Setelah membaca ini, kok saya jadi berkesimpulan bahwa penghukuman soal gay di Quran ini tidak setegas di Taurat ya? Dan berangkatnya dari kisah, bukan hukum yang berdiri sendiri. Kalau di Taurat ada kisah Sodom n Gomorah di Beresyit tetapi ada larangan dan hukuman di Vayikra
Larangan itu masih secara normatif dianut oleh Yahudi ortodoks makanya mereka menolak perkawinan sesama jenis. Saya pernah membaca sekilas di dalam hadits kalau ada peristiwa penghukuman sesama jenis, hukumannya mati cuma bagaimana cara melaksanakan itu yg terjadi silang pendapat
Di dalam Talmud juga disebutkan mengenai pria yang berhubungan kelamin dengan pria seolah-seolah berhubungan dengan wanita. Hukumannya adalah hukuman mati. Menarik ini kalo diperbandingkan
Saya fotokan dari Mikraot Gedolot Vayikra 20:13. Di sana disebut dihukum mati. Bagaimana cara menghukum matinya? Dijelaskan dalam Talmud
Di dalam Talmud Sanhedrin, disebutkan penjatuhan hukuman bagi pria dg pria adalah dg hukuman mati dengan cara dirajam. Saya belum tahu di Islam apakah ada model seperti ini. Mungkin @Ayang_Utriza atau @na_dirs yg lebih paham. Setahu saya di Quran adalah kisah, eksekusinya hadits
Barangkali ada bahan dari pak @PramOctavy mengenai penghukuman pria dg pria dalam hukum Islam? Karena setahu saya tidak sejelas dan sedetail sebagaimana saya ungkapkan di awal utas singkat ini. Kalau ada bahan yg sekiranya mungkin terlewat oleh saya silahken dibagi yes
Cuma dari wawancara tersebut saya jadi bertanya-tanya klaim dari @Ayang_Utriza, jika memang konsep seksualitas Quran itu mewarisi agama Yahudi? Maka mewarisi bagian mananya? Kisah? Atau hukumannya? Nyatanya kalau kita melihat di Quran hanya ada kisah mengenai kaum Luth.
Saya ga sependapat dengan @Ayang_Utriza mengenai hal ini. Bagi saya tidak ada yg diwarisi oleh Islam mengenai hubungan pria dengan pria dalam agama Yahudi. Konsepsinya sudah berbeda, hukum yang berangkat dari konsep tersebut juga berbeda.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Paling berkesan, bukan bermaksud yg lain ga berkesan, tentu saja dg Professor Kaspersen. Dia perancang Convention of Cybercrime, mengetahui pemikiran yang melatarbelakangi CoC bukan lewat buku, tapi langsung ke orangnya. Sebelum berpisah is memberikan kenang-kenangan disertasinya
Dg Professor Keijzer sama. Saya paham politik hukum cybercrime di Belanda ya dari dia juga. Langsung. Karena dia anggota komisi Kejahatan komputer Belanda yg menyusun Wet Computercriminaliteit I. Jadi pemahaman cybercrime di Belanda & Eropa saya dapat langsung dari tangan pertama
Saya barusan ke bank nyetak buku tabungan. Ada bocah ga mau dipindai thermo gun, alasannya kena radiasi trus ngeyel. Sama satpam didebat “ahli kesehatan mana yg ngomong gitu? Professor mana? Kata orang? Orang itu dokter? Kena radiasi itu hoax!”. Mantab BTN Jaksa Agung Suprapto!
Lanjutin lagi ceritanya. Setelah ditanya begitu si bocah ngeyel kalo itu professor, sama satpam diuber terus. Lalu di satpam bilang, “kalo radiasi, hape ini juga ada radiasinya, ngapain masih dipake? Sumber mana yg bilang ini (thermo gun) radiasi?” Dijawab “ada tulisan...”
Tambah diuber sama satpam, akhirnya di nasabah ini nyerah dan jidatnya mau dipindai. Sambil nunggu saya nanya ke satpam, yg modelan aneh begitu udah berapa yg dateng ke sini? Sama si satpam dijawab, “udah dua pak pas saya jaga gini, minta scan di tangan satunya di kelek” 🤣🤣🤣
Pagi ini terinspirasi dari twit Prof. @ofathurahman dan @RZIDN semalam yg ngunggah halaman dari sebuah jurnal tentang Ottoman, saya setelah Subuhan membaca buku fisik yg berjudul Inskripsi Islam Tertua di Indonesia karya Claude Guillot terbitan KPG, 2008, ada Aceh & Ottoman
Oiya ini foto cover bukunya ya, barangkali ada yg berminat membeli. Bahasa buku ini adalah bahasa akademis, bagi saya sih ngga terlalu sukar dan mudah dipahami, tapi ya ga tau bagi orang lain yg reading comprehension-nya perlu beberapa kali membaca
Bahasan dimulai pada halaman 176. Mengenai asal muasal begitu kuatnya narasi Aceh dan Ottoman, dari tradisi lokal, sangat kuat. Bisa dikatakan langka.
Penyusunan RUU KUHP secara tersirat memang tidak bisa dipungkiri didasarkan atas pengaruh ajaran agama tertentu. Salah satu dasar masuknya ajaran agama tertentu itu adalah laporan Simposium Pengaruh Kebudayaan/Agama Terhadap Hukum Pidana terbitan Badan Pembinaan Hukum Nasional
Dalam laporan ini disebutkan bahwa di masyarakat ada perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh suatu ajaran agama tertentu tetapi tidak terakomodasi di dalam ketentuan pidana yg ada di Indonesia saat ini. Solusinya? Hehehehe, dimasukkan ke RUU KUHP
Jadi memang tidak perlu kaget ketika pasal-pasal di dalam RUU KUHP kok mirip ajaran suatu agama, karena memang pernah ada simposiumnya
Saya barusan mendapat RUU KUHP draft 15 September 2019, ternyata beberapa pasal yang saya pernah twitkan dulu tidak ada perubahan. Sepertinya draft ini akan disahkan oleh Pemerintah dan DPR nantinya
Mengenai pasal “hukum yang hidup di masyarakat”, dugaan saya tidak akan berubah seperti yang saya pernah twitkan dulu
Kompilasi hukum pidana adat yang berasal dari Peraturan Daerah dalam penjelasan juga tidak berubah
Baca-baca disertasinya Abdul Aziz biar ga ketularan bego macem rang-orang yang baca utuh belon dah keakehan cangkem komentar ini itu
Saya temukan di sejumlah tempat disertasi yang ditulis pak Abdul Aziz menggunakan Wikipedia, wah. Kok diperbolehkan menggunakan Wikipedia ya dalam penulisan disertasi?
Contoh pengutipan Wikipedia dalam disertasi pak Abdul Aziz