Sering saya temukan sosok orang tua yang bangga, syukur, seneng dengan pemberian anaknya, padahal diberikan sebungkus rokok, sampai ia bilang monggo ngerokok ke saya, ini rokok dikasih anak, alhamdulillah dgn wajah semringah. Itulah orang tua.
Demikian sang Ibu, dibeliin baju sama anaknya padahal cuma setahun sekali juga tidak, Yaa Allah kelihatan senyum-senyum nampak seneng banget, tiap ada yang nanya diceritain baju pemberian anak sambil menampakan wajah kegembiraannya. Itulah mulianya orang tua.
Semoga orangtua kita ditinggiian derajatnya dijadikan amal shaleh jasa-jasanya dan menghapuskan segala khilafnya. Kita sebagai anak-anaknya semoga bisa berbuat baik kepada orang tua kita dan diberikan keturunan yang shalih dan shalihah. Alfatihah.... 🤲
Seorang ibu mampu menjaga sepuluh orang anak, namun terkadang sepuluh orang anak tidak mampu menjaga satu orang ibu. Yaa Allah berilah aku kebaikannya, dan ampunilah aku jika aku salah dalam memenuhi hak-haknya.
Yaa Allaah ampunilah aku, juga Ayah & Ibuku dan ampunilah orang-orang yang berhak menerima doa dariku serta orang-orang yang telah berbuat baik kepadaku.
Amiin.
Banyak perempuan mampu menjadi seorang istri
tapi hanya sedikit yang mampu menjadi seorang ibu.
Seorang ibu tak hanya yang mampu melahirkan buah hati
tetapi juga harus mampu mendidik dan memberi contoh yang baik.
Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Selamat pagi saudaraku semua, semoga sehat wal afiyat, jaga terus kesehatan kapan pun & di mana pun berada. Kali ini saya nuqilkan dari Kitab Mauidhatul mu-minin Juz.2, H.252.
Tentang
DENGKI IRI HATI ATAU HASUD.
Ketahuilah bahwa hasud merupakan natijah (buah) dari pada sifat dendam yang terkutuk dan tercela. Hasud akan membuahkan berbagai sifat yang terkutuk dan tercela juga. Sehingga sulit untuk diperinci satu persatu karena saking banyaknya.
Ada banyak hadits yang menjelaskan prihal cela-cela dari kehasudan, diantaranya:
الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
Hasud bisa memakan, (memghabiskan) kebaikan sebagaimana api memakan (membakar) kayu.
BAHAYA LISAN
(Mau'idhatul-mukminin, Juz 2, H 218)
Ketahuilah bahwa bahaya lisan (lidah) itu amat besar sekali dan sama sekali tidak ada suatu hal yang dapat menyelamatkannya, melainkam berkata-kata dengan yang baik.
Diriwayatkan dari Kanjeng Nabi shalallahu alaihi wasallam:
- لا يَسْتَقِيمُ إِيمانُ عبدٍ حتى يَسْتَقِيمَ قلبُهُ ، ولا يَسْتَقِيمُ قلبُهُ حتى يَسْتَقِيمَ لسانُهُ ، ولا يدخلُ رجلٌ الجنةَ من لا يَأْمَنُ جارُهُ بَوَائِقَهُ
Belum dinamakan lurus keimanan seseorang itu sehingga lurus pula hatinya dan belum juga dinamakan lurus hatinya itu sehingga luruslah lisannya dan tidak akan dapat masuk surga seseorang yang tetangganya itu belum merasa aman dari kejahatan-kejahatannya.
Hendaknya engkau merasa takut jika engkau selalu mendapat karunia Allah, sedangkan engkau masih tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah.
Sebagaimana firman Allah:
سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ،
[Akan Aku putar(binasakan pelan-pelan) mereka itu dengan jalan yan mereka tidak mengetahui].
"Kagumnya Setan kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani"
Kisah ini insya Allah mencerahkan kita semua, betapa Syetan terus menganggu manusia. Sampai saat Syekh Abdul Qadir menyendiri Syetan datang mengaku sebagai Tuhan.
Sumber; islam.nu.or.id/post/read/1109…
Wahai Abdul Qadir aku ini Tuhanmu. Kamu adalah kekasihku, aku akan meringankan syariat untukmu. Apa yang aku haramkan sebelumnya, sekarang aku halalkan untukmu,” kata bayangan itu.
Ada banyak Hadits dalam kitab-kitab hadits yang menjelaskan tentang mimpi bertemu Rasulullah.
Dalam Fathul bari Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, Diriwayatkan dari Ayyub, beliau menceritakan, jika ada orang yang bercerita kepada Muhammad bin Sirrin bhw dirinya mimpi bertemu Nabi-
- maka Ibnu Sirrin meminta kepada orang ini untuk menceritakan ciri orang yang dia lihat dalam mimpi itu.
Nah apabila orang ini menyampaikan ciri-ciri fisik yang tidak beliau kenal, beliau mengatakan, “Kamu tidak melihat Nabi.
Ibnu Hajar menyatakan, Sanad riwayat ini sahih.
Kemudian beliau membawakan riwayat yang lain, bahwa Kulaib (seorang tabi’in) pernah berkata kepada Ibnu Abbas ra, Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi.
Ibnu Abbas berkata, “Ceritakan kepadaku (orang yang kamu lihat).
Dinuqil dari Kitab Adzkar Annawawi, tentang Hifdhullisaan (menjaga lisan)
Firman Allah dalam QS; Qof ayat, 18.
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد
Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).
(Fasal)
Ketahuilah bahwa setiap orang mukallaf harus menjaga lisannya dari segala jenis perkataan, kecuali terhadap pembicaraan yang mengandung manfaat.
Maka dalam situasi dimana berbicara dan diam dalam keduanya terdapat maslahat yang sama, maka menurut As-Sunnah ia lebih baik memilih bersikap diam. Sebab pembicaraan yang berstatus mubah, membuka jln kepada perbuatan yang haram & makruh, yang demikian ini banyak sekali terjadi.