Ittiba' Profile picture
4 Jan, 27 tweets, 4 min read
Kesalah Pahaman

1. Salafiyyun Pembela Penguasa Zhalim.

💎Ketika kami menyerukan ummat untuk mentha'ati penguasa sekalipun zhalim dalam hal ma'ruf, dan mengingkari mereka pada perkara2 yg bathil, itu bukan berarti kami pada posisi membela.
Justru kami mengingatkan ummat agar tdk terjatuh pada kemudharatan yg lebih besar, yg disebabkan sikap bengis dari kezhaliman penguasa. Kami mengetahui dgn ilmu, baik hadits maupun atsar tentang haramnya seorang mu'min membela kezhaliman, yg pada hukumnya dia dlm kemurkaan Allah.
Tetapi menyikapi perbuatan zhalim dengan sebuah kezhaliman hingga menimbulkan mudharat yg lebih besar, hukumnya juga haram. Sebagaimana perkataan Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitab I’lamul Muwaqqi’in ‘An Robbil ‘Alamin 3/12
2. Salafiyyun Mentha'ati Penguasa Secara Mutlak.

Bantahan :

💎"Athi'ullaha wa athi'ur rasul wa ulil amri minkum."

{An-Nisa ayat 59}

Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan tentang ayat 59 dari surat An-Nisa dari At-Thaibi ia berkata :
“Kata kerja yg diulang pada firman-Nya :

" Dan tha'atilah (Muahammad)" adalah isyarat bahwa Rasulullah ﷺ harus ditha'ati secara mutlak, sementara kata kerja yg sama tidak diulang pada kata ulil amri mengisyaratkan bahwa ada di antara para pemimpin yang tidak wajib ditha'ati.
Setelah itu, Allah menjelaskan melalui firman-Nya, ‘Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,’ seakan dikatakan, ‘Jika mereka memerintahkan pada kebathilan, jangan mentaati mereka dan kembalikan apa yang kalian perselisihkan kepada hukum Allah dan Rasul-Nya.”
Kesimpulan :

Menta'ati Allah = Mutlak tanpa tapi.

Menta'ati Muhammad ﷺ = Mutlak tanpa tapi.

Menta'ati Ulil Amri = Tidak mutlak.

Jika perintahnya diatas al-haq, menta'atinya adalah wajib.

Adapun jika perintahnya diatas kebathilan, maka wajib berlepas diri.
Sebab aqidah ahlussunnah sepakat berdasarkan dalil, baik Al-Qur'an, hadits maupun atsar salaf ash shalih, tidak ada ketha'atan dalam kemaksiatan kepada Allah.

Sekali lagi, jika haq maka diikuti, adapun bathil, maka wajib diingkari. Dan bkn berarti melepas ketha'atan scr mutlak.
3. Salafiyyun Tidak Mau Menasehati Penguasa.

Jawab :

💎“Jihad yg paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.”

📚 HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan.
Menasehati penguasa yang zalim dengan berani mengatakan kebenaran termasuk jihad bahkan semulia-mulianya jihad. Namun dengan catatan di sini, menasehati mereka adalah dengan cara baik, bukan dengan mengumbar aib mereka di hadapan khalayak ramai.
Abu Daud Sulaiman bin Al Asy’ats As Sajistani membawakah hadits ini dalam kitab sunannya pada Bab “Al Amru wan Nahyu”, yaitu mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.
Abu ‘Isa At Tirmidzi membawakan hadits di atas dalam Bab “Mengingkari kemungkaran dengan tangan, lisan atau hati”.

Muhammad bin Yazid Ibnu Majah Al Qozwini membawakan hadits di atas dalam Bab “Memerintahkan pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.”
Begitu pula Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin membawakan hadits ini dalam Bab “Memerintahkan pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran”, beliau sebutkan hadits ini pada urutan no. 194 dari kitab tersebut.
Penasehat yang baik adalah melihat pada perkara yang Allah dan Rasul-Nya ridhoi. Ketika penguasa keliru, maka dinasehati dengan cara yang baik. Menasehati di sini bukan dengan mengumbar aib penguasa di hadapan orang banyak lewat demonstrasi dan dimimbar-mimbar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِ لَهُ عَلاِنِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ لَهُ
“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa dalam suatu perkara, maka janganlah dia menasihati secara terang-terangan. Akan tetapi, ambillah tangannya dan menyepilah dengannya. Jika sang penguasa menerima (nasihatmu), itulah yang diinginkan.
Jika tidak, maka dia telah menunaikan kewajibannya.” 

📚 HR. Ahmad 3/403, Ath-Thabrani dalamMusnad Asy-Syamiyyiin 2/94, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah no. 1096 dan yang lainnya. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Dzilaal As-Sunnah 2/507
Sa’id mengatakan, “Sesungguhnya penguasa melakukan kezaliman terhadap manusia dan melakukan terhadap manusia.” Maka dia mengambil tangan saya dan dicoleknya dengan kuat lalu mengatakan, “Kasihan kamu wahai putra Jahman. Ikuti as-Sawadul A’zham,
ikuti as-Sawadul A’zham. Jika penguasa mau mendengar nasihatmu maka datangi rumahnya, kabarkan kepadanya apa yang kamu ketahui. Kalau dia menerimamu maka itu yang diinginkan. Jika tidak, maka tinggalkan dia. Sesungguhnya kamu tidak lebih tahu darinya.”

📚 Musnad Ahmad
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma ditanya tentang amar ma’ruf dan nahi mungkar terhadap penguasa, maka beliau menjawab, “Jika kamu mesti melakukannya, hendaknya (dilakukan) antara kamu dan dia (secara sembunyi).”

📚 Jami’ul Ulum, Ibnu Rajjab
Maka dengan bicara secara langsung, melalui surat, atau memberi nasihat melalui orang-orang dekatnya untuk disampaikan kepada penguasa dengan memerhatikan rambu-rambu di atas. Arah kedua, ia menujukan nasihat kepada rakyat.
Hendaknya para da’i menerangkan kepada rakyat cara bersikap yang benar terhadap penguasa, memberikan pengertian tentang kemungkaran-kemungkaran yang bersifat umum seperti haramnya khamr, judi, pelacuran, loyal kepada orang kafir,
permusuhan mereka terhadap Islam, dan semacamnya.

📚 al-Wardul Maqthuf, hlm. 74 dan 70, dari nukilan Fatwa asy-Syaikh Ibnu Baz
Jika seseorang membolehkan mengritik penguasa di depan umum baik melalui lisan maupun tulisan dengan alasan sebagian sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya, maka untuk menanggapi pendapat tersebut silahkan renungi perkataan2 dibawah ini :
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Hampir-hampir bebatuan dari langit akan menghujani kalian, karena aku katakan kepada kalian bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian,
lalu kalian mengatakan bahwa Abu Bakr dan ‘Umar mengatakan demikian!!”

📚 Riwayat Ahmad dalam al-Musnad, lihat Fathul Majiddengan tahqiq al-Furayyan, hlm. 451
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Kaum muslimin berijma’ bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak boleh ia menolaknya karena mengikuti ucapan seseorang, siapa pun dia.”

Wallahu a'lam Bishshawab.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Ittiba'

Ittiba' Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @_Ittiba

6 Jan
Nasihat Imam Asy-Syafi’iy rahimahullah kepada Muridnya, Imam Al-Muzany rahimahullah.

Imam Al-Muzany rahimahullah bercerita:

“Aku menemui Imam Asy-Syafi’iy menjelang beliau wafat, lalu kubertanya ;

“Bagaimana keadaanmu pada pagi ini, wahai Ustadzku?” Image
Beliau menjawab ;

“Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia, akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelekan amalanku.
Aku tidak tahu: apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur kesedihannya.”

Aku berkata ;

“Nasihatilah aku.”
Read 16 tweets
5 Jan
Bismillah....

Dengan mngharap taufiq dan hidayahnya, saya mencoba memberanikan diri untuk menulis dikolom ini.

Perkenalkan, Bang.
Nama saya, Ibnu. Saat ini saya mukim di Kota Manado dalam rangka tugas kerja yg Alhamdulillah udah mau hampir setahun saya di kota ini.
Adapun maksud tulisan ini, sekedar untuk menjelaskan kesalah pahaman yg pada akhirnya berujung pada fitnah saat ini.

Thayyib...
Langsung saja 🙏
Saya pertama kenal Mba Na kira2 tahun 2019 awal. Waktu itu dengan akun lain yg saat ini telah di suspend.
Wallahi..
Awalnya ane mengira bahwa Na seorang ikhwah, karena dari foto profil yg dipajang adalah Batman(perkiraan saya). Beliau pun tak pernah bilang kalau dia seorang akhwat , makanya setiap kali interaksi baik di TL ataupun di DM, ane panggil Na dengan sebutan "Akhi".
Read 28 tweets
4 Jan
Seseorang pernah datang dan bertanya kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu sewaktu beliau menjadi khalifah ;

“Kenapa pada zamanmu ini banyak terjadi pertengkaran dan fitnah, sedangkan pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak?
Ali radhiallahu 'anhu menjawab ;

“Karena pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi rakyatnya adalah aku dan sahabat lainnya. Sedangkan pada zamanku yang menjadi rakyatnya adalah kalian.”
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan ;

“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin
Read 11 tweets
4 Jan
1. Fitnah terhadap Salafi bahwa partai An-Nur Mesir adalah Partainya para salafiyyun. Padahal jika sedikit saja mereka mau mencari kebenarannya, maka niscaya akan mrka dapati bahwa para Ulama Sunni Salafi mengharamkan demokrasi dan terlibat dlm kepartaian, sebab bagian dari hizb.
Pengakuan tidaklah bermanfaat jika tidak dibarengi oleh lisan dan perbuatan. Sama halnya di Indonesia, banyak kita jumpai pondok yg menamakan Pondok Salafi, tetapi metode pengajarannya ala shufiyah dan materinya syarat dengan penyimpangan2 khususnya dalam hal tawasul.
2. Fitnah Ulama Salafi Saudi mendukung penggulingan Mursi. Ini merupakan fitnah yg keji, yg kelak akan mereka pertanggung jawabkan dihadapan Allah jalla jalaluhu. Padahal kbrnarannya justru ulama salafi mengutuk petbuatan tersebut.

google.com/amp/s/m.republ…
Read 5 tweets
4 Jan
Pemimpin yg tidak menegakkan kitabullah, tidak lantas diabaikan statusnya sebagai pemimpin. Sebab menegakkan Kitabullah pun sifatnya nisbi, Al Ma’mun, Al Mu’tashim, dan Al Watsiq pernah melakukan dan memaksakan sesuatu yang diyakini oleh Ahlussunnah sebagai kekafiran,
yg konsekuensinya mrka telah mengganti ajaran Kitabullah dgn ajaran bid’ah/kufur. Dan ini menjadi aqidah resmi dari negara, artinya merupakan bagian kekafiran yg dilakukan oleh negara dengan perundang-undangannya.
Makanya ane tanya di kutipan awal tadi. Adakah pencabutan bai'at Imam Ahmad terhadap Al-Ma'mun disebabkan kekafiran yg dia lakukan dengan mengingkari hukum paling asas dalam timbangan syari'at bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah yg qadim ?
Read 6 tweets
1 Jan
Tanggalkan sikap ashabiyyah dan fanatik buta, kemudian tanyakan pada hatimu :

Adakah yg Melebihi Kekejaman Al Hajjaj Dalam Hal Kepemimpinan ?

Mari membaca !
Dalam Sunan At Tirmidzi disebutkan riwayat, Hisyam bin Hassan berkata:

“Mereka menghitung jumlah manusia yg dibunuh oleh Al Hajjaj secara zhalim, maka jumlahnya mencapai sebanyak 120.000 orang manusia.”

📚 Sunan At Tirmidzi, no. 2220

📚 Tahdzib At Tahdzib.
Al Ashma’i rahimahullah berkata:

“Di suatu pagi, Sulaiman bin ‘Abdul Malik membebaskan 81,000 orang tawanan, setelah kematiannya Al Hajjaj, penjara2 diperiksa lalu mereka dapati ada 33,000 orang yg belum dilaksanakan pemutusan hukum dan tidak juga penyaliban.”
Read 50 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!