Truk penyerok salju dengan bak isi garam peleleh salju (buat ditabur di jalan) sudah stand by menyambut badai salju hari ini. Roda dipasang rantai biar ngga kepleset.
Dulu waktu kecil liat penyerok salju gini di komik2, jadi pengen nyetir - kayaknya satisfying gitu nyerok gundukan salju mbukain jalan.
Pada ngantri groceries jelang badai. Panjang barisannya tapi tertib & lancar, 10 menit udah di kasir. Orang sini malah kasih space buat manula yg mau ikutan antri (Here, you can take my space)
Si mbah malah “Oh thank you but it’s okay” dan ambil barisan dari belakang.
NYC itu paling jarang salju, ngga seperti kota-kota lain di NY state. Tapi sekalinya saljuan ngga tanggung-tanggung: badai/blizzard yg tebelnya bisa setinggi ‘lutut orang dewasa’
Truk pengangkut sampah sudah dipasangi serokan. Tugasnya ganti jadi pembersih jalanan
Pasukan blizzard masuk NYC & NY sekitar jam 3 sore hingga akhirnya stabil jam 5 sore hingga besok siang. Suhu saat ini 30°F atau -2°C.
Walau ada himbauan dari pemda utk membongkar bedeng outdoor dining selama blizzard, beberapa bedeng masih berdiri. Tapi kursi, meja & heater sudah disingkirkan supaya ngga korslet.
Mulai nabur2 peleleh es di trotoar depan rumah. Agak percuma sebenernya krn saljunya bakal tebel 10-20 cm, cuma bikin lumer dikit. Tapi paling nggak sampai nanti malem masih ngebantu clearing the path.
Sudah mulai ‘rintik-rintik’ flurry
Keluar beli susu di warung sekalian ambil gambar. Suhu -8℃ bikin tangan sakit saat glove dibuka dikit.
Peleleh salju sudah bekerja sampai perlahan tertimbun.
Bajigur mana bajigur? Bandrek? Indomi? Kopi tubruk?
40 menit kemudian, sudah makin tebal. Tapi ngga menghalangi orang utk beraktivitas spt biasa, termasuk petugas pos.
1 jam kemudian. Di lampu jalanan tetesan air membeku udah terbentuk. Kasian, lampunya pilek.
Bis kota & kereta antar states masih beroperasi.
Abang2 'gofood' masih setia nganterin pesenan makanan. Di tengah badai begini, tips yg mereka terima bisa 2-3 kali dari biasanya.
Pasukan oranye penyerok salju - sambil nabur garam sudah berkeliaran.
Sudah jam 11. Markitid. Selamat malam kepada pak supir bis yg masih bertugas.
Nyerok salju bagi kami adalah kegiatan yg satisfying, sekalian bakar kalori. Kebetulan memang jadi kewajiban penghuni rumah utk membersihkan trotoar agar mudah dilewati.
Dan ada kepuasan tersendiri ketika sudah bersih, mudah dilewati orang-orang. “Good morning, thank you.” Kebayang betapa leganya ketika kursi roda, stroller bisa lewat.
Sambil ngecek BPM. Dng resting sekitar 120 stlh 1 menitan.
Kalo mau cepet & ogah capek, pake plower gini. Ntar deh kalo udah punya rumah sendiri.
Salju masih turun, tapi diramalkan berhenti nanti jam 12 siang. Sementara blizzard 2016 berlangsung lebih dari 24 jam.
Berakhir sudah. Matahari pun nongol, langit pun terbuka.
Lalu meleleh. Cair.
The aftermath
Dari fresh snow ke fresh slushy
Taman Tengah setelah badai. Banyak yg bawa gears buat foto-foto & gears buat main ski.
Aktivitas warga.
Jam 4 matahari udah ilang. Markinget. Mari kita nganget.
Demikianlah thread blizzard 2020 nya. Terima kasih udah mau baca sampai sini.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sering ledekan2 mereka yg merasa udah jadi orang kota, macam:
- ih medhok kyk orang kampung
- jangan jongkok malu2in
- makannya cuma tahu tempe
itu sebenernya malah nunjukin mereka belum upgrade wawasan & pergaulannya, masih lokal masih dalam kandang.
Ketika sudah upgrade global, banyak main dng lingkungan di luar kandang, baru menyadari medhok itu shows heritage, jongkok itu skill khusus yg banyak orang luar ngga bisa, tahu tempe menu organik yg lagi populer buat alternatif makanan sehat & para vegan.
Kalo udah upgrade global, banyak yg dianggap malu-maluin itu sebenernya nunjukin kultur kampung halaman sudah lebih maju dibanding negara2 barat. Londo baru mulai makan tahu tempe, belajar yoga untuk bisa jongkok, belajar diverse dng mendengarkan logat berbagai bangsa.
Jaman SMA, temen sebangku meninggal karena kecelakaan. Dengan temen2, gue langsung ke rumahnya bawa handycam. Gue rekam suasananya, termasuk ayahnya yang menangis histeris. Juga wajah temen gue yang terbaring kaku.
Sampai rumah, videonya gue edit untuk dipertontonkan di sekolah. Bokap ngelihat apa yang gue edit. Dia cuma komen "Not, seumpama salah satu keluarga kita ada yg wafat terus ada orang yang merekam suasananya, diedit & dipertontonkan ke banyak orang. Gimana rasanya?"
Gue berkilah bahwa videonya dibuat murni untuk mengenang sang temen yg wafat. Bokap nanya lagi "Gimana rasanya suasana duka keluarga kita direkam & dipertontonkan ke banyak orang?"
Ketika apa yang kita post di social media jadi viral, kita mesti siap dng berbagai konsekwensi. Viral itu seperti membukakan pintu air dari berbagai sumber. Siap dengan berbagai bentuk tanggapan, dari positif sampai yang nyinyir cibir dng alesan ngga jelas.
Satu postingan kami ada yg viral lagi. Masuk 9gag dan udah ketebak komentarnya berwarna-warni. Gue bacain satu satu buat dipelajari, terutama komentar-komentar negatif.
Kebayang, komentar-komentar ngga genah ini kalau dibaca anak-anak remaja bisa bikin minder atau ngga pede.
Atau mereka yg minderan, ngga siap dengan komentar negatif, ngga siap untuk filter mana yg layak diserap dan tidak.
Tahap-tahap keterbatasan hidup kami: 1. Kuwait.
Belajar jauh dari keluarga, menghadapi dunia asing. Belajar bahasa, adaptasi dng alam & kultur orang-orangnya, bersiasat supaya ngga bosen krn Kuwait itu kecil & hiburannya itu-itu aja.
2. New York.
Setelah beradaptasi dalam 'gelap' di Kuwait, kembali beradaptasi dengan silaunya berbagai pilihan & kesempatan di NYC. Ketika semuanya bisa memungkinkan, kami jadi overwhelming, ngga fokus, overstimulated spt anak kecil yg ngga bisa diam, selalu excited.
Di chapter ini kami belajar, banyak pilihan pun bisa menjadi keterbatasan baru. Belajar utk memilah memilih, mana yang terbaik. Sesuatu yg mudah & menyenangkan, bukan berarti yang terbaik. Bukan buat kami, tapi anak-anak kami dan masa depan mereka.
Gue minta supaya saat show, bagian yg ada animasi gue direkam, karena akan gue jadikan portfolio, sekalian jadi lampiran untuk perpanjangan visa kerja di AS. Bagi gue itu sudah sepadan apalagi karya gue dipake artist sekaliber dia. Credit valuenya besar utk ukuran visa gue.
Dia & timnya setuju. Setelah show mereka mengirim video ini. Ini adalah bentuk apresiasi di luar materi (uang). Tidak cukup dengan itu, wujud apresiasi lainnya adalah kiriman swag ini, lengkap dng tanda tangan artistnya, Norm Cook.