia baru bisa berfungsi optimal ketika hidup dalam sebuah kehidupan sosial tertentu dan ini sudah terjadi sejak jaman prasejarah dulu.