1. Relief Karmawibanga 160 panel, tersimpan di lt. terdasar Candi Borobudur yg tertutup talud pengaman, ada 4 panil relief terbuka, berada di sudut tenggara. Rangkaian relief Karmawibanga mengisahkan perihal hukum sebab-akibat perbuatan dlm kehidupan manusia & bersifat universal.
2. Relief Jataka (500 panel), berada di dinding luar (langkan) lantai 3. Relief Jataka adalah kisah kelahiran masa lampau Bodhisattwa (Bakal Buddha/pribadi berpudi pekerti luhur, baik insan maupun satwa), dalam upaya menyempurnakan kebajikan demi mencapai kecerahan.
3. Relief Avadana (120 panil di lantai 1, dan 100 panil di lantai 2), berisi cerita-cerita epik moral/tradisi Bodhisattwa.
4. Lalitavistara (120 panil) di lantai 3, berada di dinding dalam deret atas, mengisahkan kehidupan Buddha Gautama dari sebelum masa kelahiran, kelahiran, masa muda, kecerahan, sampai saat pengajaran pertama-Nya di Taman Rusa.
5. Gandavyuha (460 panil), berada di lt 4-6, di dinding candi maupun dinding langkan. Mengisi lantai2 atas dinding Candi Borobuddur dengan cerita perjalanan Sudhana menemui para mitra dan guru kebajikan (Kalyana Mitra) dari berbagai kalangan untuk merealisasi kecerahan akal budi.
Relief Candi Borobudur menyampaikan pesan agar manusia membina diri menuju puncak hakikat kemanusiaan, yaitu keterbebasan dari ketamakan, kebencian, dan kekeliru-tahuan (loba, dosa, dan moha), dan memperbarui kehidupan berlandas “ikhlas, welas, dan mawas”.
Om Mani Padme Hum...🙏
Candi Borobudur ; Dharmic Original Nusantara
Sebuah #Thread#Utas singkat: SEBAR (Seni Membaca Relief)
Mari ikuti sebagia dari: RINCIAN BANGUNAN DI RELIEF KARMAWIBANGA:
#DharmicLife#Karma#Borobudur#Nusantara
Relief Karmawibangan 19:
“Gillana Upatathi”, merawat orang sakit. Perbuatan baik akan melahirkan suasana hidup bersama yang menggembirakan, damai, sejahtera, dan bahagia.
Relief Karmawibanga panil 21:
“Wirupa” (Rupa Buruk), pegangan paran untuk melangkah lebih jauh mengenal relief Candi Borobudur. “Jika kita berbuat buruk, kesengsaraan datang dalam hidup kita”.
Panil Jataka B-28: Di depan Istana.
Relief yg telah rusak itu menunjukkan bangunan istana, di kedua sisi istana kebutan didirikan. Ada 2 org berlutut di depan istana, yg di kanan mungkin membawa payung yg menaungi tokoh utama.
Panil Jataka B-33: Istana dan Pohon Permohonan.
Di kiri kita lihat pohon permohonan, sesosok lelaki berdiri di sebelahnya. Di tengah adlh bangunan yg rumit, setinggi beberapa lantai. Di sebelahnya di atas kanan, ada sosok lain,,,
Panil Jataka B-45: Menyembah di Kuil.
Bagian tengah menampilkan kuil dgn 5 stupa kecildi atas bag tengahnya. Di kiri seekor merak duduk, sementara di kiri lebih jauh, pemuja dg sikap tangan menghormat. Di kanan jauh ada lelaki lain,,,
Panil Jataka B-106: Memuja di Kuil.
Tepat di tengah adalah kuil, di sekitarnya org2 berkumpul dg persembahan. Adegan terjadi di bwh pohon. Org di sebelah kiri memegang tempat dupa, mengipasinya, seraya meniup asap ke arah kuil...
Panil Jataka B-110: Para Bhiksu Dengan Buku di Kuil:
Di kanan kita lihat bangunan kuil, dan dan di anjungan panjang ada banyak orang yang sedang membawa buku daun lontar.
Panil Jataka B-127: Persembahan.
Tokoh utama dlm relief itu ialah 2 orang Bhiksuni besar yg berlutut di anjungan, di depan kuil. Di dpn mereka sekelompok perempuan perumah tangga tiba & membawa jubah serta persembahan lain.
Avadana Panil 1-1: Raja Utara di Pelataran.
Di bumi Pancala terdapat 2 kerajaan yg saling berbeda, kerajaan bag utara dikenal sbg Hastinapura, rajanya bajik, seluruh warga hidup makmur, rukun & tenteram, dipimpin oleh Raja Mahadhana...
Kerajaan bagian selatan justru sebaliknya memperlakukan rakyatnya dengan kejam dan tidak berperikemanusiaan. Lama kelamaan rakyat kerajaan selatan yang diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi oleh rajanya pindah ke kerajaan utara.
Avadana Panil 1-11: Manohara Terbang.
Konspirasi para penasihat kerajaan Manohara ditangkap o/ mertuanya sendiri, raja kerajaan selatan u/ dikorbankan.
Ibu Pangeran Sudhana tak rela menantunya dijadikan korban, lalu dia melepaskannya, menyuruh Manohara menemui Pangeran Sudhana...
Ketika dalam perjalanan itu, Manohara menemui Begawan di tepi danau. Manohara juga menitipkan cincin cap kerajaan utara kepada sang begawan agar diberikan kepada suaminya.
Avadana Panil 1-16: Sudhana Bertemu Para Kinnari di Sumur.
Pangeran Sudhana lalu menuju kerajaan Kinnara u/ mencari Manohara.
Di perjalanannya ia melewati t4 pemandian Manohara di tepi danau. Dia bertemu dg para dayang Manohara tapi tidak bertemu istrinya.
Pangeran Sudhana . . .
Pangeran Sudhana menanyakan kpd dayang2 itu, namun mereka tidak mengetahuinya, karena Manohara memang tengah bersembunyi.
U/ menunjukkan keberadaannya Pangeran Sudhana diam2 memasukkan cincin pemberian Manohara ke dlm buli2 air yg dibawa dayang2, tanda bhw dia sdh sampai di . . .
di negeri Kinnara.
Ketika cincin itu diketahui Manohara, dia bergegas menemui Sudhana & mereka berdua menuju istana. Ayahanda Manohara, Raja Druma yg melihat Pangeran Sudhana, marah besar, karena anaknya yg dinikahi tak dijaga o/ Pangeran Sudhana.
Begitu . . .
Begitu mendengar penuturan suami Manohara, Raja Druma bisa mengerti dan memaafkan, namun memberikan syarat untuk mendapatkan kembali Manohara sebagai istrinya.
Di kanan ada bangunan mewah dihias indah di dalam pagar, melambangkan kota. Di dalamnya ada orang yang menangkupkan tangan, mungkin dia menyerah. Di atas bangunan burung-burung terbang menghindari bahaya.
Avadana Panil 1-54: Ratu dan Wisma Tamu.
Kita lihat Ratu dikelilingi para dayangnya, ia duduk nyaman dengan bebat di lutut. Di kanan dua orang lelaki duduk di bawah dua pohon. Bangunan yang namp[ak menonjol itu adalah wisma tamu yang nampak sesak.
Avadana Panil 1-81: Yang Mulia Mahakatyayana Menyatakan Ramalannya.
Stlh diyakinkan bhw tidak ada Arahanta di dunia, Raja Sikhandi berhenti mendukung para Bhiksu & Bhiksuni, shg mereka semua pergi, kecuali Yang Mulia Mahakatyayana dan Saila. . .
Suatu hr Raja merasa diremehkan, memerintah rakyatnya u/ menimbun Bhiksu itu dg tanah. Bhiksu itu terkubur namun selamat & menyatakan ramalan akibat perbuatan Raja & rakyat negera Roruka; yg mmperoleh kekayaan mlimpah dlm kurun waktu 6 hari, tp mengalami kehancuran pd hari ke 7.
Avadana Panil 1-86: Di Kapal & Pantai.
Di relief ini ada 2 adegan, sebuah kapal yg megah; digunakan o/ Hiru u/ eksodus dari negara Roruka & di sebelah ada beberapa org disambut o/ Raja. Itu mungkin adalah rakyat di negara baru yg didirikan Hiru, dengan nama kerajaan Hiruka.
Avadana Panil 1-87: Bhiksu Mendekati Kuil.
Dianggap sebagai kembalinya Yang Mulia Mahakatyayana ke Rajaghra.
Bhiksu berjalan menuju bangunan beratap stupa, yg mungkin kuil. Bhiksu nampak membawa benda yg tak bisa dikenali dgn jelas, bisa relik yg dibawa Yang Mulia Mahakatyayana.
Avadana Panil 1-91: Pertemuan Dgn Raja.
Panil ini adalah cerita ttg Raja Bhallatiya, namun tak langsung bisa dikaitkan karena dipahat terpisah o/ tangga dgn panil relief sebelumnya. Di kanan ada bangunan & di depannya ada anjungan yg di dalamnya duduk Raja dgn para selirnya.
Avadana Panil 1-107. Bekerja Sbg Pande Emas & Berangkat Berlayar.
Maitrakanyaka bekerja sbg pande emas & sukses sbg saudagar. Ia dg ikhlas menyerahkan penghasilannya kpd ibunya & ia membeli kapal besar u/ mengarungi samudra. Ibunya keberatan & berusha menghalangi, tp tak bisa.
Avadana Panil 2-8: Raja dan Bhiksu.
Raja duduk di atas bantal dengan dua orang selir berlutut di sampingnya. Di belakang ada Bhiksu yang memegang kitab dan mengajar Dharma. Di belakang Bhiksu ada bangunan yang dipahat cukup rumit. Mungkin merupakan vihara dan perpustakaan.
Avadana Panil 2-15: Percakapan dan Bangunan.
Ada 2 adegan di panil relief ini, Di kanan ada bangunan mewah yg rumit, 3 org memegang busur & anak panah duduk di kiri & 3 org duduk di kanan bangunan.
Di kiri kita lihat seperti ada percakapan antara 2 org yg setara diatas anjungan.
Lalitavistara panil 10: “Para dewa membahas siapa yg akan menyertai Boddhisattwa”
Para Dewa berkumpul u/ membahas siapa yg akan menyertai Boddhisattwa dlm kehidupanNya di bumi & mereka memuji manfaat yg akan dialami mereka yg akan menyertai-Nya.
Lalitavistara panil 15: “Ratu Maya ingin bertemu raja Suddhodana di Taman Asoka”
Ratu Maya, di bawah payung pada relief, ditemani para dayangnya memasuki taman pohon Asoka, di sana ia menyampaikan permintaan kepada suaminya, raja Suddhodana untuk datang dan menemaninya.
Lalitavistara panil 18: “Para Brahmana menafsirkan mimpi Ratu Maya”
Para brahmana menenangkan rasa takut Ratu Maya & memberitahu raja serta ratu bhw ini adlh pertanda baik, seorg putra akan terlahir bg Ratu.
Mereka . . .
Mereka kemudian meramalkan bahwa Ia akan menjadi Raja Semesta, namun ia akan meninggalkan kehidupan rumah tangga, pergi dan menjadi Buddha, yang akan membawa berkah bagi dunia.
Lalitavistara panil 19: “Para brahmana menerima hadiah”
Raja Suddhodana senang dengan ucapan para brahmana, sesuai dengan tradisi, raja mempersembahkan hadiah berlimpah, dan ia juga mnengatur hadiah untuk diberikan kepada para brahmana lainnya di kota.
Lalitavistara panil 23: “Suku Sakya memberi derma kepada kaum miskin”
Raja dan para tokoh suku Sakya kini memberi derma besar-besaran kepada kaum miskin di empat gerbang dan seluruh kota untuk merayakan dikandungnya Boddhisattwa.
Lalitavistara panil 31: “Asita meramal Boddhisattwa akan menjadi Buddha”
Petapa agung Asita tiba & minta melihat bayi yg baru lahir yg dibawa kepadanya. Asita mengenali 32 Markah Manusia Agung (Mahapurusa) pd Boddhisattwa & meramalkan bhw Ia akan menjadi seorang Buddha, lalu . .
lalu menangis, yang membuat raja cemas, namun Asita mengatakan bahwa ini hanya karena ia sendiri tidak akan hidup cukup panjang untuk mendengarkan Buddha mengajar.
Lalitavistara panil 35: “Arca-arca bersujud kepada Sarvarthasiddha (Catatan fasilitator: Nama Sidharta Gautama saat muda)”
Saat mereka tiba di kuil, semua arca dewa, Siva, Skanda, Narayana, Kubera, dan yang lainnya turun dari altar mereka untuk bersujud kepada Boddhisattwa.
Lalitavistara panil 54: “Sarvarthasiddha dianugerahi 3 istana”
Kemudian Raja Suddhodana, yg memperhatikan pertanda, berpikir u/ mencegah Pangeran meninggalkan keduniawian dg membangunkan 3 istana u/ 3 musim & melimpahi-Nya dg kemewahan & mengalihkan-Nya dgn kesenangan indrawi.
Lalitavistara panil 61: “Raja Suddhodana memberi izin kpd Sarvarthasiddha u/ meninggalkan istana”
Raja berniat mencegah Boddhisattwa meninggalkan istana u/ melakukan pencarian-Nya & menawari-Nya apapun yg Ia inginkan. Pangeran meminta 4 anugerah, agar Ia tidak menjadi . . .
menjadi tua, sakit, atau mati, dan agar kekayaan-Nya tidak akan pernah berkurang. Raja, tentu saja, tidak mampu mengabulkan hal-hal itu, sehingga merestui Pangeran meninggalkan keduaniawian.
Lalitavistara panil 64: “Sarvarthasiddha meninggalkan istana”
Pangeran bertekad, ia harus meninggalkan istana malam itu, dan menyuruh pelayanan-Nya, Chandaka, untuk membawakan kuda kesayangan-Nya, Kanthaka, supaya Ia bisa berangkat.
Lalitavistara panil 73: “Raja Bimbisara mempersembahkan derma kpd Bodhisattwa”
Setelah meninggalkan Arada, Boddhisattwa pergi ke Rajagrha, (ibukota Maghada) yg disisi lain sungai Gangga; org2 terpukau o/ pembawaanNya, Raja Bimbisara jg melihatNya & mempersembahkan dermanya.
Lalitavistara panil 81: “Putri kepala desa mempersembahkan makanan kepada Boddhisattwa”
Kelompok 5 pertapa memutuskan meninggalkan Boddhisattwa karena berpikir Ia tlh meninggalkan upayaNya, kemudian kelompok 10 gadis yg dipimpin Sujata datang & memberi-Nya kaldu, yg Ia terima.
Lalitavistara panil 87: “Nagini mempersembahkan singgasana kepada Boddhisattwa”
Setelah mandi Boddhisattwa mencari tempat u/ duduk, & salah seekor Nagini (ular surgawi betina) di sungai Nairajnana melihat Boddhisattwa & mempersembahkan singgasana bepermata kepada-Nya.
Catatan:
(Catatan fasilitator: Sosok naga di relief Candi Borobudur digambarkan sebagai sosok manusia yang bermahkota ular)
Lalaitgavistara panil 109: “Naga Sudarsana di Aparagaya”
Menceritakan perjalanan Buddha ke Rsipatana & disana disambut o/ Naga Sudarsana yg tlh mngambil mangkuk Buddha & mngisinya sbg derma makanan bagiNya.
Ratu Naga berada di belakangnya mmegang bunga teratai, lambang kemurnian.
Lalitavistara panil 112: “Yaksa Cunda di Cundadvila”
Yaksa Cunda memerintahkan perjamuan raya bg Buddha di Cundadvila & disana Buddha menginap semalam.
Di samping Buddha terlihat pemberian ditumpuk tinggi & para Dewa memegang lbh banyak lg persembahan. Tampak 3 bidadari menari.
Lalitavistara panil 113: “Yaksa Kandha di Gandhapura”
Pada malam berikut Buddha disambut oleh Yakssa Khanda di Gandhapura dalam suasana kemeriahan. Ada teratai yang ditempatkan di tahta kosong yang mungkin untuk Buddha.
Lalitavistara panil 116: “Buddha diberi derma di Varanasi”
Budha setelah menyeberang sungai Gangga, memasuki Varanasi dan selanjutnya melakukan sambut derma pada pagi harinya. Orang2 di kota itu berdiri menyerahkan derma makanan kpd Buddha dlm mangkuknya.
Om Mani Padme Hum...🙏
Gandawyuha merupakan kisah esoteris agama Buddha Mahayana mengenai anak muda bernama Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari pengetahuan dan kebijaksanaan tertinggi.
Relief Gandawyuhadpt menjadi payung diskusi berbagai pengalaman religi dlm tak terbatas pd agama besar, ttp jg agama2 yg di Nusantara yg selama ini termarjinalkan.
Pencarian keTuhanan dlm kisah Gandawyuha sgt universal.
Kisah ini mencerminkan tingkat toleransi agama yg tinggi.
Toleransi & Pluralisme menjelaskan bhw mengembara untuk menemui satu guru ke guru lain dgn tujuan mencari kebenaran sejati adalah sesuatu yg ada dlm semua agama & tradisi2 dunia kerohanian mana pun.
Kenapa warna/kata "Hijau" menjadi sangat penting dalam menganalisa sejarah bangsa Sundaland (Nusantara / Indonesia)?
1. Di Aceh terkenal dg kisah Putri Hijau & Meriam Puntung
Padang dikenal dg Laskar Hijau,
Jawa Nyai Roro Kidul tak suka dg yg berpakaian "Hijau", lalu ada Raksasa Hijau / Buto Ijo pemangsa manusia,
Jawa Barat dikenal jg sebutan Buta Hejo & peribahasa "Hejo Tihang" & lolondokan.
Kisah "Putri Hijau & Meriam Puntung" yg menjadi mitos masyarakat Sumatra Utara (Melayu/Deli/Medan) pd prinsipnya adalah kode yg dibuat o/ para leluhur bangsa setelah jatuhnya Kedatukan Aceh & Kedatukan Deli menjadi "kesultanan" akibat serangan dari negara yg berbendera "Hijau".
Peradaban Weda tlh ada sjk ribuan thn yang lalu. Tidak ada yg dpt memprediksi secara pasti kapan sebenarnya tradisi Wedanta ini dimulai.
Cita ragam usia Wedanta ini bisa ditemukan dlm berbagai karya ilmiah; sjk jmn awal Iron Age; 500-1500 thn SM hingga 12.500 thn SM.
2...
Dlm “Sundaland; Tracing The Cradle of Civilizations, 2019" karya hidrologist Indonesia, Dhani Irwanto mnyatakan bhw pradaban Weda & pradaban besar dunia lainya brasal dr Nusantara, tepatnya ktk awal era Dryas Muda/11.500 ya; ditandai dg naikya prmukaan air laut scara drastis
Akhir2 ini rame sngt semarak dg yg dikatakan HK (Hare Krishna) + para pengikutnya dg bermaksud mengkonversikan Hindu (Bali) ke /menjadi HK, dimana seakan2 mengesankan HK lebih baik dari Hindu (Bali) dg menyoroti mahal & ribetnya ritual Hindu di Bali dg . . .
dg membandingkan Hk yg simple relefan di jaman ini bukankah itu hanya satu tehnik marketing u/ menambah pengikutnya sj!, shg org Bali menjadi masuk ke HK.
Marilah kita lihat lbh mendlm melihat cara, tujuan, pd siapa & bgmn perbedaan Agama Hindu di Bali dg HK yang . . .
yang sudah dilarang dari tahun 1984 dan sudah jelas melanggar hukum/Kep Jaksa Agung 107/1984 dan belum dicabut oleh Kejaksaan Agung hingga saat ini.
Berikut ini mari kita lihat apa, kemana, cara dan tujuan antara Hindu
Bali dengan Hare Krishna :